Era Guru Zaman Now

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
30 November 2020 6:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagaimana sosok ‘Gurunya para Guru’, Ki Hadjar Dewantara di negeri yang kita cintai ini sudah mengingatkan krusialnya peranan guru. Cita-cita Ki Hadjar Dewantara untuk membangun pendidikan yang membuat rakyat kuat dan menjadi manusia yang merdeka lahir batin memerlukan para guru teguh dalam perjuangan. Apalagi titik tolak perjuangan pendidikan Ki Hadjar Dewantara ialah kelompok marginal.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya Paulo Freire (2000) dalam Pedagogy of Freedom: Ethics, Democracy and Civic Courage menyebut ada tiga hal penting tentang mengajar yang perlu dipahami para guru. Pertama, tidak ada pengajaran tanpa pembelajaran. Seorang guru harus mampu melakukan riset, memiliki respek terhadap beragam pengetahuan siswa, kritis, memahami isu etik dan estetika, menjadi teladan, mau mengambil risiko, reflektif dan kritis, serta memiliki pemahaman tentang identitas kultural masyarakat sekitarnya.
Kedua, mengajar bukan hanya untuk transfer pengetahuan. Penting bagi guru untuk sadar akan ketidaksempurnaan dirinya, pengakuan terhadap kondisi orang lain, respek terhadap otonomi siswa, rendah hati, logis, toleran, memperjuangkan hak, penuh sukacita dan harap, yakin terhadap perubahan, dan penuh rasa ingin tahu.
Ketiga, mengajar ialah aksi kemanusiaan. Hal tersebut terkait dengan kesadaran guru terhadap profesi, komitmen, peran pendidikan dalam mengubah dunia, otoritas dan kebebasan, hati nurani, mau mendengarkan, pemahaman ideologis, dan terbuka untuk berdialog.
ADVERTISEMENT
Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud) yaitu Nadiem Anwar Makarim, telah mengemukakan konsep kurikulum baru pada akhir tahun 2019. Konsep yang diberi nama ‘Merdeka Belajar’ ini diyakini menjadi solusi untuk reformasi sistem pendidikan Indonesia. Melalui Merdeka Belajar, siswa diharapkan menjadi seorang yang mandiri, berani, pintar bersosialisasi, sopan, beradab, dan berkompetensi.
Progam Merdeka Belajar dengan merubah sistem pengajaran yang biasanya terpaku di dalam kelas, kini dapat memasukkan instrumen lain di luar kelas sebagai bahan ajar seperti observasi lingkungan maupun pencarian daring. Keaktifan siswa dalam mencari ilmu baru dari sumber yang semakin beragam diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa.
Peningkatan kualitas siswa tentunya diiringi peningkatan kualitas tenaga pendidik. Sesuai dengan motto Merdeka Belajar yang digunakan yaitu ‘Merdeka Belajar, Guru Penggerak’, konsep ini juga menuntut inisiatif guru sebagai tangan pertama pemberi materi dan contoh bagi murid. Menurut Mas Menteri, pembelajaran tidak akan pernah terjadi jika dalam prosesnya tidak ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada oleh guru dalam kompetensi di level apapun.
Ilustrasi Guru, Foto: Shutterstock
Senyatanya begitu banyak tantangan yang semakin kompleks dalam mendidik anak-anak bangsa dengan berbagai latar belakang, kelebihan dan kekurangannya. Kompleksitas dan perubahan zaman yang terus bergerak menjadi kondisi aktual yang dihadapi para guru saat ini.
ADVERTISEMENT
Alhasil, Tantangan nyata bagaimana Ki Hajar Dewantara, Freire dan Mas Nadiem memposisikan peran guru sebagai agen pembaharu yang harus beradaptasi dengan dunia pendidikan berhembus ke arah kemajuan dan modernisasi. Saat ini adalah era jaringan kecerdasan, menjadi sebuah era yang melahirkan ekonomi baru, politik baru dan masyarakat baru.
Pandemi Covid19 memaksa dan membuka tabir pendidikan negeri ini, dengan memunculkan ragam masalah dan sekaligus solusi pendidikan kita. Setidaknya bagaimana peran guru saat ini untuk mampu;
ADVERTISEMENT
Seolah menjadi potret pendidikan di Indonesia dan peran bersama juga tantangan nyata guru "era zaman now" untuk memecahkan masalah-masalah seperti :
dan masih banyak lagi masalah-masalah pendidikan lainnya.
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666