Kerutan di Wajahnya, Bukti Pengorbanan

Asyifa Putri
Mahasiswa Jurnalistik Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
7 Juli 2021 13:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asyifa Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tidak akan pernah ada jiwa yang terlahir tanpa pengorbanan dari seorang ibu, tidak akan hadir generasi penerus bangsa yang hebat tanpa nasihat serta bimbingan ibu. Ibu bagaikan cahaya yang berkilau, walaupun tertutup akan adanya kegelapan ia tetap akan memancarkan cahayanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Setiap detik dalam langkahnya selalu memikirkan anaknya. Ibu adalah malaikat tanpa sayap yang selalu menjaga serta membimbing kita hingga dewasa tanpa mengeluh.
Perjuangan seorang Ibu tidak terhenti saat ia mengandung dan melahirkan buah hatinya saja. Seorang Ibu akan melakukan apa pun agar anaknya dapat hidup dengan bahagia. Salah satu bukti pengorbanan luar biasa yang telah ia lakukan yaitu mulai munculnya kerutan yang ada di wajahnya.
Banyak orang yang menilai ibuku adalah sosok yang tegas, keras dan galak. Mungkin, karena Ibu sudah melewati kerasnya roda kehidupan ini dan itu yang membuatnya menjadi sosok yang tidak lemah.
Sejak kecil, Ibu sudah hidup mandiri bersama adiknya. Ayahnya, telah dipanggil Tuhan karena sakit yang dideritanya. Faktor ekonomi, mengharuskannya tinggal jauh dari ibunya. Untungnya, ada neneknya yang mau mengasuh mereka. Setidaknya, Ibu serta adiknya tak perlu berjuang sendirian mengingat umur mereka yang masih sangat belia. Untuk sekadar membeli buku saja Ibu tidak pernah meminta uang. Sebisa mungkin Ibu bekerja dan dari upah itu bisa untuk dibelikan buku.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, ia memiliki impian bahwa anaknya-anaknya kelak tidak merasakan apa yang ia rasakan dan mereka dapat menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Dari pernikahannya dengan ayahku, mereka dikaruniai seorang putri yaitu aku, Ibu pernah melewati masa-masa sulit saat kehilangan anak kembarnya, itu adalah adikku. Namun, dengan ketegarannya Ibu dapat melewatinya bersama dengan ayahku.
Kini, hanya aku saja yang mereka miliki. Karena bukan berasal dari keluarga yang mampu, dan tidak ingin bergantung dengan orang lain, mereka berjuang mati-matian mencari rupiah demi rupiah agar aku bisa mengejar cita-citaku.
Ibu membantu ayahku untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berjualan di warung kelontong setiap harinya. Masa-masa sulit telah mereka lalui bersama hingga akhirnya mimpi mereka bisa tercapai saat berhasil menyekolahkanku di jenjang perkuliahan.
ADVERTISEMENT
Ibu mengajariku banyak hal dalam hidup. Ibu percaya, Tuhan hanya akan mengirimkan cobaan kepada hamba-Nya yang kuat. Dari cobaan itu, kita bisa menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam menyikapi persoalan yang ada.
Besar harapanku Ibu sehat selalu dan diberikan umur yang panjang. Membahagiakan Ibu merupakan impian terbesarku saat sudah lulus dan memiliki penghasilan sendiri. Meskipun itu tidak seberapa dengan semua pengorbanannya. Namun, aku akan berusaha membahagiakannya.
(Asyifa Putri/ Politeknik Negeri Jakarta)