Pedagogi Digital

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
23 Juni 2021 8:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 telah memaksa pembelajaran harus secara daring selama hampir setahun setengah, ada banyak kendala dan tantangan di lapangan. Evaluasi dan penangganan segera dari dampak Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini tidak bisa dibantahkan, tingginya angka putus sekolah dan potensi penurunan kualitas pendidikan anak usia sekolah karena tidak tercapainya target kurikulum.
ADVERTISEMENT
Kemendikbud Ristek pun telah menguji efektivitas PJJ, kualitas tenaga pendidik, peserta didik dan proses pembelajarannya. Dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) sampai dengan saat ini masih ditemukan beberapa keterbatasan atau kendala dalam pelaksanaannya. Saat ini kekurangan ekonomi atau keterbatasan fasilitas tidak lagi menjadai soal utama, akam tetapi masalah lainnya adalah kejenuhan dalam pembelajaran online baik dari pihak pengajar, pelajar serta orang tua sebagai pendamping anak di rumah.
Beberapa hal tersebut harus bisa diantisipasi oleh para pendidik jika mereka memahami pedagogi dan berani untuk berkreasi dalam pembelajaran online dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi yang berkembang pesat hari ini. Pedagogi didefinisikan sebagai sebuah seni dalam proses pembelajaran termasuk dalam hal ini pengetahuan dan keterampilan seorang pendidik supaya siswa mampu mengingat, memahami, mengimplementasikan, menganalisa, mengevaluasi sampai dengan menciptakan (bloom taxonomy).
ADVERTISEMENT
Keniscayaannya pedagogi sebagai pengetahuan dan keterampilan maka harus berkembang mengikuti zamannya termasuk dalam hal ini teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran karena pendidikan pasti akan mengikuti perkembangan teknologi.
Pengintegrasian teknologi dalam pendidikan menjadi upaya yang banyak ditempuh oleh lembaga pendidikan, misalnya melalui pengadaan fasilitas internet, LCD proyektor di ruang-ruang kelas, penggunaan e-modul, dan digital library. Akan tetapi, misalnya di beberapa sekolah kondisi ini tidak selalu diimbangi dengan peningkatan kompetensi guru dalam mengelola kelas berbasis teknologi. Data Pustekkom Kemendikbud menunjukkan kesenjangan antara guru dan siswa dalam penggunaan teknologi dan hanya 40% guru non TIK yang siap dengan teknologi.
Di sisi lain, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran lebih dimaknai secara dangkal sebatas penggunaan alat atau media, misalnya power point, internet, dan ebook. Penggunaan teknologi lebih dominan dalam transfer of knowledge bukan transfer of values, padahal tuntutan perubahan zaman idealnya harus merubah aliran pendidikan untuk berorientasi pada mewujudkan lingkungan yang memungkinkan pelajar memiliki kecakapan abad 21 yang fokus pada Karakter, Literasi dan Keterampilan 4C(Critical Thinking, Communication, Collaborative, Creative).
ADVERTISEMENT
Senyatanya jauh sebelum pandemi Covid-19 para peserta didik ini merupakan generasi muda yang lahir di era digital sehingga terbiasa memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tumbuh bersama derasnya arus informasi dan hidup bersama teknologi komunikasi digital. Pola komunikasi dan manajemen pengetahuan mereka pun dimediasi oleh teknologi.
Kondisi lainnya digital native makin banyak digunakan dalam berbagai kajian dan literatur. Selain itu, berkembang pula sebutan mengenai net generation, generasi Y, generasi Z, millenials dan juga generasi Alpha. Bahkan disebut sebagai digital learners karena sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi.
Paling utama saat ini adalah memahami dampak Revolusi Industri 4.0 dan pandemi Covid-19 terhadap pendidikan. Salah satunya adalah memikirkan kembali pendidikan dari sudut pandang peserta didik, apa yang perlu mereka pelajari dan bagaimana upaya efektif untuk mempelajari hal tersebut di era digital. Hal ini penting agar mereka memiliki keterampilan menghadapi peluang dan tantangan yang hadir bersama massifnya digitalisasi di berbagai sektor kehidupan.
ADVERTISEMENT
Kuncinya adalah mampukah para guru atau dosen memahami pedagogi digital yang dimaknai sebagai keterlibatan dan praktik reflektif dalam kegiatan belajar mengajar melalui teknologi digital. Dengan karakteristik khas yaitu: menyatukan teori dan praktek, membuat dan berpikir, menumbuhkan kreativitas, permainan dan pemecahan masalah, mendorong partisipasi, kolaborasi, dan keterikatan publik yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kritis terhadap lingkungan digital (Spiro, 2013).
Para pendidik harus mampu meningkatkan kualitasnya melalui sejumlah pelatihan, perombakan kurikulum serta pemilahan beberapa mata pelajaran yang baik dengan menggunakan metode daring atau pun yang akan hanya maksimal dengan tatap muka. Artinya para pendidik harus bisa memilah yang pelajaran ini lebih mudah atau lebih susah untuk dipahami, maka bisa dipisahkan yang lebih mudah dipahami itu dilaksanakan secara online dan yang lebih susah secara tatap muka.
Ilustrasi Pembelajaran Era Digital, Foto;Pixabay
Tuntutan lainnya harus kreatif dalam membuat konten pembelajaran, kreativitas tersebut diharapkan bisa menghasilkan konten belajar yang bermutu bagi para peserta didik. Kemampuan lainnya harus bisa mengelaborasi pendidikan karakter, pembiasaan baik, praktek, keterampilan, yang mungkin tidak akan ditemukan saat PJJ.
ADVERTISEMENT
Digitalisasi di berbagai sektor menempatkan generasi muda saat ini sebagai digital learners yang memerlukan pendekatan pembelajaran berbeda untuk memenuhi harapan dan kebutuhan mereka dalam menangkap peluang dan menghadapi tantangan di masa depan. Pergeseran cara pandang dan cara hidup di era digital turut menggeser apa yang penting untuk dipelajari melalui pendidikan dan bagaimana pendekatan tepat untuk mempelajarinya secara efektif.
Pedagogi digital menjadi alternatif solusi pada pembelajaran era digital yang bertujuan menghasilkan generasi muda yang kritis, adaptif, dan memiliki kecerdasan sosial dalam menghadapi tuntutan era Industri 4.0 dan di saat krisis sekalipun.
** Asep Totoh - Dosen Ma’soem University, Kepala HRD Yayasan Bakti Nusantara 666 Cileunyi.