Hidup Perlu 'Penusukan'

Asep Abdurrohman
Pendidik dan Penulis Kehidupan
Konten dari Pengguna
15 September 2020 6:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Badut Pierrot Sedih. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Badut Pierrot Sedih. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Kehidupan yang benar-benar hidup, memerlukan banyak halang rintang yang menghampiri. Tidaklah kemajuan yang ada menghampiri manusia, kecuali setelah datang halang rintang yang menderanya. Halang rintang ibaratnya sebagai alat pecut kendali yang biasa digunakan oleh Kusir Delman. Tanpa alat pecut, kuda tidak akan lari dengan kencang.
ADVERTISEMENT
Begitu juga manusia, ketika kehidupannya biasa-biasa saja tidak ada rintangan yang berarti, maka pada hakikatnya hidupnya itu sepi dari pecut yang membuatnya ia maju. Termasuk pecut yang sudah dirasakan oleh Syekh Ali Jaber baru-baru ini, 13/09/2020. Tanpa penusukan yang menimpa Sang Syekh, kehidupan pendidikan yang berbasis dakwah tidak akan bernilai tinggi.
Justru, ketika kehidupan dakwah ditimpa musibah, maka nilai manisnya bergerak di jalan dakwah akan sangat terasa manisnya. Biarlah penusukan itu datang dengan sendirinya, meskipun banyak analisis yang berkembang, namun hendaknya kita jadikan pelajaran penting dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita membutuhkan akan hal itu. Kita membutuhkan rintangan yang berupa kesulitan. Dan kesulitan ini sebagai pendorong manusia untuk berpikir lebih maju. Tanpa kesulitan manusia akan kehilangan kendali dalam menjalankan hidupnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan kreativitasnya akan mati dan ditinggalkan oleh lingkungan realitasnya. Realitaslah yang akan mengangkat kita menjadi manusia yang selalu update dengan perkembangan zaman. Ibaratnya, pikiran kita akan selalu berdialog dengan zaman yang sedang berkembang.
Oleh karena itu, hidup ini lebih kerasnya memerlukan penusukan. Penusukan yang membuat kita lebih termotivasi untuk terus meningkatkan diri dalam setiap keadaan dan tentunya setiap hari. Karena kehidupan yang tidak naik kebaikannya, sesungguhnya adalah kehidupan yang merugi. Merugi tanpa sentuhan kasih sayang dari-Nya.
Pada prinsipnya, kehidupan yang berjalan di tempat adalah kehidupan yang tidak memiliki keindahan dalam hidupnya. Hidup yang indah itu ada dinamikanya. Dinamika hidup yang baik, tidak terus menerus berjalan menerima kebaikan. Tapi di lain waktu harus merasakan keburukan yang menimpa dirinya.
ADVERTISEMENT
Artinya, manusia diperintahkan oleh Tuhannya untuk memakai akal dalam upaya untuk keluar dari kesulitannya. Inilah manusia, memerlukan penusukan yang mendorongnya untuk menggunakan akal. Paling tidak, bagaimana berpikir agar bisa keluar dari penusukan yang berupa musibah, kesulitan dan segala halang rintang yang akan menaikkan derajat manusia di hadapan Tuhannya.
---
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang