Witch & Wizard: Peran Generasi Muda dan Kehidupan Distopia di Amerika

Atifah Khoiriyah
Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
22 Oktober 2021 14:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atifah Khoiriyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.istockphoto.com/id/foto/kuali-penyihir-dengan-asap-warna-untuk-halloween-gm843181650-139130811
zoom-in-whitePerbesar
https://www.istockphoto.com/id/foto/kuali-penyihir-dengan-asap-warna-untuk-halloween-gm843181650-139130811
ADVERTISEMENT
James Patterson adalah salah satu penulis fiksi Amerika yang sukses menghasilkan novel-novel remaja atau yang dikenal dengan istilah Young Adult Literature (YA). Salah satu serinya yang paling popular adalah novel “Witch and Wizard” yang ditulis bersama Gabrielle Charbonate, seorang penulis Lousiana, Amerika Serikat. Seri pertama novel ini di terbitkan pada tahun 2009 oleh Little Brown and Company.
ADVERTISEMENT
Novel “Witch and Wizard” mengisahkan kehidupan masyarakat distopia di Amerika dengan latar belakang masa lalu di mana masyarakat masih percaya adanya kekuatan sihir. Namun, hal tersebut tidak luput dari kehidupan Amerika di zaman sekarang yang masih erat kaitannya dengan penindasan, ancaman, dan ketidaksetaraan dalam kehidupan masyarakatnya. Dalam “Witch and Wizard”, simbol masyarakat distopia itu sendiri digambarkan melalui Rezim Pemerintahan New Order yang bersifat totaliter dan berusaha mengandalikan anak-anak dan remaja berkekuatan magis agar tidak menentang kekuasaan mereka.
Tokoh utama dalam novel ini merupakan sosok remaja yang sangat pemberani dan rela berkorban. Mereka adalah dua bersaudara Whitfort dan Wisteria Algood atau yang dikenal dengan Whit (delapan belas tahun) dan Wisty (lima belas tahun) yang ditangkap oleh Rezim New Order karena dituduh sebagai sebagai penyihir yang memiliki kekuatan jahat. James Patterson menggambarkan keterikatan keluarga yang sangat erat dalam perjuangan mereka di mana mereka saling menyayangi, melindungi, mendukung, dan saling melengkapi satu sama lain untuk menyelesaikan segala permasalahan yang mereka hadapi.
ADVERTISEMENT
Whit dan Wisty bersaudara juga sangat menyayangi orang tua mereka. Meskipun mereka memiliki ilmu sihir yang luar biasa, tetapi tetap saja, tidak ada yang lebih penting dari menyelamatkan orang tua mereka dari kekejaman rezim New Order. Meskipun mereka dihadapkan dengan situasi yang sulit, mereka tidak menjadikannya sebagai sumber kesedihan, tetapi justru sebagai cambuk yang membuat mereka lebih berani dan tangguh karena cinta dan kasih sayang adalah sumber kekuatan mereka.
Selain itu, mereka adalah contoh remaja yang baik. Hal itu tercermin dari bahasa yang mereka gunakan di dalam novel ini. Salah satu penggemar novel fiksi asal Amerika bernama Marvin mengatakan bahwa remaja zaman sekarang mungkin akan merasa malu dengan bahasa yang mereka gunakan. Dalam “Witch and Wizard”, para karakter tidak pernah menggunakan bahasa kasar seperti ‘WTF’, atau istilah tabu yang banyak digunakan oleh remaja masa kini. Hal inilah yang dapat kita contoh dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut berbanding terbalik dengan Byron Swain, karakter antagonis yang yang tega menyerahkan adiknya sendiri karena berpihak pada pemerintahan New Order yang berakhir menyedihkan. Karakter pengkhianat seperti Byron Swain juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat distopia di Amerika yang masih dapat dirasakan hingga sekarang. Hal tersebut digambarkan melalui berbagai film fiksi lainnya seperti “Black Mirror” pada tahun 2011 dan “The Hunger Games” pada tahun 2012, di mana yang setia dan membela kebenaranlah yang akan menang.
Cadwell Turnbull, penulis sekaligus pengajar di North Carolina State University mengatakan bahwa distopia bukanlah cerita fiksi baginya. Ini adalah realitas Amerika. Bagi masyarakat yang tertindas, fiksi gelap bukanlah imajinasi belaka. Namun, banyak penguasa elite global di Amerika Serikat berpura-pura bahwa hal yang terjadi di buku tidak dapat terjadi di kehidupan nyata. Karena itulah Patterson ingin menyampaikan pesan untuk membangkitkan semangat generasi muda dalam melawan penindasan dan segala bentuk ketidaksetaraan di Amerika melalui novel “Witch and Wizard”.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut ditunjukkan Whit dan Wisty bersaudara yang berani menentang penindasan, kekerasan, dan ketidakadilan bagi anak-anak seusia mereka di mana kebebasan mereka telah direnggut serta telah dipisahkan dari orang tua mereka. Dua penyihir bersaudara ini pantang menyerah untuk berusaha menyelesaikan masalah bahkan yang rasanya tidak mungkin diselesaikan oleh anak-anak seusia mereka untuk melawan para penguasa yang bersifat totaliter dan tidak adil.
Pada tahun 2010, setahun setelah terbitnya novel “Witch and Wizard”, Patterson kembali menegaskan dalam wawancaranya bersama kanal YouTube TIME mengenai kisah “Witch and Wizard” bahwa bayangkan semua hal yang kita anggap remeh seperti kebebasan berbicara, kebebasan beragama, buku, film, musik, jika semuanya dilarang dan dirampas dari mereka oleh para penguasa. Dari sanalah kita dapat melihat bagaimana generasi muda belajar cara mengatasi berbagai problematika kehidupan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, hal tersebut dapat kita lihat melalui peran pemuda, terutama mahasiswa pada tahun 1998 yang memperjuangkan reformasi besar-besaran saat pemerintahan Presiden Soeharto. Sikap tersebut merupakan perwujudan dari peran generasi muda sebagai agen perubahan bangsa. Dikutip dari laman Ketikunpad, Dosen Program Studi Jurnalistik Fikom Unpad, S. Sahala Tua Saragih juga menegaskan bahwa mahasiswa harus berani untuk beropini karena mahasiswa termasuk ke dalam golongan elite dan terpelajar.
Menanggapi hal tersebut, Syerli Ermita Putri, salah seorang mahasiswi Universitas Andalas mengatakan bahwa Whit dan Wisty bersaudara merupakan cerminan generasi muda yang mampu berkontribusi dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, terutama dalam menegakkan keadilan. Di zaman sekarang, menjadi pahlawan bukan berarti harus berperang atau memberontak. Kita dapat melakukannya dengan cara menggunakan hak suara sebaik-baiknya untuk memilih para pemimpin Indonesia yang arif bijaksana ataupun dengan cara mengkritik kebijakan yang tidak adil demi mewujudkan pemerintahan yang dapat mengayomi masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Begitulah James Patterson dan Gabrielle Charbonate menggambarkan kehidupan masyarakat Amerika yang seolah-olah masih berkaitan erat dengan kehidupan distopia sampai sekarang. Hal tersebut dibuktikan dengan maraknya tingkat rasisme dan diskriminasi yang masih dapat kita jumpai di tengah masyarakat, di mana kelas bawah hidup dalam ketidaksetaraan, ancaman, dan ketakutan yang akan selalu tertindas serta tidak dipenuhi hak-haknya.
Whit dan Wisty dalam “Witch and Wizard” adalah representasi pahlawan masa kini yang berani memperjuangkan kepentingan orang banyak walaupun mereka tidak memiliki kekuatan yang besar. Mereka adalah sosok pahlawan yang berjuang dari titik nol, di mana mereka belum mengetahui bagaimana cara menggunakan kekuatan sihir mereka. Bermodalkan stik drum dan buku pemberian orang tuanya, mereka mau belajar dan berusaha dengan gigih demi mewujudkan keadilan dan kebebasan masyarakat distopia pada masa itu. Hal tersebut merupakan dukungan Patterson untuk mengubah kehidupan masyarakat di Amerika melalui peran generasi muda di zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan generasi muda di masa depan nanti? Akankah mereka menjadi Whit dan Wisty selanjutnya yang akan menyelamatkan negeri ini?