Membaca Episode Kehidupan dari Masa Ke Masa (10)

Asep Abdurrohman
Pendidik dan Penulis Kehidupan
Konten dari Pengguna
13 September 2021 20:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada bagian yang ke-9, penulis sudah menjelaskan anak usia dua tahun ke atas yang sudah mengenal pemahaman tentang konsep ruang. Sedangkan pada bagian ke-10 ini penulis akan menjelaskan anak pada usia balita sudah mampu belajar dari ayah/ibu dan keluarga terdekat.
Dok. Pribadi.
Anak usia balita, khususnya usia 3-5 tahun, sudah mampu meniru apa yang ia lihat dari ayah dan ibunya, termasuk keluarga terdekat. Sebagai orang tua ketika di depan anak-anak, sepatutnya memberikan teladan yang bisa ditiru oleh anaknya.
ADVERTISEMENT
Baik teladan dalam perkataan maupun teladan dalam perbuatan. Anak pada usia tersebut meniru segala apa yang dilihatnya. Peniruan ini menjadi rentan bermasalah ketika situasi dan kondisi keluarga tidak perhatian kepada anaknya. Atau kesibukan orang tua di luar rumah, menyebabkan anaknya diasuh oleh keluarga terdekat.
Pada pengasuhan inilah kegiatan anak balita menjadi riskan. Apalagi, kehidupan sekarang tidak asing lagi dengan gadget. Penggunaan gadget pada anak usia Balita, cukup memprihatin. Mau tidak mau, pada keluarga yang ayah dan ibunya masih terkategori milenial, penggunaan gadget cukup tinggi.
Perilaku penggunaan gadget pada ayah dan ibu tersebut pada ujungnya menjadi buah simalakama. Di satu sisi, ada orang tua yang ketat melarang penggunaan gadget pada anak Balita. Di sisi lain, orang tua pun dalam kesempatan waktu luang sering bermain gadget di depan anaknya.
ADVERTISEMENT
Sebagai anak Balita, yang belum faham akan manfaat gadget tentu menjadi sasaran empuk pada anak untuk bermain gadget. Itu cukup realistis menjadi contoh nyata bagi anak Balita. Apalagi ketika ayah dan ibunya kerja, mendapat kesempatan bermain gadget lebih bebas lagi.
Ini perlu kerja kolektif antara ayah/ibu dengan pihak pengasuh. Tidak sedikit, anak Balita agar anteng dikasih gadget. Sementara pengasuhnya asyik mengerjakan aktivitas rumah tangga.
Situasi ini pada keluarga milenial semakin menjadi-jadi. Di waktu luang kehidupan keluarga banyak diisi santai sambil bermain gadget. Tiduran di kasur empuk pun tidak jarang dihiasi bermain gadget. Berleha-leha di karpet tebal sambil menemani anak tidak lupa sambil memegang gadget.
Bahkan ketika mau makan pun masih sempat bermain gadget. Yang lebih parah lagi sambil mengobrol dengan keluarga, sahabat, teman, dan kehidupan sosial lainnya disertai dengan bermain gadget.
ADVERTISEMENT
Situasi di atas, jika dibiarkan akan kehilangan peluang penting dari orang-orang yang kita hadapi. Entah itu peluang bisnis, peluang kerja sama lembaga, dan paling tidak peluang untuk mendapatkan suasana keakraban di tengah kehidupan kelaurga.
Dalam konteks pengasuhan, tentu sang anak kehilangan perhatian dan kasih sayang dari pengasuh. Lambat laun, penggunaan gadget yang tidak menyesuaikan dengan situasi lingkungan, pada ujungnya cenderung nafsi-nafsi.
Kehidupan nafsi-nafsi pada keluarga, jangan kan untuk anak-anak, untuk orang dewasa pun tidak baik. Apalagi kehidupan nafsi-nafsi yang dihadapi calon generasi bangsa untuk masa yang akan datang. Apa jadinya, jika kehidupan demikian itu terbawa ke dalam generasi berikutnya. Suramlah masa depan bangsa ini, tidak tahu harus bagaimana di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, pengasuhan pada anak di era digital ini harus mendapatkan perhatian penuh dari kedua orang tua yang menginginkan anaknya sehat jasmani rohani dan sosial. Kalau perlu Sang Ibu fokus mengurus rumah tangga, agar anak-anak dapat terurus dengan baik.
Anak yang diurus oleh orang yang bukan orang tuanya, pertumbuhan sikap dan mentalnya akan berbeda dengan anak diurus oleh orang tuanya sendiri. Ini tidak lain dan tidak bukan hanya semata-mata untuk menyelamatkan generasi penerus agama dan bangsa.
Biar lah para ayah berada di luar mencari rezeki untuk menafkahi keluarga. Sementara ibu dengan telaten dan getolnya mendidik dan mengarahkan anak agar selamat di dunia dan di akhirat.
Masalah rezeki istri yang tadinya kerja di luar, tiba-tiba sekarang yang harus menanggung nafkah fokus pada suang ayah. Tuhan yang Maha Adil ketika yang kerja hanya suaminya, maka rezeki yang didapat oleh sang istri ketika bekerja dilimpahkan kepada suami. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
ADVERTISEMENT
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang.