Sekolah Digipreneur

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
21 Januari 2021 11:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Entrepeneur Foto: geralt
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Entrepeneur Foto: geralt
ADVERTISEMENT
Pengembangan kewirausahaan sekolah merupakan trend baru yang mendukung pengembangan satuan pendidikan di berbagai tingkatan. Hal ini didasarkan pada realitas bahwa semangat dan jiwa wirausaha tidak hanya dimiliki oleh pengusaha tetapi juga semua orang minimal mampu berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk meningkatkan nilai tambah atau manfaat dan hasil usahanya.
ADVERTISEMENT
Peran penting sekolah dalam pengembangan kewirausahaan harus menggali kreativitas para peserta didik, kreativitas tersebut merupakan ide-ide yang masih dalam bentuk pemikiran sedangkan realitas dari kreativitas itu merupakan suatu  produk yang dapat dalam bentuk barang atau jasa.
Produk tersebut bisa dalam bentuk produk baru tetapi bukan yang benar-benar baru (inovasi). Ada juga produk yang benar-benar baru yang selama ini belum pernah ada (invention).
Produk baru yang diciptakan dapat merupakan kombinasi dari beberapa produk yang sudah ada atau penggabungan beberapa sumber daya yang ada. Dari kreativitas dapat tercipta produk baru (inovasi).
Produk baru yang tercipta itu diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada karena adanya produk yang memenuhi. Tentu saja produk yang dihasilkan itu dapat membuka peluang usaha, hal inilah yang menunjukkan jika kreativitas dan inovasi itu penting dan menjadi kunci dari pengembangan kewirausahaan.
ADVERTISEMENT
Nyatanya tanpa kreativitas tidak akan ada inovasi, begitu pula sebaliknya, inovasi itu terjadi karena adanya kreativitas. Oleh karena itu dapat dikatakan orang yang kreatif itu sangat diperlukan karena mereka yang kreatif itu pada akhirnya akan menjadi seorang inovator.
Kewirausahaan merupakan pengetahuan yang sangat tergantung kepada kreativitas, dengan memiliki kreativitas maka itu seorang dapat lebih mudah untuk berwirausaha. Seseorang yang bergerak dalam bidang entrepreneurship harus menjadi orang yang kreatif dan inovatif.
Keniscayaannya jika kunci utamanya adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang produktif dan berkualitas dalam kewirausahaan, sebagai wirausaha yang perlu diprakarsai adalah sikap mental sebagai seorang pengusaha. Mental entrepreneur merujuk pada suatu pola pikir yang memberikan pengaruh dalam proses tingkah laku seseorang dalam menciptakan sesuatu yang positif, yang sangat bernilai dan berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
ADVERTISEMENT
Membangun mental entrepreneur adalah proses membentuk kebiasaan atau pola pikir yang dapat membawa perubahan, ide-ide dan inovasi-inovasi baru, yang mampu memberikan nilai tambah yang lebih besar. Karakter inilah yang menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning) seorang wirausaha.
Napoleon Hill dalam buku yang berjudul Think and grow Rich “Berpikir dan Menjadi Kaya” merupakan hasil dari 20 tahun penelitian dan wawancara lebih dari 500 orang-orang tersukses di bidang entrepreneur hingga di berbagai macam disiplin ilmu, diantaranya adalah Alexander Graham Bell, Woodrow Wilson, dan Thomas Alfa Edison.
Dari hasil kajiannya Napoleon Hill (2016) memformulasikan beberapa point penting dalam membentuk mentalitas entrepreneur diantaranya adalah, seorang entrepreneur memiliki hasrat atau keinginan dalam dirinya, kepercayaan atau keyakinan pada diri sendiri, usaha yang pantang menyerah, membuat perencanaan, bertindak, memiliki spesialisasi, imajinatif, rencana, melakukan langkah besar, memberdayakan pikiran bawah sadar dan indera keenam (IGA Adi;2019).
ADVERTISEMENT
Masalah utama lainnya saat ini adalah acuan kurikulum pendidikan di Indonesia harus dapat memacu tumbuhnya berpikir kreatif pada diri peserta didik. Definisi kurikulum menyangkut mata pelajaran dengan materi yang akan diajarkan oleh guru kepada peserta didik. Kurikulum merupakan rencana pembelajaran suatu mata kuliah atau pelajaran yang akan diajarkan. Kurikulum itu menyangkut tujuan pendidikan yang akan dicapai yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih baik.
Hal Ini harus diutamakan bila negara kita ingin memiliki banyak inovator yang dapat mendorong negara kita menjadi negara maju melalui penemuan-penemuan di bidang teknologi.
Kurikulum pendidikan kita harus di desain ulang untuk menghasilkan orang-orang yang kreatif. Orang-orang kreatif itu adalah orang-orang yang mampu menemukan hal-hal baru (inovator) melalui pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah yang dimilliki bangsa ini untuk mensejahterakan rakyat banyak.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kurikulum pendidikan di negara kita harus dirancang untuk menjadikan lulusan itu kreatif, lulusan yang mampu berpikir kreatif. agar dapat menghasilkan produk-produk inovatif, yang mampu membawa perubahan dalam kehidupan dan memecahkan permasalahan kehidupan yang dialami masyarakat.
Tuntutannya Kurikulum pendidikan harus dapat mengadopsi hal-hal yang dapat menghasilkan lulusan yang kreatif agar dihasilkan inovator-inovator yang mampu menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat .
Keniscayaannya jika “entrepreneurship” merupakan salah satu kendaraan untuk mendayagunakan demografi penduduk, meningkatkan perekonomian sebuah negara dan daya saing bangsa.
Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk sekitar 268 jutaan jiwa, maka kurang lebih harus memiliki 5,3 juta orang wirausaha. Jika dibandingkan dengan negara di Asia, Indonesia masih jauh daripada Malaysia dengan persentase lima persen, Singapura tujuh persen, Thailand empat persen, dan Vietnam sekitar tiga persen. Apalagi dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika dan Jepang yang masyarakatnya sebagai wirausaha sudah di atas sepuluh persen.
Sekolah Digipreneur, Sekolah Wirausaha, Foto: Shutterstock
Negara Indonesia sangat berpotensi dalam menumbuhkan dan mengembangkan wirausahawan baru, Berdasarkan data statistik bahwa pada tahun 2030, Indonesia diperkirakan memiliki penduduk berusia produktif sebanyak 60 persen, dengan 30 persen-nya merupakan penduduk muda dengan potensi menjadi seorang wirausaha. Gaya hidup digital yang berkembang dewasa ini sangat mendorong berkembangnya start up dan memberikan kemudahan untuk akses pasar produk Usaha Mikro, kecil dan Menengah (UMKM).
ADVERTISEMENT
Saat ini kemunculan kewirausahaan teknologi digital telah memberikan dampak yang luar biasa di dunia. Usaha digital yang dibangun melalui jejaring internet seperti Google, Facebook, atau Microsoft telah mampu mengubah dunia serta telah membentuk pola komunikasi tanpa sekat geografis. Digitalisasi juga berdampak terhadap pengembangan wirausaha baru, potensi pengembangan usaha baru meningkat karena adanya peluang digitalisasi cabang usaha maupun mengubah usaha dari offline menjadi online.
Alhasil, menjawab era knowledge based economy tantangan dan tuntutan yang paling mengemuka adalah lembaga pendidikan harus Entrepreneur application dan Innovation driven yang berbeda dari kondisi saat ini hanya beraktivitas di zona aman (pure public dan budget driven). Keniscayaannya diperlukan perubahan paradigma, bagaimana lembaga sekolah juga mampu mencetak para wirausahawan yang mampu memberikan lapangan kerja kepada masyarakat secara luas.
ADVERTISEMENT
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem Univeristy, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666