news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Tantangan Mengajarkan Anak Menjadi Dermawan

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
14 September 2021 7:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengarungi bahtera rumah tangga sejak 2003 dengan kebahagiaan menjadi cerita indah, saat ini dikarunia seorang putri namun masih menjadi sebuah pertanyaan besar saat ini ketika dikaruniai anak sewata wayang, mungkinkah kita adalah orang tua yang seperti kebanyakan orangtua yang sibuk memenuhi kebutuhan anak dengan berbagai makanan enak, memfasilitasinya dengan kemewahan dan berbagai permainan yang melenakan.
ADVERTISEMENT
Harus diakui jika kita mungkin lupa bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan hal terpenting yang harus diwariskan kepada anak, termasuklah sifat kedermawanan.
Sesekali, anak diberikan uang jajan lebih dan diharuskan menabung. Setelah itu anak disarankan untuk bisa berbagi dengan saudara atau tetangga terdekat yang memang menurut kita layak untuk diberikan sesuatu yang mereka butuhkan.
Menjadi sebuah tantangan berat untuk menanamkan sikap keyakinan pada anak jika sudah seharusnya jika setiap manusia selalu melakukan kebaikan-kebaikan, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Dengan hal-hal yang baik, maka tentu saja akan membuat kehidupan di dunia ini akan menjadi lebih baik.
Mengajak anak untuk dermawan menjadi hal terberat untuk memberikan pemahaman jika kuncinya tidak harus menjadi orang yang kaya untuk bisa berpartisipasi dalam setiap kebaikan-kebaikan yang ada. Dermawan ketika kaya itu biasa, akan tetapi menjadi dermawan disat sulit itu yang luar biasa. Kita harus mampu mengajak anak untuk melakukan perbuatan sederhana atau yang kecil sekalipun maka sudah dapat berperan banyak untuk melakukan perubahan-perubahan yang bermanfaat dalam kehidupan pribadi dan orang lain di sekitar.
ADVERTISEMENT
Saat ini kita sebagai orang tua mencoba untuk terus menanamkan dalam benak anak bahwa ia adalah seorang anak yang dermawan, dan itu adalah sifat yang baik. Kita enggan sekali untuk bilang kepada anak bahwa dia "pelit". akan tetapi kita hanya menginginkan dan meyakinkan jika dia anak anak yang "dermawan".
Sifat berbagi yang dicoba untuk dilakukan oleh anak bisa mengenai banyak hal, di mulai dari hal terkecil seperti berbagi makanan minuman, mainan, baju, uang dan lain-lain. Misalnya saat sedang naik transportasi umum, maka ajari anak untuk mendahulukan orang yang lebih tua untuk naik terlebih dahulu, atau mendahulukan berbagi tempat duduk.
Sudah pasti seorang anak anak akan lebih sering meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya. Maka dari itu, agar anak bersedia mendahulukan kepentingan orang lain, maka orangtua perlu memberikan contoh terlebih dahulu pada mereka.
ADVERTISEMENT
Tugas berat kita bagaimana membuat mereka istiqomah dan yakin jika apa yang kita lakukan maka semua akan kembali pada diri kita, sebagaiamana firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 7 yang berbunyi, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.”
Ilustrasi kedermawanan, Foto: Pixabay
Jelaslah jika kebaikan untuk orang lain akan mendatangkan kebaikan untuk diri sendiri. Sebaliknya, perbuatan buruk kepada orang lain juga akan mendatangkan keburukan bagi siapapun yang melakukannya.
Alhasil, yakin saja jika setiap kebaikan meskipun kecil bentuknya pasti akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Begitu pula dengan keburukan, sekecil apa pun bentuknya juga akan mendapat ganjaran. "Barangsiapa yang berbuat kebaikan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang berbuat kejahatan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula." (QS Az-Zalzalah: 7-8).
ADVERTISEMENT
Alhasil, sebagai orang tua menjadi penting untuk mengajarkan anak bagaimana menjadi seseorang yang murah hati. Tidak ada kata “terlalu dini” untuk mengajarkan dan membiasakan anak untuk memberi dan bersikap dermawan. Yakin saja "Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular”
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Bakti Nusantara 666