Membudayakan Membaca

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
23 April 2021 6:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
HARI BUKU sedunia (World Book Day) di tetapkan UNESCO pada 23 April 1995 sebagai penghormatan terhadap penulis dunia William Shakespeare yang meninggal pada 23 April 1616 dan penulis kenamaan lainnya, seperti novelis Prancis (Maurixe Druon), penulis Kolombia (Manuel Mejia Vallejo), dan penulis asal Islandia (Halldor Laxness).
ADVERTISEMENT
Peringatan ini dikenal pula dengan Hari Buku dan Hak Cipta Sedunia dan Hari Buku Internasional. Hari Buku merupakan hari perayaan tahunan yang digagas oleh UNESCO untuk mempromosikan peran membaca, penerbitan, dan hak cipta. Mungkin saja ada banyak orang yang tidak tahu akan hal terpenting dalam perkembangan literasi di dunia termasuk salah satunya di Indonesia.
Benarkah membaca adalah jendela dunia dan buku adalah salah satu pintu untuk melihat dunia? Ketika pandemi Covid-19 sebagai sebagian besar sekolah di seluruh dunia tutup dan orang-orang harus membatasi waktu mereka, bagaimanakah aktivitas membaca itu sendiri?, apakah membaca pun menjadi dibatasi?
Di tengah pandemi Covid-19 yang mengharuskan kita #dirumahaja, senyatanya ada kekuatan buku seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memperkuat ikatan antar-orang, memperluas cakrawala dan wawasan intelektual kita, dan mampu merangsang pikiran dan kreativitas kita.
ADVERTISEMENT
Niscayanya jika globalisasi dunia semakin kompetitif yang menuntut generasinya untuk cerdas, kreatif, dan inovatif. Semua keterampilan itu bisa diwujudkan dan menjawab tantangan tersebut salah satunya melalui kegiatan membaca kreatif. Tuntutan abad ini harus membuat generasi muda haus akan bacaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Membaca mungkin kegiatan yang mudah dilakukan, namun susah untuk dijadikan kebiasaan. Bosan, jenuh, cepat menghampiri ketika mulai melakukan kegiatan membaca, sehingga generasi muda merasa bahwa membaca merupakan kegiatan yang membosankan.
Refleksi peringatan R.A Kartini adalah didapatkan Kartini sebagai pembaca yang sangat lahap, dikisahkan jika kecintaannya terhadap pustaka bagaikan candu. Buku dan bacaan lain tak pernah lepas dari jangkauannya meski sering kali bacaan-bacaan tersebut tidak dimengertinya. Setelah ia menyelesaikan beban pekerjaannya, tangannya akan menggapai buku atau koran. Yang jelas bacaan-bacaanya yang ia lahap memberinya kenikmatan dan juga pelajaran yang tiada habisnya (Pane, 2011).
ADVERTISEMENT
Bagi generasi milenial saat ini keberadaan buku bukan hanya sekadar untuk dihapal, buku merupakan sebuah bentuk wawasan yang bisa membantu kita untuk lebih mengenal diri sendiri, dinamika sosial, bahkan mengenal seluruh isi dunia yang kita tempati.
Tepatlah pepatah yang mengatakan buku adalah jendela dunia, oleh sebab itu buku merupakan suatu alat yang penting sebagai sumber ilmu yang tak pernah kering sepanjang masa.
Hari buku dunia, foto pixabay
Kondisi nyata yang harus dicari solusi tepat dan menjadi sebuah peringatan mengingat pendapatnya Muhammad Hatta. Bung Hatta, Kara Adhim, mengatakan "jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya."
Untuk menjadi bangsa yang hebat maka kita membutuhkan komitmen untuk membuat hari tak sekedar berlalu begitu saja, tetapi harus selalu mendapat “asupan” bacaan yang bermutu. membaca menjadi sangat penting untuk memantik daya kritis dan pikiran maju ke depan.
ADVERTISEMENT
Niscaya akan lahir orang-orang hebat yang bermanfaat yang akan selalu bermula dari seberapa banyak bacaan yang diserapnya seiring waktu, sebagaimana mengutip kata Ki Hajar Dewantara “Lawan Sastra Ngesti Mulya”, dengan ilmu kita menuju kemuliaan.
Berapa buku yang pernah kita baca? Pertanyaan yang mungkin menyebalkan, ngeyel atau juga sindiran bahkan menjadi tanntangan untuk mau membaca.
Beranikah menerima tantangan ketika pandemi covid-19,saat #dirumahsaja sambil ngabuburit di bulan ramadhan “Setiap hari, cobalah membaca walau hanya 5 menit-an atau hanya dapat beberapa lembar saja. Kalau merasa mulai lelah atau bosan jangan dipaksa lanjut, istirahat 5 sampai 10 menit, lalu coba dilanjutkan kembali. ” Rasakan Mood-nya, benarkah membaca adalah kegiatan rekreasional sehingga seseorang harus benar-benar menikmati kegiatan tersebut dan tidak ada paksaan.
ADVERTISEMENT
Harus diakui jika ruang pendidikan kita belum menginternalisasikan pola pikir kritis dan reflektif. Saat ini, tidak semua dari kita dan anak-anak mendapatkan kemewahan membaca ragam literatur secara reflektif yang disertai dengan pendampingan pembelajaran yang berupaya membangun logika.
Implementasi dari penyerapan proses membaca buku, dapat dilihat hasilnya pada kecerdasan melakukan proses analisa dan pelaksanaannya pada olah ketrampilan yang dimiliki. Orang yang menerapkan budaya membaca mempunyai logika yang lebih besar dan proses analisa yang lebih besar di bandingkan orang yang jarang membaca. Menumbuhkan budaya membaca sangat penting, terlebih bagi generasi muda yang menjadi ujung tombak kehidupan bangsa dan negara.
Mari luangkan waktu dengan membaca, Selamat Hari Buku Sedunia!
**Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung.
ADVERTISEMENT