TAKE ACTION

arzy pcw
PMI hk
Konten dari Pengguna
19 Mei 2018 14:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari arzy pcw tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya biasa dipanggil Arzy. Di sini saya ingin berbagi pengalaman tentang perjalanan saya selama kurang lebih 10 tahun di negeri Hongkong. Wah, lama juga ya hehehe. Begitulah, hari demi hari saya jalani biasa saja. Tidak terasa sudah hampir separuh dari umur saya habis disini. Saya suka meng-eksplore hal-hal baru, tidak terkecuali dalam hal memilih pekerjaan selama di Hongkong. Bisa dibilang, saya orangnya penuh ambisi, selalu penasaran dengan hal-hal baru, dan pastinya pantang menyerah. Yupz 😉
ADVERTISEMENT
Saya mulai menginjakkan kaki di Hongkong tahun 2008.5 tahun pertama di Hongkong, bisa dibilang tahun penuh pelajaran untuk saya. Ada cerita sedih dan tentunya bahagia selama kurun waktu tersebut. Selama 5 tahun di awal itu, saya merasakan yang namanya kesuksesan, kegagalan, apa itu "interminit" dan apa itu "break kontrak". 4 tahun pertama selama 2x kontrak kerja, status saya "finish". Masalah mulai muncul ketika saya memasuki kontrak ketiga dan keempat. Perjuangan saya untuk mempertahankan status "finish" itu harus runtuh di awal kontrak ketiga. Pada kontrak ketiga, selama 1 bulan saya bekerja di rumah majikan, saya di interminit. Yang bahkan saya tidak tahu apa masalahnya sehingga saya di usir keluar.
ADVERTISEMENT
Dari kontrak ketiga, saya jadi tahu Macao. Selama 1 bulan saya menunggu visa disana. Siapapun yang bermasalah di Hongkong, di tempatkan ke Macao atau China untuk menunggu visa baru. Banyak dari kami yang berpikiran lebih baik menunggu di Macao dari pada pulang ke Indonesia. Kalau tidak finish kontrak, kami malu untuk pulang bertemu keluarga tanpa membawa hasil.
Kejadian menyedihkan itu terulang kembali pada kontrak keempat. Tetapi kali ini lain cerita. Saya tidak diinterminit, tetapi saya break kontrak. Selama 6 bulan saya bekerja di majikan, nenek yang saya jaga sungguh tidak baik, suka marah tanpa alasan, bahkan sampai memukul saya. Kejadian yang sama terus berulang selama 5 bulan. Dan saya pun menyerah. Saya notice majikan, dan pada bulan ke 6 saya keluar.
ADVERTISEMENT
Kemudian saya berpikir, "mungkin ini cara Allah supaya saya pulang". Karena memang selama 4 kontrak itu saya tidak pernah cuti pulang. Entahlah apa yang membuat saya enggan pulang saat itu. Saya merasa belum cukup modal untuk pulang ke Indonesia. Tetapi alhamdulilah, dari hasil kerja 2x kontrak di awal, saya sudah bisa memperbaiki rumah orang tua yang tadinya mirip gubuk reot. Meskipun cuma rumah sederhana, tapi orang tua saya bangga sekali dengan hasil kerja saya. Karena memang pada waktu 2x kontrak itu, saya jarang libur, dan selalu minta lembur sama majikan. Akhirnya, pada pertengahan 2013,saya memutuskan untuk pulang.
Pada awalnya, saya tidak ingin kembali lagi ke Hongkong. Karena alasan satu dan lain hal, setelah 8 bulan d rumah, saya kembali k Hongkong. Proses awal lewat PT di daerah kendal. Sekolah bahasa lagi, potongan lagi, mulai dari awal lagi. Huuuuufffftttt sungguh itu melelahkan. Selama di Indonesia, saya banyak berpikir, apa yang harus saya lakukan nanti setelah sampai di Hongkong. Karena saya sudah lelah untuk terus bekerja dan lembur. Apalagi, adek saya sudah mau masuk SMA. Saya tidak punya ketrampilan apalagi bakat.
ADVERTISEMENT
Awal 2014 , saya kembali lagi ke Hongkong. Pada awal-awal kerja, saya masih bingung mau bagaimana dan melakukan apa. Dulu saya jarang libur, jadi tidak banyak teman. Hanya beberapa dari PT yang sama atau agent yang sama. Saya juga tidak pandai bergaul dan mudah akrab dengan orang lain. Sampai pada suatu hari, saya bertemu dengan teman dari agent saya yang dulu. Dari situ, saya mulai menemukan langkah ke depan. Andyz adalah teman saya sejak 2010. Kami bertemu waktu saya menunggu majikan dan tinggal di boarding house agent.
Andyz lebih lama 2 tahun dari saya bekerja di Hongkong. Dulu dia suka belajar makeup di satu tempat kursus di Hongkong. Saat bertemu lagi awal 2014 itu, dia banyak bercerita tentang belajar ini dan itu yang sedang dia geluti. Mulai dari online shop, makeup, belajar gitar, dll. "pantas saja dia bisa sukses seperti sekarang" pikirku. Andyz mengajakku untuk bergabung belajar bersamanya. Tapi saat itu, saya tidak ada niat dan kemauan sama sekali. Terlebih lagi, saya tidak punya bakat dan keterampilan. Saya hanya bisa menghela nafas panjang sambil berpikir, setiap kali hari minggu atau hari libur, harus ngapain?
ADVERTISEMENT
Akhir cerita, setelah saya pikir-pikir, tidak ada salahnya mencoba. Saya menghubungi andyz untuk ikut belajar makeup. Saya yang bahkan waktu itu tidak tahu apa itu eyeshadow, apa itu eyeliner, apa itu foundation, dan sebagainya, saya coba terjun di dalam bidang itu. Andyz terus memberi semangat kepada saya untuk berkarya dan tidak takut untuk berubah. Belajar tidak perlu bakat, hanya ketekunan, niat dan kemauan yang keras pasti berhasil. Dari situ, saya mulai meng-eksplore hal - hal baru. Mencoba segala kegiatan yang saya suka setiap kali libur.
Pada akhir 2014, saya ikut kelas makeup, yang mana di situ Andyz juga menjadi salah satu dari pembimbing kami. Selama waktu belajar dari akhir 2014 sampai akhir 2015 itu, terkadang kami di arahkan untuk mengikuti event - event yang di adakan oleh teman -teman BMI HK lainnya. Saya dan teman-teman mencoba bergabung dalam event fashion show anniversary suatu organisasi di Hongkong. Pertama ikut fashion show itu, saya mendapatkan juara 2 kategori kebaya glamour. Setelah event itu, saya semakin bersemangat untuk belajar makeup lebih baik lagi. Kemudian saya sering bergabung dalam event - event selanjutnya. Dari 4x event itu, saya 2x juara. Setelah itu saya tidak ikut lagi dalam lomba-lomba fashion show. Karena kesibukan saya belajar makeup dan terkadang juga mendapat customer untuk di makeup.
ADVERTISEMENT
Perjuangan tidak berakhir sampai di situ. Setelah selesai belajar makeup, saya mencoba belajar salon perawatan rambut. Pelajarannya meliputi potong rambut dasar, keriting, creambath, semir, rebonding, smothing, dll. Masih di sekolah yang sama. Awal 2016, saya mendapat tawaran dari pihak sekolah untuk mengisi bagian administrasi. Kemudian, pada pertengahan 2016, saya mendapat informasi dari salah satu pelanggan saya di salon, bahwa dia sedang mengikuti program kejar paket C setara SMA di Hongkong. Saya tertarik dengan program tersebut. Jiwa saya yang memang selalu ingin belajar hal baru, membuat saya bertekad kuat untuk bisa masuk ke sekolah tersebut. Akhirnya, setelah saya pertimbangkan baik-baik, saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah kejar paket C, dan untuk itu, saya harus meninggalkan tanggung jawab saya sebagai bagian administrasi di sekolah sebelumnya. Dan alhamdulilah, saya sudah menyelesaikan belajar potong rambut, sehingga tidak ada kendala untuk masuk ke sekolah kejar paket.
ADVERTISEMENT
Saya masuk ke sekolah kejar paket itu awalnya dengan biaya dari customer makeup saya. Setiap kali saya mendapat job untuk makeup teman-teman, saya gunakan uangnya untuk membayar sekolah. Lumayan kan tinggal menambah sedikit dari gaji. Karena memang gaji saya di bagi untuk adek saya yang masuk SMA dengan biaya yang tidak sedikit dan belajar saya di sini, di tambah lagi untuk kebutuhan orang tua di rumah. Jadi, job makeup sebelum berangkat sekolah, membantu sekali untuk menambah keuangan bulanan.
Pada akhir 2016, saya tertarik lagi dengan satu hal baru. TAEKWONDO. Ya, sebenarnya sudah sejak lama saya tahu tentang taekwondo. Tetapi karena tidak ada waktu belajar, saya undur waktunya sampai saya merasa benar-benar siap. Suatu hari saya bertemu teman lama yang kita hanya kenal lewat chat saja (waktu itu namanya Mig33), dia mengajak saya untuk ikut bergabung dengan club taekwondonya. Saya masih pikir-pikir, apakah saya punya waktu untuk belajar atau tidak?.
ADVERTISEMENT
Setengah perjalanan saat mengikuti sekolah kejar paket, saya mulai tidak menerima tawaran job. Selain karena ingin fokus pada pelajaran yang makin hari makin susah, saya juga masih berpikir tentang taekwondo. Dan pada akhirnya, saya bergabung juga dengan club taekwondo. Tetapi saya ambil yang kelas sore, karena waktu pagi sangat tidak memungkinkan. Dari situ, saya tambah sibuk dengan belajar sana sini. Sampai-sampai tidak ada waktu jalan-jalan seperti teman-teman yang lain. Pagi saya harus ke sekolah kejar paket, sorenya saya pergi belajar taekwondo. Begitu rutinitas saya setiap minggu. Capek sih, tapi menyenangkan.
Pertengahan 2017, saya menyelesaikan sekolah saya paket C. Alhamdulilah kami semua lulus dalam waktu 1 tahun ajaran. Setelah itu, saya mulai fokus ke taekwondo. Saya pikir, ini ambisi saya yang terakhir. Belajar taekwondo lebih baik lagi sampai black belt.Tapi ternyata tidak. Pikiran-pikiran yang lain mulai bermunculan ketika saya ada waktu luang. Saya ingin sekali mendalami dunia fotografi, karena memang ini berhubungan dengan job saya ber-makeup. Tetapi setelah saya pertimbangkan, ternyata susah juga. Susah di budget dan susah untuk berimajinasi lebih luas dengan karya-karyanya hahahahaha. Kemudian saya memutuskan "pelan-pelan saja", belajar otodidak.
ADVERTISEMENT
Itu sebagian dari mimpi-mimpi saya. Saya yang bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, tapi berani mengambil resiko untuk sesuatu yang tidak pernah tahu berhasil tidaknya. Dari kecil saya suka menulis dan membaca, apapun itu, mulai dari buku pengetahuan sampai koran bungkus gorengan. Dari SD sampai SMP saya di juluki kutu buku karena saya tidak bisa jauh dari buku. Saya pernah punya keinginan menjadi penulis, bahkan sampai sekarang saya punya pikiran belajar menulis scenario film. Saya coba search di youtube google segala macem, dan ternyata SUSAH juga jadi penulis. Untuk saat ini, masih banyak hal yang ingin saya pelajari. Saya ingin menjadi Master taekwondo yang handal, penulis scenario, penjahit, pemain musik, photografer, Vlogger, Editor, Film maker dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Teman-teman saya bilang, saya penuh ambisi. Penuh dengan pikiran-pikiran konyol dan hal-hal konyol yang mereka ga habis pikir saya bisa melakukannya. Dulu,saya juga bingung kalau di tanya "mbak ini perias ya?" . Saya tidak tahu mau jawab apa. Saya bisa merias hanya saja belum profesional, saya bisa potong rambut hanya saja masih dasar, saya seorang pelajar dan saya taekwondoin. Saya bisa motret dan editing tetapi bukan photografer handal. Saya bisa melakukan apapun, hanya saja bukan dalam taraf "profesional". Karena seseorang yang bisa menulis itu, tidak harus menjadi penulis. Terkadang saya patah semangat ketika ada yang bilang "sekolah SMA kejar paket buat apa? toh sudah tua" atau "belajar taekwondo buat apa? toh juga ga bisa di gunakan di indonesia" atau "kenapa belajar banyak hal kalau satu saja tidak bisa profesional" kata-kata seperti itu cukup membuat saya down. Tetapi, satu hal yang selalu saya ingat untuk memotivasi diri adalah "Saya belajar bukan hanya untuk masa depan saya. Tetapi saya juga berjuang agar kelak saya punya sesuatu untuk di wariskan ke anak-anak saya. Walaupun cuma sekedar keterampilan" Saya tidak punya bakat, saya tidak punya keterampilan, tetapi saya bisa mencari dan belajar dimanapun dan kapanpun.
ADVERTISEMENT
Kita bisa melakukan apapun yang kita suka, bahkan yang kita tidak suka, asal kita mau bergerak. "TAKE ACTION". Don't just sitting, waiting, playing, talking, dreaming or anything that you can't reach without moving. Change your mindset, always optimist and say "i can do this".
Saya menginjakkan kaki pertama kali di Hongkong tahun 2008. Job pertama jaga anak 3, yang mana, sudah bisa di pastikan, lagi nakal nakalnya. 1 masuk SD, 1 masuk TK, 1 lagi masih 1 tahun. Kebayang kan repotnya. Tapi alhamdulilah, saya finish juga 2 tahun di majikan itu. Meskipun dulu masih jamannya underpay. Saya tetap bertahan demi status
ADVERTISEMENT
Job kedua saya memilih bekerja di rumah yang sangat besar sekali (6200 sq). Yang mana di dalamnya terdapat kurang lebih 5 rumah yang setiap rumahnya mempunyai 2 lantai. Alhamdulilah, saya hanya bagian bersih-bersih bagian dalam rumah saja, karena bagian luar sudah ada pembantu philipine laki-laki yang bertugas. Saya merasa senang bekerja di rumah ini meskipun besar sekali. Saya bebas mau melakukan apa saja , seperti sholat, puasa jam istirahat,dll. Disini saya juga finish 2
Menginjak job ketiga, sesuatu yang berbeda terjadi. Jika pada kontrak-kontrak sebelumnya saya berhasil finish 2 tahun, meskipun perjuangan selama 2 tahun itu bisa dibilang tidak mudah, kali ini saya menyerah tidak sampai 2 tahun. Job ketiga, saya memilih menjaga orang tua. Karena saya penasaran sekali, bagaimana rasanya menjaga orang tua layaknya kita menjaga orang tua kita sendiri. Teman-teman saya bilang kalau job jaga orang tua itu enak. Banyak waktu santai dan tidak ribet seperti menjaga bayi atau anak-anak. Kemudian datanglah kesempatan itu. Saya mendapat job jaga nenek yang punya penyakit lemah jantung. Seperti biasa, di awal-awal bekerja, masih menyesuaikan dengan keadaan majikan. 1 minggu , 2 minggu, 3 minggu masih dalam waktu adaptasi. Sampai pada minggu keempat, muncullah masalah itu. Mungkin karena kelelahan dan banyak pikiran, saya jatuh sakit. Demam 40°c. Hari itu saya ijin untuk tidak bekerja, karena untuk bangun dari tidur saja saya tidak bisa. Majikan mengijinkan saya untuk istirahat. Sore harinya, saya dibawa ke dokter. Setelah istirahat dan minum obat, panasnya tidak kunjung turun, akhirnya saya dibawa ke rumah sakit malam itu juga. Keesokan harinya, alhamdulilah , panasnya sudah turun dan saya bisa bekerja meskipun masih lemas. Hari itu mungkin menjadi hari ter-sial bagi saya. Selesai semua pekerjaan, tiba-tiba majikan saya bilang saya harus keluar dari rumah majikan. Dalam keadaan yang masih antara sadar dan tidak itu, saya merasa disambar petir siang bolong pada musim panas. Sakit hati sudah pasti. Itu menjadi pengalaman pertama saya yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan. Status "interminit" yang selama ini saya takuti, ternyata saya alami
ADVERTISEMENT