pesta pernikahan adat batak ditengah pandemi corona

Arolina Sidauruk
Ilmu itu mahal harganya. Penulis aktif, editor di Jurnal Purna
Konten dari Pengguna
19 September 2020 21:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arolina Sidauruk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mulai pukul 10.00 wib, kami sudah bergerak menuju gereja untuk menghadiri pernikahan keponakan yang tepat jatuh hari ini tanggal 19 september 2020. Ada sedikit kekwatiran menghadiri acara tersebut, karena situasi pandemi covid 19 yang sedang melanda negeri, maka kami pun wajib mengikuti protokoler kesehatan. mulai memasuki komplek gereja harus cuci tangan, memakai masker dan tentu tidak bersentuhan satu dengan yang lainnya. akan tetapi point ketiga, tidak sepenuhnya dijalankan, terlihat jelas tidak ada jarak diantara para tamu yang hadir, padahal dikursi sudah ada tanda silang untuk jemaat yang harus duduk berjarak, tapi bagi para tamu itu barangkali tidak penting, mereka hanya memerlukan masker dan cuci tangan. sehingga kamipun berinisiatif mengikuti acara dengan berdiri diluar gereja saja. demi keamanan. ketika pemberkatan usai seharus nya acara bersalaman ditiadakan, tapi kenyataannya tidak. mereka tetap melakukan cipika cipiki, bersalaman kepada mempelai dan kedua orangtua dan para pihak.
ADVERTISEMENT
Bergerak ke lokasi pesta. lagi - lagi aturan yang tadi tidak berlaku, hanya masker dan bersalaman yang dijalankan, jarak tidak menjadi keharusan dan semakin lekat saja antara sesama undangan. sekilas terlintas dipikiran, apa sebenarnya yang harus ditakutkan di tengah pandemi ini? hanya masalah waktukah yang sudah harus selesai pukul 15.00 wib? atau aturan dibuat hanya ceremonial saja? terbukti acara demi acara berjalan dengan lancar, paling yang tidak biasa hanyalah acara makan. kalau biasanya pesta Batak yang dilaksanakan di gedung, semua makanan sudah tersedia diatas meja untuk ukuran/porsi 6 orang saja. tapi di masa pandemi corona ini, makanan sudah di kemas dalam kotak sehingga kesannya praktis dan tidak ribet. tidak ada lagi yang korupsi makanan (istilah batak dipalas) kemudian yang sangat menonjol adalah acara mangulosi, Ulos hanya boleh diberikan kepada Pengantin oleh kedua orangtua atau yang mewakili dan Hula-hula/tulang (paman yang semarga dengan ibu ) kalau ulos yang datang dari para kerabat/sahabat semua harus terlipat dan diletakkan diatas meja disamping pengantin duduk. Biasanya acara mangulosi adalah acara yang paling lama dan sangat menarik untuk ditonton, karena setiap orang boleh menari,berlenggak-lenggok sesuai irama musik gondang yang ditampilkan, mungkin ini salah satunya yang dihindari karena dapat memancing corona cepat menular. acara sudah selesai pukul 16.00 Wib, melenceng satu jam dari peraturan yang dibuat oleh pihak kelurahan, semoga dengan selesainya acara tersebut, tidak ada yang tertular, tidak ada korban yang terpapar, semuanya akan baik-baik saja. atau barangkali keberuntungan masih memihak kepada para sanak famili yang sedang berpesta atau belum waktunya sicovid menularkan pada orang-orang tersebut? hanya waktulah yang menjawab.
ADVERTISEMENT