Perguruan Tinggi dan Lulusannya di Era Digital

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
29 Agustus 2021 15:08 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di Era Revolusi Industri 4.0 dan badai pandemi Covid1-19 memaksa Perguruan Tinggi mempersiapkan dan merubah langkah-langkah strategis dalam mengantisipasi perubahan dunia yang kini telah dikuasai perangkat digital. Ada banyak langkah strategis yang harus dirumuskan dalam berbagai aspek mulai dari kelembagaan, bidang studi, kurikulum, sumber daya, serta pengembangan cyber university, risbang hingga inovasi.
ADVERTISEMENT
Saat ini bagi suatu perguruan tinggi dalam mencapai kesuksesan pada kuantitas saja tidak lagi menjadi indikator utama, akan tetapi adalah kualitas lulusannya. Tuntutan dan tantangan sebuah negara dalam menghadapi mencapai kesukesan di revolusi industri 4.0 erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan oleh sumber daya yang berkualitas, sehingga Perguruan Tinggi wajib dapat menjawab tantangan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan persaingan dunia kerja di era globalisasi.
Tentunya untuk melahirkan sumber daya yang inovatif dan adaptif terhadap teknologi, diperlukan penyesuaian kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan pembelajaran dalam hal teknologi informasi, internet, analisis big data dan komputerisasi. Maka Perguruan tinggi wajib menyediakan infrastruktur pembelajaran tersebut diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang terampil dalam aspek literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia.
ADVERTISEMENT
Perubahan pun harus dilakukan Perguruan Tinggi yang meliputi sistem kerja, orientasi menghasilkan lulusan, menyesuaikan dengan kebutuhan industri masa kini, menerapkan metode terkini dengan diperkuat sistem informasi digital, tata kelola dan kepemimpinan.
Selanjutnya kualitas lulusan perguruan tinggi saat ini berdaya dan responsif serta memiliki jiwa entrepreneur. Tentu ini menjadi tantangan menarik bagi perguruan tinggi untuk menjawabnya, penguatan indikator perguruan tinggi pada kualitas dan bukan hanya kuantitas. Saat ini dalam pengembangannya, PT dalam penguatan tujuannya harus didasarkan untuk meningkatkan kualitas dan menjawab kebutuhan dunia kerja dan industri kekinian.
Menjadi tuntutan Perguruan tinggi untuk memberi penekanan pada pengembangan keterampilan peserta didiknya, merancang program-program yang dibutuhkan peserta didik di masa depan, serta kemitraan dengan dunia industri, serta harus menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk mendapatkan keterampilan yang siap pakai untuk memenuhi kebutuhan industri yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Mengutip A.Yusrin (2019), Lembaga The Montreal AI Ethics Institute merilis hasil survey mereka yang dapat dijadikan acuan perguruan tinggi kita dalam berinovasi untuk menghasilkan lulusan yang kompeten di era industri 4.0. The Montreal AI Ethics Institute melakukan Survei terhadap 400 orang tentang topik "Peluang Kerja Masa Depan". Survei ini berangkat dari hasil laporan "Future of Jobs " dari World Economic Forum ( WEF) yang memperkirakan 75 juta pekerjaan di seluruh dunia akan diambil alih oleh otomasi pada tahun 2022.
Di saat yang sama 133 juta pekerjaan baru juga akan muncul ke ekonomi global, tetapi dalam banyak kasus, para orang akan kehilangan pekerjaan kerena tidak memiliki kualifikasi yang diperlukan untuk mengisi posisi baru tersebut. Oleh karena itu, The Montreal AI Ethics Institute memberikan 4 rekomendasi untuk mendesain ulang pendidikan tinggi untuk bisa menghasilkan lulusan yang siap kerja menghadapi revolusi industri 4.0. Kelima inovasi pendidikan tinggi tersebut yakni:
ADVERTISEMENT
1. Fokuskan waktu kuliah
Standar kelulusan gelar 4 tahun tradisional secara luas masih dianggap sebagai persyaratan standar untuk kesuksesan karir. Namun dalam berbagai bidang, pendidikan tinggi 4 tahun sering memaksa mahasiswa banyak mempelajari subyek kuliah yang tidak berguna
2. Pangkas sistem kredit
Sistem kredit akademik di atas kertas dianggap tidak memberikan banyak pengarih kesiapan kerja yang sebenarnya. Oleh karena itu, lembaga ini mendorong untuk meningkatkan kualifikasi lulusan dengan cara lain, seperti melalui pembelajaran online, program sertifikasi , pengajaran mandiri dan kewirausahaan
3.Kerja sama industri
The Montreal AI Ethics Institute melihat ketika lembaga pendidikan tinggi bermitra dengan industri, semua orang mendapat manfaat. Siswa mendapatkan peningkatan akses ke mentor dan magang, sekolah meningkatkan relevansi kurikulum, dan perusahaan mendapatkan tenaga kerja sesuai kebutuhan mereka.
ADVERTISEMENT
4. Pembelajaran berbasis proyek
Karier modern membutuhkan kreativitas, pemikiran kritis, keterampilan interpersonal, keterampilan komunikasi, dan negosiasi. Salah satu cara mengintegrasikan keterampilan dunia nyata ini ke dalam kampus adalah melalui pembelajaran berbasis proyek. Dengan meminta siswa merencanakan, merancang, dan melaksanakan proyek mereka sendiri, mereka belajar berfungsi sebagaimana adanya di pasar kerja yang terus berkembang.
Kemudian yang menjadi bagian utama yang harus dijamin adalah ketika lulusan benar-benar menjadi SDM yang kompeten dalam menghadapi revolusi industry 4.0 dengan era digitalnya dengan menguasai 3 ranah yaitu Attitude, Skill dan Knowledge.
Maka selanjutnya supaya tidak hanya melahirkan lulusan SDM tidak hanya pada hard skills semata namun utamanya adalah soft skills yang dapat ditanamkan di dunia pendidikan maka PT harus melakukan integrasi penanaman soft skills dalam setiap kurikulum yang ada.
ADVERTISEMENT
Soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) untuk kerja secara maksimal.
Ada banyak keterampilan yang dibutuhkan dalam pendidikan abad 21 saat ini seperti creativity, critical thingking, problem solving, communication, collaboration,team-working, leadership, digital literacy, emotional intelligence, entrepreneurship, dan global citizenship.
Ilustrasi Mahasiswa Perguran Tinggi, Foto: Pixabay
Pentingnya soft skills terlihat dengan jelas pada 10 kiat suskses orang-orang yang tersukses di Amerika sebagaimana kesimpulan buku ”Lesson From The Top” karangan Neff dan Citrin dalam Asmuni (2014), yaitu:
Temuan lainnya, kesuksesan seseorang di dalam dunia kerja, bukan karena faktor kemampuan akademisnya. Bukan karena kemampuan teknikal atau hard skills seseorang. Banyak penelitian menunjukkan bahwa, kesuksesan seseorang di dalam dunia kerja itu bukan didasarkan karena kemampuan teknikal. Kemampuan teknikal hanya menyumbang sebesar sepeluh persen untuk kesuksesannya, dan sisanya 80 persen disumbang oleh kemampuan non akademis atau soft skills.
ADVERTISEMENT
Soft skills menjadi penunjang bagi seseorang yang akan bekerja maupun membuat lapangan pekerjaan, hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan lebih memilih calon tenaga kerja yang memiliki kemampuan soft skills yang sangat baik tetapi hard skillnya kurang. Dibandingkan memilih calon tenaga kerja yang memiliki kemampuan hard skill mumpuni tetapi kemampuan soft skills nya kurang.
**Asep Totoh - Dosen Ma'soem University - Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung