Pilkada DKI: Dari Rumah Mengapung, Jakarta Unfair, hingga Oce-Oce Solution

AS Laksana
Seorang sastrawan, pengarang, kritikus sastra, dan wartawan yang aktif menulis cerita pendek di media cetak nasional
Konten dari Pengguna
30 Januari 2017 13:56 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari AS Laksana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto bersama akhir dari debat pilgub kedua. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Dalam setiap pemilu, seperti apa pun lucunya tindakan orang-orang selama masa kampanye, pada akhirnya selalu ada yang akan keluar sebagai pemenang. Itu masalahnya.
ADVERTISEMENT
Dari 101 pilkada serentak (7 provinsi, 76 kabupaten, 18 kota), yang pencoblosannya berlangsung 15 Februari 2017 nanti, saya hanya tahu tiga: Pilkada DKI Jakarta, Pilkada Banten, Pilkada Tulang Bawang Barat.
Pilkada Tulang Bawang Barat
Saya tahu sedikit-sedikit tentang Tulang Bawang Barat, Lampung, karena pernah beberapa hari ke sana dan menulis cerita. Di antara tiga yang saya ketahui, di sinilah pertarungan paling sengit akan terjadi. Bupati Umar Ahmad sebagai petahana akan bertanding melawan kotak kosong dan ia harus menang.
Tidak mungkin membiarkan kabupaten baru itu jatuh ke pemerintahan kotak kosong—itu sama mengerikannya dengan membiarkan sebuah masyarakat dipimpin oleh sebongkah batu besar atau sepasang tabung elpiji.
Pilkada Banten
ADVERTISEMENT
Di Banten, provinsi tempat tinggal saya, gubernur petahana Ratu Atut tidak bisa mencalonkan diri lagi karena ia telanjur menjadi narapidana untuk kasus korupsi. Kenapa narapidana tidak boleh mencalonkan diri? Sebab Banten bukan PSSI yang pada suatu masa pernah mengizinkan narapidana korupsi menjadi ketua dan menjalankan kepemimpinannya dari penjara.
Tetapi Ratu Atut mempunyai anak, namanya Andika Hazrumy. Anak ini sekarang maju ke pilkada Banten sebagai wakil gubernur, berpasangan dengan Wahidin Halim. Maju sebagai wakil gubernur tahun ini adalah strategi yang baik bagi Andika untuk bisa berkuasa di Banten selama 20 tahun.
Perhitungannya begini: Jika pasangan WH-Andika menang, Andika akan menjadi wakil gubernur selama 5 tahun, nanti maju lagi sebagai wakil gubernur 5 tahun lagi. Selanjutnya ia akan maju sebagai gubernur, berkuasa 5 tahun jika menang; ditambah 5 tahun lagi untuk periode kedua. Total 20 tahun.
ADVERTISEMENT
Saya tidak tahu apa yang akan diperbuatnya jika ia benar-benar berkuasa 20 tahun.
Pilkada DKI Jakarta
Kita mulai dari pasangan calon 1, yakni ganda campuran Mas AHY dan Mpok Sylvi. Mas AHY menunjukkan kemampuan membuat definisi canggih tentang sistem transportasi untuk mengatasi kemacetan, dalam kalimat yang sama panjangnya dengan kemacetan di Jakarta. Katanya:
ADVERTISEMENT
Definisi sistem transportasi insentif itu ada di website resmi Partai Demokrat, dan Partai Demokrat adalah partai politik yang dipimpin oleh Pak SBY. Apakah Pak SBY ayah Mas AHY? Tentu saja. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sebuah singkatan pastilah melahirkan singkatan juga.
Sederhananya, sistem transportasi insentif adalah kondektur Metromini atau sopir angkot akan memberi anda uang sebagai ucapan terima kasih karena sudah mau naik Metromini dan angkot mereka.
Program Mas AHY yang paling menarik menurut saya adalah proyek perkampungan mengapung untuk mengatasi masalah banjir. Itu program yang bagus sekali dan patut dijalankan jika ia menjadi gubernur.
Mungkin bisa dimulai dengan proyek percontohan dulu, yang melibatkan sepuluh keluarga miskin di bantaran sungai Ciliwung. Setelah proyek selesai, Mas AHY boleh mengujinya dengan mendatangkan banjir buatan yang arusnya sangat kuat.
ADVERTISEMENT
Saya yakin semua rumah akan tetap utuh setelah banjir surut dan orang-orangnya selamat. Cuma saya tidak yakin apakah mereka masih akan tetap di bantaran Ciliwung atau sudah berpindah ke tempat lain—misalnya, di Lot IVO 2011 Bis, Rue Ravoninahitriniarivo, Ankorondrano, 101 Antananarivo, Republic of Madagascar. Seandainya seperti itu, saya akan berdoa semoga pada banjir berikutnya mereka mendapatkan alamat baru yang mudah diucapkan.
Maju terus, Mas AHY, massa mengapung menunggumu.
Oya, pendamping Mas AHY, yakni Mpok Sylvi, adalah ahli membicarakan sampah:
Pernyataan itu dikutip oleh tirto.id. Artinya sangat jelas dan ucapan Mpok Sylvi membuktikan bahwa ia memang wakil yang tepat untuk AHY.
ADVERTISEMENT
Sementara itu dulu. Paslon 2 dan 3 akan saya tulis nanti, setelah saya memiliki cukup data tentang mereka. Jika dipaksakan menulis sekarang, paling saya hanya bisa menyarankan agar Paslon 2 mengadakan acara nonton bareng Jakarta Unfair. Itu produk tandingan Jakarta Fair, acara tahunan untuk memperingati ulang tahun Jakarta, nama mutakhirnya Pekan Raya Jakarta.
Paslon 3 lebih sedikit lagi yang saya ketahui. Saya menonton acara debat pemilihan gubernur DKI dan menyimak penyampaian visi dan misi masing-masing kandidat pada debat kedua.
Yang paling saya ingat adalah visi dan misi paslon 3. Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menyampaikan dua hal untuk Jakarta. Pertama, Oce-Oce Solution, yaitu: “Anda Oce, Saya Oce!” Kedua, memulangkan petahana ke kampung halaman.
ADVERTISEMENT
“Kalau rapornya merah diluluskan apa enggak? Enggak usah ikut lagi. Tapi kalau maksa mau ikut, ya terpaksa kita hentikan,” kata Anies kepada alumni Universitas Indonesia di Inn Sofyan Hotel, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017).
Ia cerdas sekali. Donald Trump menjadi presiden AS juga dengan kampanye untuk memulangkan orang-orang ke kampung halaman.
Maju terus, Mas Anies. Jakarta menginginkan “Oce-Oce Solution”. Anda oce, saya oce!