news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Paradigma Baru Mengajar

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
8 Desember 2021 8:55 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengutip Stephen Covey ,"Kalau mau perubahan kecil dalam hidup, ubahlah perilaku. Tapi kalau menghendaki perubahan besar, ubahlah paradigma".
ADVERTISEMENT
Disarikan dari pendapat para ahli, paradigma didefinisikan sebagai cara pandang seseorang terhadap sesuatu, yang memengaruhinya dalam berpikir. Harmon Dalam Moleong (2012:49) . Paradigma adalah cara mendasar untuk memahami, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang khusus tentang realitas.
Dalam penelitian, teori paradigma dapat membantu para ilmuwan untuk dapat bekerja dalam suatu kerangka teoretis yang luas. Paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970).
Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought (cara berfikir) atau mode of inquiry (cara bertanya) tertentu, yang kemudian menghasilkan mode of knowing (ragam pengetahuan) yang spesifik.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat cepat dan pandemi Covid-19 telah merubah paradigma sistem dan metode pembelajaran dalam hal ini peran guru ketika mengajar.
ADVERTISEMENT
Menarik mencermati ktitik orang tua, masyarakat, dan para pakar pendidikan mengenai proses belajar dan mengajar yang terjadi di sekolah. Setujukah jika pendidikan pada intinya adalah proses belajar dan mengajar atau pembelajaran menjadi suatu hal yang sangat vital dalam proses pendidikan.
Menyoal kegiatan mengajar maka tidak akan lepas dari guru, sehingga guru menjadi figur yang teramat penting ditengah derasnya dinamika dan tuntutan perubahan kebijakan menyangkut peningkatan mutu pendidikan dewasa ini. Sebab apapun perubahan dibidang pendidikan, pada akhirnya akan ditentukan oleh guru melalui pekerjaan profesinya sebagai orang yang berada di ruang kelas (offline/online).
Harus dipahamai jika saat ini telah terjadi pergeseran paradigma sistem pengajaran juga muncul pada transfer ilmu pengetahuan yang pada mulanya lebih menekankan pada proses mengajar (teaching), berbasis pada isi (content base), bersifat abstrak dan hanya untuk golongan tertentu dan pada proses ini pengajaran cenderung pasif.
ADVERTISEMENT
Menjadi sebuah kritik ketika sistem pembelajaran dalam pendidikan paradigma lama yang menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran bukan individu yang aktif mengkontruksi pengetahuan dan menemukan makna belajarnya sendiri. Seolah-olah sekolah hanya menjadi institusi pendidikan yang memiliki batas sistem sangat jelas dan bersifat tertutup.
Dalam proses pembelajarannya, apa yang dipelajari oleh siswa jauh dari dunia nyata, ditambah dengan metode-metode pengabaran buku teks (content transmission) sehingga kenyataan masih mendominasi dibanding kontruksi secara induktif. Siswa pun tidak memiliki otonomi atau kontrol terhadap proses belajarnya sendiri, harus mengikuti aturan dan kebijakan dalam format disiplin yang kaku.
Jika merefleksi potret proses pembelajaran saat ini yang bisa jadi membelenggu sebagian siswa di kelas, diantaranya: sebagian guru lebih banyak menggunakan metode ceramah di kelas yang pastinya membuat siswa jenuh, anak-anak masih menjadi objek dalam belajar sehingga mereka kurang kreatif karena proses pembelajaran masih didominasi guru, anak-anak sibuk mengerjakan berbagai tugas yang diberikan guru termasuk PR, sumber belajar yang digunakan di kelas masih sangat terbatas, umumnya baru memanfaatkan buku paket saja sehingga siswa kurang diberi peluang untuk mencari bahan dari berbagai sumber selain buku paket.
ADVERTISEMENT
Sebuah tantangan dan tuntutan saat ini ketika paradigma baru pendidikan yang harus mulai bergeser pada proses belajar (learning), berbasis pada masalah (case base), bersifat kontekstual dan tidak terbatas hanya untuk golongan tertentu sehingga pelajar dituntut untuk lebih aktif mempelajari dan mengembangkan materi pelajaran dengan mengoptimalkan  sumber-sumber lain..
Perubahan tersebut tentunya menuntut guru untuk meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik,kompetensi profesional dan kompetensi digital dalam hal pembelajaran. Kompetensi inti guru ini selanjutnya akan menempatkan guru pada sebuah paradigma baru dalam proses pembelajaran.
Paradigma baru ini senyatanya merubah makna dalam mengajar dan model pembelajaran. Saat ini guru tidak lagi memposisikan diri sebagai sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi, akan tetapi harus berperan sebagai pengelola sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Di dalam belajar, bukan hanya sekedar mengahapal informasi, menghapal rumus-rumus, akan tetapi bagaimana menggunakan informasi dan pengatahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir. Sehingga siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, akan tetapi sebagai subjek belajar yang harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa.
Sejatinya tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Pembelajaran dalam paradigma baru, fokus pembelajarannya yaitu pada ‘mempelajari cara belajar’ (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran.
Ilustrasi Siswa Belajar foto: google
Model pembelajaran paradigma baru mengajar saat ini harus berbasis Pendekatan Saintifik (5M) dan guru diberi ruang menggunakan pendekatanatau model pembelajaran lain.
ADVERTISEMENT
Perubahan jaman dan kondisi terkini maka gurupun memiliki tanggung jawab mengembangkan kurikulum sehingga berimplikasi agar guru mampu mencari gagasan-gagasan baru, penyempurnaan praktek pengajaran dengan evaluasi pada cara mengajar yang digunakan, lalu mencari jalan keluarnya, bagaimana mengatasi kekurangan alat peraga dan buku bahan ajar yang diperlukan ataupun menyempurnakan model pembelajaraan yang sudah bagus agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.
Dalam perubahan paradigma baru, seorang guru harus memiliki model pembelajaran mengarah pada pendekatan tertentu terhadap instruksi yang terdiri dari tujuan, sintaks (pola urutan atau alur), lingkungan, dan sistem pengelolaan secara keseluruhannya.
Misalnya penulis mencoba dengan model pendekatan pembelajaran AKI EE MENCRET, Pembelajaran yang dilakukan para guru merupakan singkatan dari pendekatan pembelajaran yang Aktif, Kolaboratif, Inovatif, Efektif dan Efisien, MENantang, Ceria, REalita dan Terkini. Di dalam pembelajarannya siswa harus; selalu mencari tahu, berbasis aneka sumber belajar, pendekatan ilmiah, berbasis kompetensi, holistik/terpadu, kebenaran jawaban multi dimensi dan Keterampilan aplikatif.
ADVERTISEMENT
Pendekatan AKI EE MENCRET ini bisa menerapkan empat prinsip utama dalam proses pembelajaran yaitu :
Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalam pelaksanaan konsep AKI EE MENCRET jika peran para guru dalam berinteraksi dengan siswanya bisa menjadi motivator yang selalu memberikan motivasi, dan sebagai fasilitator yang memfasilitasi tanpa mendominasi. Guru harus selalu memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana. Dan saat ini peran guru pun harus menjadi penggerak dan pembelajar bagi siswanya.
ADVERTISEMENT
Paradigma baru mengajar dengan pendekatan AKI EE MENCRET menekankan pembelajaran yang bisa dilakukan para guru dengan prinsip-prinsip yang perlu dilakukan dalam mengajar jika mengutif model Active Learning 101 Cara belajar dengan “Paham Belajar Aktif” yang memodifikasi dan memperluas kata-kata bijak Confucius yaitu :
Alhasil, paling penting dalam tugas dan tanggung jawab utama para guru dalam paradigma baru mengajar adalah ”bukan membuat siswa belajar” akan tetapi ”membuat siswa mau belajar”. Peran guru ”bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi ”mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran”. Sehingga pembelajaran bukan hanya memperhatikan pada “apa yang dipelajari siswa”, melainkan pada “bagaimana membelajarkan siswa”.
ADVERTISEMENT