news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Toni Kroos, Si Jenius dari Greifswald

Asta purbagustia
Warga Depok
Konten dari Pengguna
17 Juni 2018 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asta purbagustia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kroos di laga melawan Dortmund. (Foto: AFP/Patrik Stollarz)
zoom-in-whitePerbesar
Kroos di laga melawan Dortmund. (Foto: AFP/Patrik Stollarz)
ADVERTISEMENT
Suatu waktu Juergen Klopp pernah memberi pujian setinggi langit kepada Toni Kroos.
ADVERTISEMENT
"Toni Kroos adalah pesepak bola istimewa, seorang jenius," puji pelatih Liverpool itu.
Bukan hanya Klopp yang menaruh kekaguman kepada Kroos. Xavi Hernandez, mantan pemain Barcelona, juga tidak bisa menyembunyikan kekagumannya kepada pemain berusia 28 tahun ini.
"Bagi saya, Kroos adalah poros permainan tim. Saya melihat banyak diri saya dalam dirinya. Dia seperti suksesor saya di lapangan."
Sementara itu, surat kabar Marca menjuluki Kroos dengan sebutan "Metronome." Tentu saja julukan ini mengacu pada bagaimana Kroos pandai mengatur tempo permainan.
Semua pujian tadi memang tidak salah alamat. Kroos merupakan salah satu gelandang terbaik dalam lima tahun ke belakang.
Ia memenuhi semua syarat untuk menjadi seorang gelandang hebat dunia. Visi yang cemerlang sekaligus teknik mumpuni. Kedua hal itu adalah kombinasi maut yang membuat performanya mendekati sempurna.
ADVERTISEMENT
Ia lihai membaca permainan dan cermat dalam mengambil setiap keputusan. Soal teknik tidak usah diragukan lagi. Semua operannya hampir selalu akurat. Tidak mengherankan jika rata-rata akurasi operan suksesnya bisa mencapai 90% tiap pertandingan.
Mereka yang mengamati bagaimana Kroos bermain pasti mengetahui bahwa ia bermain nyaris tanpa cacat. Sangat jarang kita melihatnya melakukan salah umpan dan kontrol.
Tidak ada yang bisa membantah kehebatan seorang Kroos. Lalu dari mana si jenius Kroos itu datang?
Semua bermula di Greifswald, Jerman, sebuah kota kecil yang jumlah penduduknya tak lebih banyak dari jumlah penduduk kota Bogor. Meski begitu, dari kota kecil inilah seorang bintang kebanggaan publik Jerman muncul.
Kroos lahir dua bulan setelah tembok Berlin runtuh dan sembilan bulan setelah reunifikasi Jerman, tepatnya pada 4 Januari 1990. Berdasarkan letak geografis Greifswald, bisa dibilang Kroos lahir sebagai orang Jerman Timur. Di Greifswald, Kroos melakukan langkah pertama dalam karier sepak bolanya.
ADVERTISEMENT
Ia tumbuh dan besar dalam keluarga olahragawan. Ayahnya adalah seorang mantan pesepak bola dan sempat menjadi pelatih tim Greifswalder FC, sedangkan ibunya adalah mantan pemain bulu tangkis untuk Jerman Timur. Sementara itu adiknya, Felix Kroos, juga merupakan pesepak bola.
Hidup dalam keluarga olahragawan membuat Kroos terbiasa menjalani semua dengan disiplin. "Mereka sangat memerhatikan anak-anaknya, mereka merawat gizi mereka, tidur mereka, dan semua yang penting bagi para atlet," kata Wolfgang Toeller, mantan pelatihnya di Greifswalder FC. 
Wolfgang Toeller masih ingat betul saat Kroos datang untuk pertama kali ke Greifswalder FC.
"Saya ingat dia masih berusia enam tahun dan saat itu datang bersama dengan ayahnya di sesi pelatihan tim muda. Ayahnya bertanya apakah dia bisa berpartisipasi, kami berkata 'ya, mengapa tidak?'" Kenang Toeller.
ADVERTISEMENT
Hartmut Schimdt yang juga pelatih tim junior Greifswalder FC, juga masih belum lupa bagaimana Kroos memulai karier sepak bolanya di Greifswalder FC. "Saya ingat ibunya memegang tangannya saat dia menandatangani izin pertama untuk bermain," ungkap Hartmut.
"Dia punya potensi luar biasa. Dia bahkan belum sekolah tapi permainannya sungguh hebat," tambah Hartmut.
Kroos menimba ilmu di Greifswalder FC selama kurang lebih enam tahun. Menginjak usia 12, Kroos mendapat tawaran bermain dari tim yang lebih mapan, Hansa Rostock. Di Rostock, Kroos hanya bertahan hingga usia 16 tahun sebelum akhirnya raksasa Bundesliga, Bayern Munich mencium talentanya.
Kisah selanjutnya mengenainya hanyalah soal kesuksesan dan gelimang prestasi.