Pengaruh Coronavirus Terhadap Ekonomi Politik China

Asmiati Malik PhD
International Relations - International Political Economist - Young Scholars Initiative - Senior researcher at AsianScenarios - Dosen Hubungan Internasional Universitas Bakrie
Konten dari Pengguna
29 Januari 2020 14:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asmiati Malik PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu warga China memakai masker (Sumber, Kevin Frayer/Getty )
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu warga China memakai masker (Sumber, Kevin Frayer/Getty )
ADVERTISEMENT
Jumlah pasien yang terdampak dari Coronavirus terus-menerus meningkat secara dramatis dari hari ke hari dengan rata-rata peningkatan 60 persen dalam sehari semalam. Setidaknya sudah 5.974 orang yang terindikasi terjangkit virus ini, 103 pasien berhasil disembuhkan. Sedangkan 132 pasien meninggal dunia disebabkan karena daya tahan tubuh atau imunitas rendah sehingga tubuh secara alami tidak mampu melawan virus ini. Kebanyakan dari orang yang meninggal adalah lansia, bayi serta pasien yang memang sudah membawa penyakit bawaan.
ADVERTISEMENT
Jenis virus baru yang sedang merebak di China memang merupakan jenis spesifik patogen baru yang belum diketahui penyebab dan pengobatannya. Ilmuwan di China memasukkannya dalam kategori “Novel Coronavirus 2019”, namun demikian mereka belum memberikan penamaan baru untuk turunan virus tersebut. Coronavirus masih sejenis dengan virus yang menyebabkan flu, SARS, dan MERS.
Corona Virus pertama kali merebak di salah satu pasar ikan yang juga menjual binatang-binatang liar untuk di konsumsi daerah Wuhan, provinsi Hubei yang berjarak 1.167 km atau sekitar 12 jam waktu tempuh dengan mobil dari Beijing.
Pasar di Wuhan, China (Sumber Photo SCMP)

Hasil Penelitian Sementara

Hasil penelitian sementara yang dipublikasikan oleh BioRXiv dan Colnd Spring Harbor Laboratory menunjukkan bahwa Coronavirus dengan identitas n-Cov-2019 memiliki kesamaan dengan BATCov RaTG13 yang ditemukan beberapa tahun sebelumnya salah satu gua di Yunnan, China. Dengan demikian kesimpulan sementara menunjukkan bahwa pembawa patogen dari virus tersebut kemungkinan besar berasal dari kelelawar.
Gambar Coronavirus (Photo : https://www.biorxiv.org/)
Pemerintah China sendiri sudah berusaha mengisolasi Wuhan untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Namun demikian, metode ini kemungkinan hanya mampu mencegah sebagian kecil dari penyebaran virus mengingat terdapat 11 juta orang yang bermukim di kota ini, yang sangat tidak mungkin untuk mengontrol pergerakan mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu penyebaran virus sudah meliputi hampir 30 persen wilayah China. Perebakan virus ini bertepatan dengan hari Imlek yang menjadi hari libur nasional dan berkumpul keluarga untuk masyarakat China, setidaknya terdapat lebih dari 400 juta masyarakat yang melakukan mobilitas antar wilayah, sehingga penyebaran dari satu daerah ke daerah lain serta kontak fisik tidak dapat dihindarkan.

Signifikansi Penyebaran Coronavirus

Sejauh ini data menunjukkan penyebaran n-Cov-2019 sudah mencapai beberapa negara termasuk, Korea Selatan, Jepang, Kanada, Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Singapura, Australia dan Inggris dengan jumlah pasien terdampak sebanyak 800 orang. Pesatnya penyebaran virus ini berbanding terbalik dengan waktu yang diperkirakan dibutuhkan oleh ilmuan untuk mencari obat dan vaksin untuk mengatasi virus ini. Setidaknya dibutuhkan tiga fase untuk membuat vaksin untuk virus ini.
ADVERTISEMENT
Setiap fase tersebut membutuhkan waktu setidaknya tiga bulan, untuk percobaan, keamanan, dan menentukan determinasi dari dampak virus tersebut, belum lagi faktor-faktor yang tidak terduga yang bisa menyebabkan penundaan signifikan. Setidaknya, untuk sementara ini, kita bisa berkesimpulan bahwa dibutuhkan 6-12 bulan untuk menemukan pengobatan yang tepat. Dalam rentang waktu tersebut, sudah bisa diperkirakan masyarakat China dan global akan terus dihantui oleh Coronavirus.
Gambar penyebaran Coronavirus di China (Sumber New York Times)
Sebagai perbandingan, Virus Influenza di tahun 1918-1919 yang juga disebut sebagai ibu dari semua pandemik menelan korban 50 juta orang di seluruh dunia. Jumlah ini jauh lebih besar dari orang yang meninggal akibat perang dunia 1 dan 2. Di masa itu mobilitas masyarakat masih sangat terbatas lewat kapal laut karena bulan adanya maskapai pesawat terbang belum ada. Meski penyebaran virus yang lamban, mampu menelan jumlah korban yang sangat besar. Ini menyebabkan ketakutan dengan muncul Coronavirus ini, mengingat mobilitas masyarakat global sudah sangat cepat yang juga menyebabkan penyebaran Coronavirus akan semakin besar dan bisa saja melampaui dampak dari virus influenza di 1918-1919.
ADVERTISEMENT

Dampak Politis dan Ekonomi

Penyebaran Virus yang sangat cepat sudah barang tentu akan menghantam politik ekonomi China dan global. Negara-negara secara serentak mengeluarkan travel warning, peringatan ini ditujukan bagi warga negara mereka yang sedang berada di China dan yang memiliki rencana untuk berangkat ke China untuk menunda keberangkatan mereka. Salah satu sektor yang terdampak langsung adalah sektor pariwisata termasuk industri perhotelan, kasino, restoran dan operator perjalanan wisata.
Pemerintahan XiJin Ping sendiri sudah menutup beberapa objek wisata termasuk tembok besar China. Sektor pariwisata menyumbang 11 persen untuk pertumbuhan produk domestik bruto dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 28 juta orang. Data menunjukkan jumlah turis asing yang berkunjung ke China di tahun 2018 terdapat 62,9 juta orang. Dengan merebaknya Coronavirus ini sudah hampir dipastikan akan menurunkan jumlah kunjungan turis. Di tahun 2003 ketika virus SARs merebak juga merontokkan pertumbuhan ekonomi sampai 0,8 persen.
ADVERTISEMENT
Selain itu Wuhan sendiri merupakan pusat kota industri yang memiliki peran yang sangat penting, terutama untuk sektor industri baja dan perakitan mobil. Salah satu perusahaan pabrik mobil terbesar di China, Dongfeng Motor Corporation juga berkantor pusat di Wuhan. Belum lagi beberapa pabrik besar yang memproduksi komponen-komponen mesing-mesin juga berpusat di Wuhan.
Tercatat beberapa perusahaan seperti Pepsico, H&M, IKEA, REMY Cointreau, McDonald’s, Starbucks, Walt Disney, Delta Airline, Wynn Resort, United Airline, dan Honda yang merasakan dampak langsung. Sebagian besar perusahaan asing yang memiliki pabrik dari China juga menutup proses manufaktur, aktivitas produksi dan beberapa sektor retail untuk mencegah penyebaran virus. Dengan demikian sudah bisa dipastikan akan pelambatan dan disrupsi supply chain baik di China dan di pasar global dan ini sudah direspon sangat negatif oleh pelaku pasar, terutama sektor perdagangan minyak mentah yang turun 10 persen.
ADVERTISEMENT
Masih terlalu dini untuk memastikan jumlah kerugian ekonomi dan dampak politik yang disebabkan oleh Coronavirus. Kendati demikian potensi kerugian bisa melampaui US$40 miliar, jauh lebih besar dari dampak ekonomi yang dihasilkan oleh Virus SARS di tahun 2003.
Jakarta, 29 Januari 2020
Asmiati Malik
Asmiati Malik. Foto: Dok: Dimas Prahara/kumparan