Mengurai Kehidupan dengan Danau Gawir

Asep Abdurrohman
Pendidik dan Penulis Kehidupan
Konten dari Pengguna
19 Oktober 2020 11:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setiap manusia, memerlukan kebutukan primer dalam hidupnya. Untuk dapat hidup dengan baik, manusia perlu bekerja sebagai perintah Sang Khaliq untuk mencari rizki yang sudah ditebar oleh-Nya. Dalam bekerja, tidak selamanya mulus. Tidak selamanya berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.
ADVERTISEMENT
Dalam bekerja, ada saja berbagai persoalan yang menimpa. Baik persoalan yang muncul karena ulahnya, ataupun persoalan yang muncul karena salah mengambil keputusan. Atau ada unsur kesengajaan untuk mementingkan yang lain terlebih dahulu, ketimbang kewajiban yang harus segera ditunaikan.
Memang, itulah kehidupan. Dinamika kehidupan datang silih berganti untuk menyapa semua manusia. Kadang pahit dan kadang manis. Kadang indah dan kadang tak indah.
Dok. Pribadi.
Kehidupan yang Indah itu bukan dijalani tanpa gangguan dan hambatan. Justru itulah, kehidupan yang indah ini harus bersanding dengan berbagai rintangan dan hambatan. Karena rintangan dan hambatan, pada dasarnya energi baru yang masuk ke dalam kehidupan sebagai nutrisi bagi kehidupan.
Manusia hidup, sebenarnya ia sedang menantikan berbagai masalah. Bukanlah kehidupan namanya, jika manusia itu hidup tanpa dihampiri dengan berbagai masalah. Masalah tidak saja dikirim oleh Tuhan untuk menaikkan derajatnya, tetapi masalah juga terkadang diciptakan oleh manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Manusia, pada dasarnya bukan menginginkan hidupnya berjalan dengan baik tanpa ada gangguan dan hambatan. Kesalahan mengambil kebijakan, pada hakikatnya ia sedang mendatangkan permasalahan. Jangan salahkan pada Tuhan, jika kebijakan dalam kehidupan mengalir dengan deras kekusutannya.
Tapi, salahkan pada diri sendiri, kenapa bisa terjadi demikian. Ini perlu renungan dan jawaban yang panjang dari permasalah yang datang itu. Sesuatu yang baik adalah datangnya dari Sang Maha Pencipta. Dan sesuatu yang keburukan, pada dasarnya manusia itulah yang mengolah dan mendorongnya keluar.
Masalah yang keluar, seringkali dalam konteks tertentu yang dipersalahkan adalah takdir. Padahal takdir itu sendiri adalah makhluk Tuhan yang tunduk pada titah-Nya. Persoalan dalam kehidupan yang melilit dengan segenap keburukan, jangan selalu dikaitkan dengan takdir Tuhan yang negatif.
ADVERTISEMENT
Tetapi, cobalah merenung dan tengok ke belakang, barangkali ada sesuatu yang perlu diperbaiki dari diri kita. Dari kelompok manusia yang terlibat. Dari kebijakan yang kurang tepat. Dari analisis pengambilan kesimpulan yang tidak bersandar pada kepentingan umum. Dari berbagai langkah dan pikiran yang melahirkan kekeliruan.
Sekali lagi, cobalah kembali pada hati nurani yang terdalam. Tidak mungkin Tuhan begitu saja menimpakkan musibah tanpa terkait dengan ulah manusia. Melainkan ada latar belakang kemunculannya yang harus segera dilihat dan dipikirkan.
Untuk mencoba mengurai persoalan itu, cobalah melihat alam luas. Melihat berbagai pemandangan yang sudah diberikan oleh-Nya. Ataupun alam buatan hasil kreasi manusia. Baik kreativitas yang sengaja dipikirkan untuk mencari keindahan, maupun bukan kreativitias yang pada akhirnya dianggap kreativitas.
ADVERTISEMENT
Tanya Pada Danau Gawir
Dok. Pribadi.
Adalah Danau Gawir yang terletak di Kecamatan Legok Kabupaten Tangerang, menawarkan indah dan sejuknya alam. Di sana para hamba Tuhan dapat sejenak melepas kepenatan dalam hidup. Mencoba merestart pikiran alam bawah sadar yang sudah mengendap satu pekan terakhir.
Di tempat ini, cobalah diri kita berdialog dengan alam yang sejuk ini. Tanyalah darimana air yang mengendap di danau Gawir itu. Tanyakanlah kepada ikan-ikan yang ada di danau itu. Tanya pula kepada orang-orang yang lalu lalang dihari-hari weekend. Apakah yang membuat mereka berdatangan ke tempat itu.
Apakah untuk tadabur alam atau sekedar melepaskan penat setelah melaksanakan rutinitas kerja selama satu pekan. Atau dalam rangka mencari inspirasi kehidupan lewat indahnya Danau Gawir itu. Lalu kenapa, orang-orang sekitar hanya sekedar menonton sementara orang jauh darisana sibuk mencari tempat itu?.
Dok. Pribadi.
Seribu alasan pasti datang silih berganti. Tetapi itulah kehidupan. Hari ini merasakan indah, besok merasakan pahitnya kehidupan. Hari ini merasakan berjalan di dalam kelancaran, terkadang besok jiwa kita merasa masuk ke dalam jebakan ranjau pahitnya kehidupan.
ADVERTISEMENT
Di tengah-tengah kusutnya kehidupan itu, pandanglah beberapa saat alam yang Indah itu. Lihatlah air itu begitu tenang. Rerumputan hijau yang terhampar luas. Pepohonan yang mengirimkan sejuknya udara. Dan Tempat yang begitu luas. Serta datang dan perginya pengunjung sebagai cara Tuhan untuk menyalami hambanya yang mau berpikir dan bertadabur dengan mata batin hikmah.
Semoga keluasan Danau Gawir itu dapat menjawab jiwa dan kelapangan kita, dalam upaya dialog imaginatif sebagai obat sementara untuk meredakan kusutnya kehidupan, menuju cahaya ketenangan yang dijemputnya lewat usaha mendekat kepada-Nya.
Penulis adalah Mahasiswa Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.