news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Keluar dari Belenggu Insecurity

Ave Airiza
Journalism Student of Polytechnic State of Jakarta. SEO Content Writer Internship at kumparan Bisnis.
Konten dari Pengguna
10 Mei 2020 12:52 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ave Airiza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Insecurity. Foto: Pinterest
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Insecurity. Foto: Pinterest
ADVERTISEMENT
Jiwa yang seharusnya terbang bebas bersama energi positif malah terbelunggu dengan pikiran negatif yang mengacaukan segalanya. Itulah yang aku alami sejak aku duduk dibangku SMP. Perasaan kurang terhadap diri sendiri dan menganggap diri rendah menjadi hal yang lumrah aku rasakan.
ADVERTISEMENT
Insecure adalah kondisi ketika seseorang dipenuhi rasa keraguan atas dirinya sendiri dan merasa tidak percaya diri. Seseorang yang mengalami insecure biasanya merasa tidak aman dan ada kekurangan dalam dirinya yang harus dilengkapi dengan berbagai cara.
Semua perasaan itu bermula ketika aku berdiri di depan cermin dan memperhatikan pantulan diriku di dalamnya. Air mata menetes begitu saja ketika aku melihat bahwa aku tidak secantik perempuan lainnya.
Kulit tubuhku yang gelap, tubuhku yang sangat gempal serta rambut yang keriting, membuat kepercayaan diriku menurun.
Ketika semua orang dapat berjalan dengan dagu terangkat, aku selalu berjalan menunduk berharap tidak ada seorangpun yang dapat melihat wajah buruk ini.
Ketika semua wanita sibuk bersolek demi penampilan yang menawan, aku sibuk menangisi penampilanku yang sama sekali tidak memiliki daya tarik.
ADVERTISEMENT
Sempat terlintas di benakku “Apakah aku akan mendapatkan kekasih?”. Rasanya aku tak pantas untuk dicintai seseorang, karena diriku yang terlampau buruk. Untuk mencintai saja, aku tak akan mampu karena bayang –bayang tentang keburukan selalu berputar di kepalaku.
Hingga puncaknya, aku mengalami depresi yang sangat berat. Aku tak mampu menahan rasa benci terhadap diri ini.
Aku melakukan hal yang tidak seharusnya aku lakukan, aku menyakiti diriku sendiri. Darah yang mengucur membuat aku merasa senang dan bahagia. Luka yang telah aku gores selalu aku tutupi agar tidak ada yang bisa melihat.
Aku bertemu seorang pria yang mengetahui kesedihan dalam diriku. Batinku selalu mengelak, tetapi badanku menerima. Dia mengajarkan aku untuk lebih mencintai diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Menyadarkan aku bahwa cantik bukan berasal dari wajah tetapi hati. Dialah sang kekasih hati yang aku impikan. Melihat dan menyukai diriku bukan dari wajah melinkan dari hati yang tulus.
Duniaku kembali bersinar dan berwarna ketika aku mulai mendekatkan diriku kepada Sang Pencipta. Aku belajar bahwa hidup itu perlu disyukuri. Aku melakukkan pertobatan atas apa yang sudah aku perbuat terhadap diriku. Tuhan, maafkan hamba-Mu yang kalah dengan insecurity dan segala rasa takut.
Perubahan diriku terjadi secara drastis kearah positif. Luka yang semula terpendam dalam diriku perlahan mulai menghilang. Rasa takut dan rendah diri sudah tergantikan dengan rasa cinta yang teramat dalam. Aku yang dulu memang bermasalah tetapi masalah tersebut tidak mengahancurkan segala mimpi yang ada di hidupku.
ADVERTISEMENT
Setelah pulih dari lingkaran setan tersebut, aku menjalani hari dengan segala rasa syukur yang selalu aku haturkan kepada Sang Pencipta. Membantu teman-teman di luar sana yang mengalami hal serupa denganku merupakan tugas dan kewajiban yang aku lakukan.
Insecurity tetap ada dalam jiwaku, tetapi aku sudah bisa mengontrol. Aku sadar bahwa akulah sang pemilik tubuh, tidak sepatutnya aku dikontrol insecurity.
(Ave Airiza Gunanto/Politeknik Negeri Jakarta)