Bukan Amigdala

Ave Airiza
Journalism Student of Polytechnic State of Jakarta. SEO Content Writer Internship at kumparan Bisnis.
Konten dari Pengguna
13 April 2021 19:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ave Airiza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Patah Hati. Foto oleh Ismael Sanchez dari Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Patah Hati. Foto oleh Ismael Sanchez dari Pexels
ADVERTISEMENT
“Kau datang tatkala sinar senjaku telah redup. Dan pamit ketika purnamaku penuh seutuhnya. Kau yang singgah tapi tak sungguh“ -Amigdala
ADVERTISEMENT
Rintik hujan kali ini terasa berbeda dari sebelumnya. Duduk termenung di atas kasur, ditemani denting jam yang bersahutan dengan suara hujan.
Memori indah kembali terukir dalam ingatanku. Awalnya aku tak percaya tentang pepatah yang mengatakan ”Jangan terlalu menggebu saat jatuh cinta, nanti kamu bisa kecewa! ”
Tapi kini Tuhan membiarkan aku merasakan kembali pahitnya jatuh cinta. Aku bingung, rasanya kita baik–baik saja, rasanya cintaku sudah sesuai dengan porsinya.
Aku kecewa ketika kamu berpikir aku tak pernah mengandalkan kamu. Aku kecewa dengan mudahnya kamu berkata selesai pada hubungan yang selalu aku agung–agungkan.
Aku takut kehilangan seseorang yang bahkan tidak takut kehilangan aku. Rasanya salah ketika aku mengibaratkan diriku seperti rumah, tempat kamu pulang. Aku selalu ingin membuatmu nyaman, pulang tanpa beban. Aku tersadar, ternyata aku rumahmu yang penuh beban.
ADVERTISEMENT
Singgahmu bukan untuk menetap. Pelukmu tak lagi menenangkan. Aku kacau, tak tahu harus bagaimana. Sepi, sendu, sendiri, itu yang aku rasakan ketika kamu pergi dari rumah yang telah aku sediakan.
Terima kasih telah datang ketika ombak mengayun lemah, membuatku terbuai dengan definisi cinta yang pernah kamu berikan. Berbincang mengenai masa depan yang indah, hingga mengira dekapanmu sampai hingga ke daratan. Kembali kepada kenyataan, ternyata kau tinggalkan aku terombang–ambing oleh ombak di tengah lautan. Bingung, takut, kalut, tanpa pegangan.
Perihal mencintai, aku tak akan berhenti menjadi rumah yang nyaman bagi kamu yang sedang berkelana. Pulanglah ketika kamu ingin pulang. Pintu itu masih terbuka dengan sangat lebar.
Satu pintaku kepada Sang Ilahi. Jika kamu tercipta untuk aku, buatlah aku jatuh cinta sedalam–dalamnya kepadamu, tetapi jika bukan kamu orangnya, ajarkan aku untuk ikhlas menerima kenyataan.
ADVERTISEMENT