Nara, kamu yang terkecil di rumah kita. Dari tempatku berdiri, di balkon lantai dua yang mengitari arena pertandingan, aku gemetar ketika melihat kamu maju ke tatami, berdiri tegak di tengah arena, dan membungkuk hormat ke arah juri yang duduk di hadapanmu. Beberapa langkah di samping kananmu berdiri anak lain, lawanmu; dia melakukan gerak yang sama denganmu. Kamu mengenakan sabuk merah, dia biru, dan salah satu dari kalian nanti akan menang, salah satu akan kalah.
Perutku mulai tidak nyaman. Aku takut kamu kalah dan pikiranku sibuk menyusun kalimat yang akan kukatakan kepadamu jika kamu kalah. Hal serupa kurasakan bertahun-tahun lalu ketika Raya—kamu memanggilnya kakak—baru beberapa waktu kursus bahasa Inggris dan oleh gurunya diikutkan lomba pidato; bukan benar-benar pidato, dia hanya memperkenalkan nama dan menghafalkan tiga atau empat kalimat untuk disampaikan di panggung. Umurnya baru lima tahun waktu itu dan dia masih sulit menghafal.
"Tidak apa-apa jika kamu tidak menang," kataku.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814