Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ibu Semestaku
28 Desember 2021 17:03 WIB
Tulisan dari Gosyen Karawaheno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mungkin akan penulis ceritakan beberapa kisah singkat mengenai Ibu penulis. Penulis lahir di rumah sederhana dengan atap dan dinding kayu yang menghiasi rumah. Banyak sekali perabotan Piring dan Mangkuk di dalam lemari rumah, mungkin karena Ibu juga memang hobbinya memasak. Saat itu penulis lahir dengan disambut Air Hangat dan Selimut, meskipun lahir ditempat yang demikian sederhana; penulis merasa sangat beruntung dan bersyukur pada masa hidup ini.
Ibu adalah seorang bidan desa, kemana-mana membawa tas yang berisi obat-obatan untuk mengobati orang sakit pada masa itu (2002-2005). Dikarenakan pada saat itu hanya Ibu penulis yang menjadi tenaga medis di desa; maka Ibu di tuntut harus bisa memberikan resep obat untuk berbagai macam penyakit, meskipun harus melanggar sumpah sebagai bidan.
ADVERTISEMENT
Dalam kode etik tenaga medis menegaskan bahwa hanya dokterlah yang memiliki kuasa untuk memberikan resep kepada pasien. "Mau bagaimanapun pasien harus sembuh" begitu kata ibu waktu itu; karna menurutnya tugas mulia tenaga kesehatan adalah membantu orang yang sakit.
Ibu lulusan sekolah SMK Kesehatan Palangkaraya dan dilantik jadi bidan; sangat umum pada pemerintahan orde baru Soeharto. Pada zaman ibu masih baru-baru menjadi bidan, ibu sering dijemput orang (Suami) dari istri yang akan melahirkan; ibu juga sering begadang menjaga dan menunggu pecah ketuban dari ibu yang akan bersalin. Ibu dari dahulu tak pernah sekalipun mematok harga untuk konsultasi maupun obat-obatan dan infus, bahkan ibu pernah dibayar memakai Buah Pisang dan Kain setelah selesai membantu persalinan. Ibu tak pernah mengeluh sekalipun, Itulah ibu penulis.
ADVERTISEMENT
Ibu yang pertama kali mengajarkan membaca dan menulis, tanpa Ibu mungkin tulisan ini bukanlah sebuah tulisan berarti. Tanpa Ibu, penulis bukanlah secermat dan lihai dalam mengarungi berbagai rintangan di kehidupan. Melalui berbagai macam cobaan dan derita doa Ibu selalu menerangi jalan-jalan yang suram berbatu.
Ada beberapa bagian di alam semesta yang masih rancu dan belum umum untuk orang-orang awam. Banyak orang tidak menyadari bahwa Ibu adalah semesta yang disederhanakan, diakarenakan ialah orang pertama yang mengajarkan banyak hal sejak lahir. Ibu mengajarkan segala hal tentang semesta, memecahkan dan menyederhakannya secara halus; sehingga bisa di terima dan di praktekan oleh anak-anak yang baru bertumbuh.
Menghormati ibu sangatlah penting, sudah menjadi kewajiban dan fakta rill bahwa doa ibu lah yang akan mengantar sang anak menuju semua harapan yang ia inginkan.