Guru Yang Bangkit Dari Duka Ditinggal Orang-Orang Terkasih

Nurhayati Guru Yang Bangkit Dari Duka Ditinggal Orang-Orang Terkasih

AWALIDENGANKEBAIKAN
AwalidenganKebaikan adalah program dari Allianz dan kumparan untuk mengajak masyarakat berbuat baik dengan cara menceritakan orang lain yang menginginkan umrah
21 Juni 2020 12:06 WIB
comment
27
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guru Yang Bangkit Dari Duka Ditinggal Orang-Orang Terkasih Foto: mysingleworld.com
zoom-in-whitePerbesar
Guru Yang Bangkit Dari Duka Ditinggal Orang-Orang Terkasih Foto: mysingleworld.com
Cerita No.26;
Oleh: Iqbal Musyaffa
Kehilangan orang terkasih untuk selamanya memang meninggalkan duka mendalam bagi siapa pun. Terlebih lagi kalau harus kehilangan dua orang tersayang dalam kurun waktu dua tahun berturut-turut.
Duka tersebut harus dirasakan oleh seorang guru Taman Kanak-Kanak bernama Nurhayati, yang telah berusia setengah abad. Pada 2015, dia harus kehilangan suami tercinta yang meninggal saat ibadah umrah di Mekkah, Arab Saudi, dan dimakamkan di sana. Dia tidak bisa menyaksikan saat-saat terakhir suami tercintanya tersebut untuk dimakamkan.
Belum sembuh satu duka, guru TK tersebut harus menerima duka lainnya dengan berpulangnya anak keduanya ke pangkuan Ilahi akibat sakit pada tahun 2016. Perasaan seorang ibu pasti hancur dan ketegarannya diuji saat harus kehilangan anak yang menjadi harapannya. Terlebih lagi, dia harus kehilangan anak yang sedang merintis masa depan karena sedang dalam masa-masa persiapan skripsi S1.
Dia dan almarhum suaminya bertekad apapun yang terjadi dan bagaimanapun kondisi mereka berdua, anak-anaknya harus bisa menempuh pendidikan minimal tingkat S1, walau harus bersimbah darah.
“Almarhum suami saya berpesan pendidikan anak sangat penting, karena pendidikan adalah warisan terbaik untuk anak-anak,” ujar ibu Nurhayati.
Tekad tersebut sudah terbukti dengan lulusnya anak sulungnya sebagai sarjana hingga kini bisa hidup mandiri. Saat ini, dia masih memiliki tanggung jawab dan amanah untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak bungsunya yang kini masih menempuh pendidikan kelas 2 tingkat Madrasah Tsanawiyah (SMP).
Anak bungsunya tersebut kini menempuh pendidikan di pondok pesantren di wilayah Depok, Jawa Barat. Keputusan untuk mempercayakan anaknya dididik di pesantren merupakan kemauan dari anaknya dan juga harapan dari almarhum suaminya, agar anak-anaknya bisa memiliki landasan ilmu agama yang baik sebagai bekal dalam mengarungi lautan kehidupan yang penuh riak dan ombak, bahkan badai.
Pada awal-awal masa kehilangan tersebut, dia sempat gamang dan seperti hilang arah. Tak tahu apa yang harus dilakukan untuk melanjutkan hari-hari.
Namun, rasa duka tersebut seakan hilang dan selalu disembunyikan dari hadapan anak-anaknya. Dia selalu bisa menjelma menjadi sosok wanita tegar, walau sebenarnya rapuh.
Tak pernah sekalipun air mata jatuh dari pojok matanya saat kehilangan. Namun, sebenarnya itu merupakan tanda dari kesedihan yang sangat dalam hingga tak ada air mata menetes.
Perlahan dia mulai menata hati dan menguatkan tekad untuk kembali bangkit menghidupi anak bungsunya dan memastikan pendidikan yang layak untuk anaknya.
“Saya masih ada anak yang harus saya perjuangkan dengan baik,” ungkap ibu Nurhayati.
Untuk itu, meski di usianya yang tak lagi muda, dia rela untuk berjalan kaki sekitar 2 km dari rumah ke TK tempatnya mengajar setiap hari. Kondisi ini jauh berbeda saat suaminya masih hidup. Suaminya selalu sedia mengantarnya mengajar menggunakan sepeda motor sehingga bisa lebih cepat menuju TK dan juga tidak terlalu lelah.
Selain mengajar TK, dia juga harus mengajar private mengaji dan pelajaran umum ke beberapa rumah anak muridnya. Belum lagi, pekerjaan rumah seperti mencuci dan membersihkan rumah juga selalu menunggu untuk dikerjakan setiap harinya.
Semua dilakukan tanpa keluh kesah sedikitpun. Demi satu harap dan cita, mengantar anak bungsunya menjadi pribadi yang tegar dan mandiri, seperti yang sudah dilakukannya pada anak sulungnya.

Keteguhan bu Nurhayati

Dari ibu Nurhayati, kita bisa belajar sebuah keteguhan hati dan tekad kuat untuk bangkit. Keteguhan dan tekad kuat tersebut merupakan sikap baik untuk #AwaliDenganKebaikan dalam menjalani hari-hari berikutnya.
Semangat untuk mengawali sebuah kebaikan bisa dimulai salah satunya dengan melindungi diri dan keluarga dari berbagai risiko, mulia dari penyakit hingga kematian melalui ragam Produk Asuransi Syariah dari Allianz.
Dengan menjadi anggota dari Produk Asuransi Syariah dari Allianz, kita bisa memproteksi diri dari berbagai risiko. Begitupun bila terjadi kematian maka anggota keluarga bisa mendapatkan manfaat finansial untuk melanjutkan kehidupannya.
Allianz merupakan perusahaan Asuransi Syariah Indonesia dengan nama dan reputasi terbaik yang memberikan dua kebaikan sekaligus dalam satu produk. Yang pertama adalah perlindungan untuk kita dan keluarga, serta manfaat kebaikan yang dibagikan kepada orang yang membutuhkan melalui program sosial yang dijalankan Allianz melalui fitur wakaf.
Dana yang digunakan dalam program sosial ini berasal dari sebagian dana yang kita bayarkan dalam produk asuransi tersebut.
Melalui asuransi syariah dari Allianz, kita bisa memberikan kebaikan kepada diri kita, keluarga, dan juga masyarakat yang membutuhkan.
Selain itu, kita juga dapat ikut serta dalam program #AwaliDenganKebaikan dari Allianz. Program #AwaliDenganKebaikan merupakan sebuah program untuk memberangkatkan umrah bagi orang-orang yang inspiratif dan layak untuk pergi ke tanah suci atas kebaikan, perjuangan, dan kisah inspiratifnya.
Kisah perjuangan seorang ibu memang selalu luar biasa dan penuh inspirasi dan keteladanan. Masih banyak ibu-ibu lainnya yang memiliki kisah dan pelajaran hidup yang luar biasa.
Karena itu, tidak ada sedikitpun alasan yang tepat untuk seorang anak menyakiti dan melawan orang tua, terutama ibu. Nabi Muhammad pun bersabda bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu. Terima kasih, Ibu.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten