10 Ribu Dolar AS: Alasan Nilai Bitcoin Terus Meroket

29 November 2017 18:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bitcoin (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bitcoin (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
ADVERTISEMENT
Bitcoin kembali menjadi headline di media-media dunia. Satu mata uang dengan teknologi kriptografi ini, per Selasa (28/11) lalu mencapai nilai 10 ribu dolar AS (setara dengan Rp 135 juta). Mekanisme penawaran dan permintaan yang tinggi jadi faktor menjulangnya harga Bitcoin di pasar ekonomi.
ADVERTISEMENT
Mata uang digital yang ditemukan oleh seseorang (atau sekelompok orang) yang mengaku sebagai Satoshi Nakamoto ini pun jadi incaran banyak investor dan pelaku bisnis dunia. Akan tetapi, bagaimana awal Bitcoin bisa menjadi begitu popular seperti sekarang ini?
Sejak kemunculannya di tahun 2009, butuh waktu sekitar 4 tahun bagi Bitcoin untuk mulai diterima masyarakat. Penggunaan Bitcoin mulai marak di tahun 2013 akibat adanya sebuah krisis yang melanda Siprus, sebuah negara kecil yang terletak di Laut Mediterania, selatan Turki.
Penduduk negara Siprus kehilangan kepercayaannya terhadap mata uang konvensional keluaran negaranya akibat krisis ekonomi global yang berimbas pada kesehatan sistem perbankan mereka. Untung menangani ini, pemerintah Siprus melakukan bailout pada sistem perbankan mereka, yang membuat orang-orang dengan tabungan di bawah 100 ribu euro dikenakan pajak yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
Akibat peristiwa ini, Penduduk Siprus pun akhirnya berbondong-bondong menukarkan uang yang mereka miliki dengan Bitcoin. Ketika proses bailout kepada Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional telah dimulai, nilai Bitcoin meroket dari 48 menjadi 78 dolar AS.
Sejak saat itu, para investor mulai memberi perhatian khusus terhadap crypto-currency atau mata uang virtual berbasis kriptografi, termasuk Bitcoin. Antusiasme yang diberikan terhadap Bitcoin bahkan mendorong harganya menjadi bersaing dari harga emas.
Pada November 2013 harga Bitcoin kembali melambung. Mt. Gox, satu dari agen pertukaran bitcoin pertama dan terbesar yang berbasis di Tokyo mengumumkan harga satu Bitcoin mencapai $1.242 (atau setara dengan Rp 16.146.000). Sementara di hari yang sama, harga emas menyentuh harga terendah di $1,240 (atau setara dengan Rp 16.120.000) per ons.
Ilustrasi Bitcoin (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bitcoin (Foto: Flickr)
Setelah krisis Siprus mereda, harga Bitcoin turun sebesar 70$ di bulan Juni 2013. Hal ini menyebabkan beberapa agen pertukaran Bitcoin menjadi offline untuk beberapa saat.
ADVERTISEMENT
Namun, kelesuan aktivitas Bitcoin ini hanya sesaat. Pada bulan Oktober 2013, gantian Tiongkok yang menjadi pasar baru di mana Bitcoin menjadi incaran. Permintaan Bitcoin di pasar Tiongkok begitu tinggi, sampai-sampai harganya di bursa pasar menjadi dua kali lipat dibanding harga bursa negara lain.
Kurangnya alternatif mata uang selain Yuan menjadi faktor mengapa Bitcoin amat digemari di Tiongkok. Seperti dikutip dari Forbes, Guillaume Babin-Tremblay, direktur eksekutif dari Bitcoin Embassy di Quebec, Kanada. “Sangat sulit bagi Tiongkok untuk berinvestasi di luar negeri. (Padahal) mereka memiliki gelembung real estate yang tinggi, gelembung pasar saham yang masif, dan tingkat tabungan tertinggi di dunia,” ujar Babin-Tremblay.
Sayangnya, popularitas Bitcoin tak berlangsung lama di China. Pada 5 Desember 2013, bank sentral Tiongkok resmi melarang perbankan di China untuk melayani transaksi Bitcoin. Puncaknya adalah ketika pemerintah China melarang pertukaran mata uang kripto tersebut dan akhirnya pasar Bitcoin terbesar di Negeri Tirai Bambu harus tutup di bulan September 2017. Sulitnya mengontrol Bitcoin dan ketakutan pemerintah akan hancurnya dunia investasi Tiongkok menjadi salah satu penyebab mereka melarang adanya transaksi Bitcoin.
ADVERTISEMENT
Pada 14 September 2017, harga Bitcoin sempat anjlok menjadi 3.226 dolar AS atau sekitar Rp 43,6 juta. Harga yang merosot itu berimbas penutupan usaha pasar Bitcoin terbesar di Tiongkok pada tahun 2017. Nilai Bitcoin pun kembali turun hingga 13 persen.
Ilustrasi Bitcoin (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bitcoin (Foto: Flickr)
2017 menjadi tahun kemashyuran bagi Bitcoin. Harga Bitcoin telah mengalami kenaikan sebesar 400 persen dan untuk pertama kalinya di tahun 2017, berharga lebih tinggi mengalahkan emas. Hal ini terjadi di bulan Maret 2017, dimana harga Bitcoin melambung tinggi menjadi $1,289.09 per unit. Sedangkan harga emas turun di angka $1,232.4 per ons.
Melambungnya harga Bitcoin di tahun 2017 telah mendorong para pakar ekonomi untuk memberi daftar panjang faktor kunci keberhasilannya. Adanya permintaan dan pertumbuhan ketertarikan masyarakat terhadap aset digital ini diyakini sebagai penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, guncangan politik di sebuah negara juga membuat banyak orang melihat Bitcoin sebagai alternatif. Selain Siprus pada 2013, dikutip dari nytimes, perang dingin antara Korea dan Semenanjung Tiongkok Selatan juga menjadi contoh lain bagaimana Bitcoin bisa dimanfaatkan masyarakat. Melihat sifat Bitcoin yang tak dipengaruhi langsung kebijakan bank sentral suatu negara, ia menjadi alternatif yang masuk akal saat negara tengah berada di situasi politik yang tak kondusif.
Jepang, misalnya, yang sebelumnya menolak penggunaan Bitcoin, malah menjadi pasar terbesar baru Bitcoin --menggantikan posisi China yang resmi melarang kerja bursa Bitcoin-nya. Bahkan pada Februari lalu, pemerintah Jepang melegalkan keberadaan Bitcoin dan Blockchain.
Maka dari itu, selain kemudahan bertransaksi ditawarkan oleh Bitcoin, pengakuan dan legalisasi dari pemerintah juga menjadi faktor mengapa Bitcoin menjadi populer di tahun 2017. Pengakuan dan legalisasi dari pemerintah menjadi faktor mengapa masyarakat pengguna merasa lebih aman dalam menggunakan Bitcoin.
ADVERTISEMENT
Meningkatnya pemberitaan media akan pertumbuhan Bitcoin juga mendorong ketertarikan masyarakat untuk menginvestasikan uang mereka ke Bitcoin. Hal ini diamini oleh Charles Hayter, co-founder dan ceo dari platform digital mata uang Cryptocompare, dikutip dari forbes, mengatakan bahwa banyaknya pemberitaan media terkait Bitcoin telah mendorong ketertarikan masyarakat untuk jadi pengguna Bitcoin.
Terakhir, adanya teknologi Segregated Witness --sebuah perangkat lunak yang dapat mendorong kinerja Bitcoin dalam melakukan transaksi yang lebih efisien, membuat masyarakat jadi lebih tertarik menggunakan Bitcoin. Dengan adanya Segregated Witness, terjadi peningkatan kapasitas transaksi dalam Bitcoin. Ukuran transaksi yang lebih kecil juga memungkinkan banyaknya transaksi yang dapat dilakukan oleh block Bitcoin.