Apresiasi Sastra dalam Cerpen "Julintan" Karya Tiara Sari

Athiyyah Nur Roihanah
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2022 21:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Athiyyah Nur Roihanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cerpen dengan judul Julintan merupakan salah satu judul cerpen dalam buku kumpulan cerpen dengan judul Perempuan-Perempuan Perawat Kenangan karya Tiara Sari. Cerpen Julintan mengandung tema yaitu tentang seorang perempuan yang berusaha dengan keras untuk mewujudkan impiannya tetapi dengan cara yang salah, kemudian pada akhirnya impiannya tersebut tidak tercapai. Dalam cerpen ini dapat dikatakan tidak terlalu banyak tokoh serta penokohan. Tokoh pertama yang digambarkan penokohannya yaitu tokoh Aku. Tokoh Aku digambarkan sebagai pribadi yang memiliki sifat tidak terlalu suka mencampuri urusan orang lain. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Sejak itu, selama Ramadan, orang kota berkamera sering datang ke dusunku. dan tradisi menonton bersama menjadi hal yang selalu dinanti-nantikan warga -- tidak termasuk aku.” Kutipan tersebut menandakan bahwa tokoh Aku bukan merupakan orang yang suka mencampuri urusan orang lain karena ia tidak menantikan tradisi menonton bersama seperti warga dusun lainnya. Tokoh Aku juga digambarkan menjadi pendengar yang baik. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Julintan sering menceritakannya padaku soal itu.” Kutipan tersebut menandakan bahwa tokoh Aku merupakan pendengar yang baik karena Julintan sering bercerita kepadanya.
ADVERTISEMENT
Tokoh kedua yang digambarkan penokohannya yaitu Julintan, Julintan merupakan tokoh utama dalam cerpen ini. Pada awalnya Julintan digambarkan sebagai orang yang memiliki sifat yang jujur. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Bagaimana mungkin ia yang bertahun-tahun menjadi orang jujur dan hidup jauh lebih melarat dibandingkan si Mayar, tidak pernah didatangi orang kota seperti itu? Selama sepuluh tahun ia habiskan usianya sebagai buruh pencabut ubi kayu di ladang orang tidak secuil pun ia terniat untuk curang meski peluang untuk melakukannya terbuka lebar.” Kutipan tersebut menandakan bahwa tokoh Julintan merupakan orang yang jujur, ia juga tidak sama sekali memiliki niat curang. Namun pada akhirnya julintan digambarkan sebagai orang yang memiliki sifat tidak jujur. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Julintan memutuskan untuk berhenti menjadi orang miskin yang jujur. Dia mulai berpikir jika hidup akan lebih mudah bila dia tidak jujur. Selama dia masih jujur, maka kemelaratannya tidak akan berubah. Jika dia bisa sedikit berbohong saja, orang-orang kota tentu akan meliriknya seperti yang dialami si Mayar.” “Mata saya sudah lama sakit, Pak. Tapi tidak punya uang untuk berobat.” Kutipan tersebut menandakan bahwa tokoh Julintan pada akhirnya memiliki sifat yang tidak jujur, karena ia berpikir jika jujur secara terus menerus hidupnya akan susah, sebaliknya jika ia tidak jujur maka orang kota akan meliriknya. Ia juga berbohong bahwa matanya sakit sudah sejak lama, padahal pada kenyataannya ia dengan sengaja menggosokkan matanya dengan pasir agar ia menangis dan orang kota iba kepadanya.
ADVERTISEMENT
Julintan juga digambarkan memiliki sifat yang pantang menyerah. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Ia sibuk menyiapkan segala kebohongan yang lebih meyakinkan untuk menarik perhatian orang kota. Tibalah saat kunjungan berikutnya, Julintan pun telah siap dengan segala rencananya.” “Bibir keringnya semakin retak saja dan memutih. Wajah Julintan seperti tak berdarah lagi. Tetapi perempuan itu tetap juga bersemangat dengan usahanya.” Kutipan tersebut menandakan bahwa tokoh Julintan memiliki sifat yang pantang menyerah karena ia tetap bersemangat dengan usahanya dan ia juga telah menyiapkan berbagai macam rencana serta kebohongan untuk menarik perhatian orang kota.
Kemudian Julintan digambarkan memiliki sifat yang tidak taat beragama. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Julintan sudah tidak punya tenaga lagi setelah dua hari ia sengaja tidak sahur dan berbuka (meski sebelumnya ia juga tak pernah puasa).” Kutipan tersebut menandakan bahwa tokoh Julintan memiliki sifat yang tidak taat beragama, karena ia tidak berpuasa.
ADVERTISEMENT
Tokoh ketiga yang digambarkan penokohannya yaitu Mayar. Mayar digambarkan memiliki sifat yang penyabar. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Mayar -- perempuan miskin yang kerjaannya merawat suami lumpuh sejak sepuluh tahun yang lalu.” Kutipan tersebut menandakan bahwa tokoh Mayar memiliki sifat yang penyabar, karena ia sabar merawat suaminya yang lumpuh selama bertahun-tahun. Mayar juga digambarkan memiliki sifat suka mencuri dan suka beralasan. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Sedangkan si Mayar, Julintan tahu, perempuan itu sering mencuri ubi kayu di ladang majikannya. Bila ketahuan, ia selalu beralasan itu demi suaminya yang hidup segan mati tak mau.” Kutipan tersebut menandakan bahwa tokoh Mayar memiliki sifat yang suka mencuri dan beralasan, hal tersebut karena Mayar sering mencuri di ladang majikannya dan ia akan beralasan kepada majikannya ketika ia ketahuan telah mencuri.
ADVERTISEMENT
Tokoh keempat yang digambarkan penokohannya yaitu orang kota. Orang kata digambarkan sebagai orang yang suka mencari keuntungan dan memanfaatkan penderitaan orang lain untuk kepentingannya. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Hei, Julintan. Kau tahu tidak, kau itu meskipun sama melaratnya dengan si Mayar, Jahari, dan Kek Dulah, tapi beban yang kau tanggung cuma badan kau seorang. Kau kalah menyedihkan dibanding mereka berdua. Mana mungkin orang akan menangis sampai begini jika menonton kisah kau di layar kaca itu. Salah seorang warga mengagetkan Julintan yang juga sedang mematuti layar televisi di warung warga. Sakitlah hati Julintan mendengar penjelasan tetangganya itu. Barulah ia paham kenapa tempo hari orang dari kota itu menanyakan suami yang sakit, anak cacat, atau bayi sekarat padanya.””Ah, dasar! Mereka sesungguhnya tidak berniat membantu. Tetapi mencari ladang untuk mendapatkan keuntungan.”
ADVERTISEMENT
Tokoh yang kelima yaitu para warga. Para warga digambarkan sebagai orang-orang yang memiliki sifat heboh. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Orang sekampung membicarakannya. Mereka semua berdatangan ke rumah si Mayar bukan untuk ikut berduka atau mengucapkan selamat, melainkan berterima kasih sambil mengantar makanan-makanan enak, karena berkat si Mayar, mereka berkesempatan muncul di layar kaca.” Kutipan tersebut menandakan bahwa warga memiliki sifat heboh, karena jika ada orang kata yang datang ke dusun untuk meliput, para warga akan heboh berdatangan ke rumah orang yang diliput tersebut dengan tujuan agar dirinya ikut masuk ke layar kaca walaupun tidak seluruh badan.
Pada cerpen ini suami Mayar yang sakit, Jahari serta anak-anaknya yang putus sekolah, dan Kek Dulah serta cucunya yang tuna rungu tidak digambarkan penokohannya.
ADVERTISEMENT
Latar tempat yang pertama pada cerpen ini adalah di dusun. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Sejak itu, selama Ramadan, orang kota berkamera sering datang ke dusunku.” Latar tempat yang kedua yaitu rumah Mayar. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Hari itu, Julintan ikut menyaksikan dari kejauhan kedatangan orang kota ke rumah si Mayar.” Latar tempat yang ketiga yaitu gubuk Julintan. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Julintan pulang ke gubuknya dengan hati tersayat-sayat.” Latar tempat yang keempat yaitu gubuk Jahari dan rumah baru Jahari. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Ternyata gubuk si Jahari di hilir gubuk julintan yang menjadi tujuan mereka.” “Orang-orang setelah selesai menonton bersama, segera berdatangan ke rumah baru si Jahari.” Latar tempat yang terakhir yaitu warung warga. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Salah seorang warga mengagetkan Julintan yang juga sedang mematuti layar televisi di warung warga.”
ADVERTISEMENT
Latar waktu yang pertama pada cerpen ini adalah waktu Ramadan. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Sesuatu yang hanya terjadi selama Ramadan -- kunjungan orang-orang kota berkamera.” Latar waktu yang kedua yaitu sore hari. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Sore itu, segera ia tengadah lantas berdoa kali ini orang kota memilihnya.”
Latar suasana yang pertama pada cerpen ini adalah suasana menyedihkan. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Julintan pulang ke gubuknya dengan hati tersayat-sayat. Rasanya ingin menangis ia melihat keberuntungan yang didapatkan oleh si Mayar.” Kutipan tersebut menandakan suasana sedih, Julintan ingin menangis karena tidak mendapatkan keberuntungan seperti yang didapatkan oleh Mayar. Latar suasana yang kedua yaitu suasana mengenaskan. Hal tersebut dipertegas dalam kutipan cerpen “Tiba-tiba Julintan terjatuh di depan warung, warga yang melihat segera mengejar perempuan malang itu. Mereka yang sebelumnya tidak memperhatikan kaget melihat mata Julintan yang tempo hari memerah, kini bengkak dan telah menghitam.” Kutipan tersebut menandakan suasana mengenaskan karena Julintan terjatuh di depan warung dengan kondisi mata yang mengenaskan.
ADVERTISEMENT
Alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur campuran, yaitu alur maju dan mundur. Karena awal cerita dikisahkan dengan cara berjalan maju yaitu ketika tokoh Aku menceritakan tentang kedatangan orang kota setiap Ramadan ke dusunnya untuk meliput warga dusun, diceritakan salah satu warga dusun bernama Julintan ingin diliput pada Ramadan tahun ini. Namun ditengah cerita, tokoh Aku mengisahkan cerita secara mundur, ia membawa pembaca untuk flashback atau kilas balik pada Ramadan dua tahun sebelumnya, pada tahun tersebut seorang warga bernama Mayar berkesempatan untuk diliput oleh orang kota, tokoh Julintan pun iri ingin diliput juga oleh orang kota. Kemudian menuju akhir cerita, tokoh Aku kembali mengisahkan cerita secara maju, ia membawa pembaca kembali ke Ramadan tahun ini. Di Ramadan tahun ini diceritakan bahwasanya tokoh Julintan memiliki tekad, keinginan yang kuat, serta usaha yang keras untuk diliput oleh orang kota.
ADVERTISEMENT
Sudut pandang yang digunakan pada cerpen ini adalah sudut pandang orang pertama, yaitu tokoh Aku. Tokoh Aku secara langsung masuk ke dalam cerita. Tokoh Aku juga yang mengisahkan cerita dari awal hingga akhir.
Amanat yang terkandung dalam cerpen ini adalah mengajarkan kita agar selalu menjadi manusia yang memiliki tekad kuat serta usaha yang keras untuk mewujudkan suatu impian, tetapi kita haru berusaha keras dalam hal yang baik dan positif. Karena jika kita berusaha keras dalam hal yang negatif, diri kita sendiri juga yang akan rugi dan menanggung akibatnya. Selain itu cerpen ini mengajarkan jika kita adalah orang yang mampu dan berkecukupan jangan melakukan suatu tindakan yang merugikan orang lain. Kita jangan menjadikan orang yang kurang mampu sebagai ladang untuk mendapatkan keuntungan di atas penderitaan mereka. Kita seharusnya membantu orang yang kurang mampu dengan niat yang ikhlas dari dalam hati tanpa suatu niat yang terselubung.
ADVERTISEMENT
Cerpen dengan judul Julintan ini merupakan salah satu cerpen yang dilahirkan oleh Tiara Sari. Tiara Sari lahir di Pariaman, 14 September 1992. Setelah lulus SMA ia melanjutkan kuliah di STKIP PGRI Padang Sumatra Barat jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tiara menyukai bidang seni terutama seni rupa, seperti menggambar. Selain itu ia juga menulis feature, opini, cerpen, serta puisi.
Pada cerpen ini pengarang mengisahkan kehidupan warga dusun yang ketika Ramadan didatangi oleh orang kota. Setiap Ramadan terdapat warga yang berkesempatan diliput oleh orang kota, warga yang telah berhasil diliput tersebut bernama Mayar dan suaminya yang lumpuh, Jahari dan anak-anaknya yang putus sekolah, serta Kek Dulah dan cucunya yang tuna rungu. Dikisahkan bahwasanya terdapat satu tokoh yang tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk diliput oleh orang kota, tokoh tersebut yaitu Julintan. Julintan sangat sedih dan hatinya tersayat-sayat karena usaha-usaha besar tetapi curang yang dilakukannya tetap tidak membuat orang kota melirik dirinya untuk diliput. Kemudian di akhir cerita, Julintan digambarkan terjatuh di depan warung warga dengan kondisi mata yang mengenaskan.
ADVERTISEMENT
Keadaan sosial yang digambarkan pengarang dalam cerpen ini adalah kondisi mayoritas warga dusun yang kurang mampu dan menderita.
Ketika saya telah membaca cerpen ini terdapat beberapa emosi yang saya rasakan yaitu rasa iba kepada tokoh Julintan karena ia tidak berhasil untuk diliput oleh orang kota sekeras apapun usaha yang dia lakukan, tetapi saya juga kecewa kepadanya karena ia melakukan usahanya tersebut dengan cara yang curang. Saya merasa iba dan sedih kepada tokoh Jahari dan anak-anaknya, karena saya dapat merasakan betapa sedihnya menjadi orang tua yang harus melihat anaknya putus sekolah. Saya merasa kasihan kepada Mayar karena ia harus merawat suaminya yang sakit selama bertahun-tahun dan kasihan kepada suaminya karena menderita lumpuh selama bertahun-tahun sehingga ia tidak dapat beraktivitas. Saya merasa iba dan sedih kepada Kek Dulah dan cucu-cucunya, karena saya dapat membayangkan betapa hancur dan sedihnya seorang kakek yang memiliki cucu tuna rungu dan merasa kasihan kepada cucunya karena harus menjalani kehidupan yang kurang normal seperti anak-anak normal lainnya. Pada awalnya saya merasa terharu kepada orang kota karena sering memberi uang, sembako, dan lain sebagainya kepada warga dusun yang telah diliput. Tetapi, rasa terharu saya berubah menjadi rasa kekecewaan ketika mengetahui bahwa orang kota hanya memanfaatkan dan menjadikan kesengsaraan warga dusun sebagai ladang untuk mencari keuntungan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam mengapresiasi karya sastra seperti cerpen misalnya, seseorang tentu akan memiliki pandangannya masing-masing terhadap kelebihan serta kekurangan yang terdapat dalam karya tersebut. Oleh karena itu, menurut saya pribadi kelebihan cerpen ini adalah ceritanya mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit, terdapat banyak pelajaran hidup yang dapat diambil. Kekurangan cerpen ini adalah terdapat beberapa tokoh yang tidak secara jelas digambarkan sifatnya, sehingga pembaca kurang mendapatkan gambaran terhadap sifat tokoh tersebut.