Payung Teduh Belum Siap untuk Akad

Avicenna Raksa Santana
Dialog sehat yuk~
Konten dari Pengguna
19 November 2017 19:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Avicenna Raksa Santana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat pertama kali mendengar Akad, saya curiga ada yang salah dengan Payung Teduh. Mereka kehilangan warnanya. Lagu mereka jadi tak lagi teduh seperti dulu.
ADVERTISEMENT
Akad memang bukan karya yang buruk. Notasinya memikat. Instrumennya—yang terdengar lebih ramai daripada lagu-lagu sebelumnya—juga terdengar padu. Penggemar yang sudah mendengar Live and Loud (2016) pastinya tidak terkejut saat lagu Akad dipenuhi oleh berbagai instrumen.
Namun, dengan segenap pakem-pakem lagu populer yang terkandung di dalamnya, Akad jadi terdengar mengecewakan.
Akad terasa melenceng jauh, dibandingkan lagu-lagu yang sebelumnya hadir di Self-titled (2010) dan Dunia Batas (2012). Lagu ini rasanya lebih cocok untuk dinyanyikan oleh, misalnya, Noh Salleh—atau malah Anji.
Payung Teduh memang berhak membuat lagu apapun yang mereka mau. Namun, konsekuensi dari pilihan tersebut tidaklah sederhana. Pilihan gaya bermusik bukan hanya berdampak pada jumlah penggemar, tapi juga pada dinamika band mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Setelah Akad beredar, Payung Teduh kian digemari banyak orang. Akad diputar di mana-mana. Orang-orang membuat versi covernya di Youtube. Pengamen membawakannya di bus kota. Muda-mudi menyanyikan lagu tersebut kepada kekasihnya.
Jelas, Payung Teduh memperoleh penggemar baru. Namun, pada saat bersamaan, mereka juga mulai ditinggalkan penggemar lama mereka. Penggemar lama perlahan mulai jenuh; kekecewaan bermunculan di mana-mana.
Nyaris tidak terbayang oleh para penggemar lama, bahwa band yang mereka tonton tengah malam, di sebuah panggung kecil di Jakarta Selatan, akan menjual album terbarunya di KFC pada 2018 nanti.
Belum juga Akad selesai dinyanyikan di berbagai tempat, para penggemar dikejutkan lagi dengan kabar hengkangnya Muhammad Istiqamah Djammad, vokalis Payung Teduh.
ADVERTISEMENT
Is, begitu ia disapa, akan resmi keluar dari Payung Teduh sehabis kontrak selesai pada akhir tahun ini. Ia mengaku sudah beda visi dengan anak-anak Payung Teduh yang lain.
Banyak cerita yang menjelaskan soal perbedaan visi antara Is dengan anak-anak Payung Teduh yang lain.
Konon, sudah sejak lama dinamika internal band tidak sehat. Peran Is terlalu besar; ia juga menginginkan proses berkarya Payung Teduh berjalan lebih cepat.
Anggota-anggota lain tidak demikian. Mereka lebih cocok dengan ritme Payung Teduh pada awal berdirinya, yang bergerak pelan dan santai—pikir saya, jangan-jangan mereka adalah personel Float yang menyamar.
Payung Teduh (Foto: Instagram @payungteduhofficial)
Perbedaan visi tersebut akhirnya meruncing ketika Akad dirilis. Suksesnya Akad membuat Payung Teduh sudah tidak bisa bersantai lagi. Ritme kerja mereka berubah, dan hanya Is yang benar-benar siap.
ADVERTISEMENT
Semangat Is itu akhirnya mentok ketika anggota-anggota yang lain hanya sekadar mengikuti. Tidak ada lagi greget bermusik. Semua jadi serba sekenanya saja.
Alhasil, ketimbang situasinya jadi terus memburuk, Is memutuskan hengkang. Payung Teduh runtuh.
Sementara saya, sebagai penggemar yang tak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa mengikhlaskan. Sekalipun nantinya ada sisa-sisa yang tak terikhlaskan.