Belajar Meminta dan Memberi Maaf

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
22 April 2021 5:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia, setiap hamba Allah yang shaleh pun tentunya tidak akan pernah tidak melakukan kesalahan dan dosa. Begitupun dengan kita yang tak akan bisa luput dan bahkan tidak bisa terhindar dari kesalahan-kesalahan tersebut.
ADVERTISEMENT
Rasulullah bersabda,
“Jikalau kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantikanmu dengan suatu kaum yang pernah berbuat dosa, hingga mereka memohon ampunan dan Allah mengampuni mereka,” (HR. Muslim).
Setiap ramadhan tiba, menjadi sebuah tradisi kita sebagai umat Islam untuk maaf kepada sanak, keluarga, dan handai taulan saat menjelang ramadhan tiba dan ketika berakhirnya ramadhan saat idul fitri tiba.
Hal yang paling sulit kita lakukan dengan kata MAAF adalah meminta maaf atau ketika memberi maaf. Senyatanya manakah kedudukan yang lebih baik dari keduanya.
Kedudukan orang yang meminta maaf terlebih dahulu maka derajatnya lebih tinggi dan lebih dicintai Allah SWT. ”Dalam hadits disebutkan, bahwa orang yang lebih dulu meminta maaf derajatnya di hadapan Allah SWT lebih tinggi dan lebih dicintai Allah SWT dari yang dimintai maaf.
ADVERTISEMENT
Walakin, tidak semua orang akan bisa dengan mudah untuk minta maaf. Sebagian orang memiliki prinsip dan ego yang tinggi berharap bahwa merasa tidak bersalah dan kesalahannya akan terlupakan begitu saja.
Sebenarnya ada banyak dampak ketika kita meminta maaf, disarikan dari beberapa literatur ketika kita meminta maaf dengan hati yang tulus berhasil meredakan masalah dalam hubungan antar manusia, maka bisa mengurangi stres, membuat kadar hormon kembali seimbang dan tingkat energi kembali normal.
Selanjutnya adalah bagaimanakah keadaan kita ketika justru orang lain yang berbuat kesalahan, mengganggu bahkan mendzolimi. Bagaimana juga seharusnya kita menyikapi perilaku orang lain yang mengganggu bahkan mendzolimi kita?
Pertama adalah sebagai ujian kesabaran. Allah ‘azza wa jalla (QS al-Baqarah (20: 155-156) berfirman:
ADVERTISEMENT
Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan ketakutan, kelaparan, kehilangan harta dan jiwa. Namun, berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang yang apabila ditimpa musibah mengucapkan ‘sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali’ (inna lillahi wa inna ilaihi raji’un).
Niscayanya jika kepastian dalam diri kita adalah apapun yang terjadi, termasuk perilaku orang lain yang menyakitkan hati kita semua itu terjadi karena Allah ‘azza wa jalla mengizinkannya. Tidak mungkin suatu peristiwa terjadi kalau Allah tidak mengizinkannya. Seekor nyamuk pun tidak akan menyentuh kulit apalagi sampai menghisap darah kita kalau Allah tidak mengizinkan. Tidak mungkin ada cacian dan makian yang menimpa kita kalau Allah tidak mengizinkan.
Kalau Allah menghendaki atau mengizinkan suatu kejadian menimpa kita, pastinya Allah swt memiliki tujuan atau maksud dari peristiwa tersebut. Maksud utamanya adalah tiada lain menguji kita dengan cara memberi cobaan kepada kita. Alhasil, jika memiliki cara berpikir illahiyah sebagaimana di atas, maka kita akan sampai kepada pemahaman “Allah sedang menguji saya”. Orang yang mampu bersabar, maka Allah bersamanya. Innallaha ma’ash-shabirin.
ADVERTISEMENT
Kedua adalah untuk memaafkan. Allah ‘azza wa jalla dalam al-Qur’an (QS al-Maidah, 5:15) berfirman:
(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Senyatanya memaafkan adalah proses untuk menghentikan perasaan dendam, jengkel, atau marah karena merasa disakiti atau didzalimi. Lebih dari itu, memaafkan sebagai proses menghidupkan sikap dan perilaku positif terhadap orang lain yang pernah menyakiti .
ADVERTISEMENT
Menurut Nashori (2014), pemaafan dapat diartikan kesediaan untuk meninggalkan hal-hal yang tidak menyenangkan yang bersumber dari hubungan interpersonal dengan orang lain dan menumbuhkembangkan pikiran, perasaan, dan hubungan interpersonal yang positif dengan orang lain yang melakukan pelanggaran secara tidak adil
Memaafkan memang tidak mudah, tentunya membutuhkan proses dan perjuangan untuk melakukannya. Adanya kebaikan bagi diri kita dan bagi orang lain akan menjadikan memaafkan menjadi sesuatu yang mungkin dilakukan.
Seorang ahli psikologi dari Universitas Stanford California, Frederic Luskin dalam Martin (2003), pernah melakukan eksperimen memaafkan pada sejumlah orang. Hasil penelitian Luskin menunjukkan bahwa memaafkan akan menjadikan seseorang: (a) Jauh lebih tenang kehidupannya. Mereka juga (b): tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, dan dapat membina hubungan lebih baik dengan sesama. Dan yang pasti, mereka (c) semakin jarang mengalami konflik dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Para ahli psikologi mempercayai bahwa memaafkan memiliki efek yang sangat positif bagi kesehatan. Pemaafan (forgiveness) merupakan salah satu karakter positif yang membantu individu mencapai tingkatan optimal dalam hal kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual.
Ilustrasi Memaafkan, Foto:Shutterstock
Puasa di bulan ramadhan memberikan kesempatan untuk memiliki kesediaan kita dalam pemaafan menjadi tinggi. Di bulan penuh magfirah ini kita memiliki semangat yang tinggi untuk memperoleh pahala dan menguras dosa-dosa kita. Sampai nanti saat hari lebaran tiba, kita bahkan harus memberikan pemaafan.
Semoga selamanya kita semua bisa belajar memaafkan dan memberi maaf. Dan pemaafan kita semua tidak hanya di bibir, namun harus sampai di hati.
**Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung.
ADVERTISEMENT