Suatu hari pada 1989, penyanyi dangdut Hamdan ATT menulis lagu berjudul “Paling Miskin di Dunia”. Sembari meratap, ia bilang pada pendengarnya, “Jangankan gedung, gubuk pun aku tak punya, Jangankan permata, uang pun aku tiada.” Padahal saat itu, akhir dekade 80an, Indonesia sedang menyandang status Macan Asia. Industri tengah berkembang dan ekspor minyak pada 1979 melahirkan bonanza yang membuat negara kaya raya.
Pada tahun 1978, seorang menteri bernama Sutami yang menjabat sebagai menteri selama 14 tahun memasuki masa akhir jabatannya. Berbagai proyek berhasil ia bangun, seperti Gedung DPR, Jembatan Semanggi, dan Waduk Jatiluhur. Dia pula yang memimpin proyek pembangunan Bandara Ngurah Rai.
Sutami, walau telah belasan tahun menjabat sebagai menteri, masih hidup miskin belaka. Seperti lagu Hamdan ATT, saat koleganya kaya raya hingga pelesir ke luar negeri, Sutami hingga akhir masa pensiun masih mencicil rumahnya di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat. Rumah yang sama itu berkali-kali direnovasi. Ketika musim hujan, air hujan selalu menemukan jalan untuk membuat dalam rumah Sutami basah.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814