Ibu Yuni

Yuniati Sosok Inspiratif di Balik Rumah Qur'an Gratis As Syifa

AWALIDENGANKEBAIKAN
AwalidenganKebaikan adalah program dari Allianz dan kumparan untuk mengajak masyarakat berbuat baik dengan cara menceritakan orang lain yang menginginkan umrah
21 Juni 2020 11:55 WIB
comment
67
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu Yuni, Sosok Inspiratif di Balik Rumah Qur'an Gratis As Syifa Foto: Dok. Allianz
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Yuni, Sosok Inspiratif di Balik Rumah Qur'an Gratis As Syifa Foto: Dok. Allianz
Cerita no. 49;
Oleh: Nunung Yuni Anggraeni
Namanya Ibu Yuniati. Tapi orang-orang dan muridnya lebih suka memanggilnya Umi Yuni. Perawakannya sedang, dengan kulit sawo matang dan penampilan yang bersahaja. Siapa sangka di balik penampilannya yang bersahaja beliau adalah sosok yang luar biasa.
Pertama kali kenal Ibu Yuni dari adikku. Beliau adalah guru PAUD keponakanku alias anaknya adek. Setelah beberapa tahun mengajar di PAUD, Bu Yuni memutuskan keluar dan membesarkan sekolah qur'an gratis yang dirintisnya. Rumah Qur'an As Syifa namanya. Adik saya pun menjadi donatur tetap di sana dan saya beberapa kali ikut nitip meski sekedar ikut menyumbangkan buku iqro' atau menyumbang semen buat perbaikan tempat mengaji.
Awal rumah Qur'an Asy Syifa berdiri 5 tahun lalu muridnya hanya 15 orang yang terdiri dari anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Bu Yuni sendiri masih tinggal di kontrakan rumah petak yang sempit bersama suami dan keenam putra-putrinya. Kegiatan mengaji dilakukan di teras kontrakan rumah petaknya yang jauh dari kata layak.
Bu Yuni menggratiskan sekolah belajar mengajinya. Uang operasional untuk kegiatan sekolah diambil dari gaji Bu Yuni saat masih mengajar di PAUD dan penghasilan suaminya sebagai ojek online. Meskipun pendapatan suaminya sebagai ojek online dan Bu Yuni sebagai guru PAUD tidaklah seberapa, namun keinginan dan semangat untuk berbagi ilmu yang dimilikinya patut diacungi jempol.
Sebenarnya bisa saja Bu Yuni menarik bayaran dari murid-murid rumah qur'annya untuk menambah pendapatannya karena hidupnya sendiri bisa dikatakan tidak mampu. Namun Bu Yuni memilih menggratiskannya sebagai ladang amalnya. Jujur aku dan adikku salut sekali dengan prinsip yang beliau dan suaminya pegang.
Seiring waktu banyak anak yang tertarik untuk belajar di Rumah Qur'an As Syifa yang terletak di Jati Makmur Pondok Gede Bekasi. Jadi tahun lalu Bu Yuni menyewa dua rumah petak tambahan di depan petakan kontrakannya untuk kegiatan mengaji agar anak-anak nyaman dan tidak kehujanan lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Teras rumah petak bu Yuni tidak cukup lagi menampung murid-murid yang jumlahnya semakin bertambah. Sekarang Rumah Qur'an As Syifa mempunyai 65 murid anak dan remaja yang dibagi menjadi 8 kelas (pagi dan sore).
Setiap pagi dan sore hari 5 hari dalam seminggu alunan merdu Al Qur'an dan celoteh riang anak-anak yang mengaji terdengar di Rumah Qur'an As Syifa. Sungguh merdu dan menyentuh hati. Sebulan sekali Bu Yuni membagikan susu dan snack buat anak-anak agar mereka semangat mengaji.
Dengan menyewa dua rumah petak tambahan untuk mengaji otomatis keperluan operasional bertambah karena harus membayar sewa bulanan dua rumah petak sekaligus biaya listrik. Alhamdulilah beliau mempunyai donatur untuk kegiatan operasional dan uang transport guru. Sama seperti Bu Yuni, guru-guru di sana juga sukarela mengajar dan hanya memperoleh uang transport. Selain dari donatur tetap, biaya operasional Rumah Qur'an juga diperoleh dari celengan koin yang dititipkan ke beberapa tempat dan infak sukarela.
Alhamdulillah Bu Yuni dikelilingi orang-orang baik yang mau menjadi donatur untuk Rumah Qur'an Nya. Perlahan-lahan kondisi rumah petak yang dikontrak untuk mengaji diperbaiki. Bagian depan dipaving agar cukup menampung banyak murid. Rumah petak tersebut juga dicat jadi terlihat rapi dan nyaman untuk mengaji. Semua biaya perbaikan rumah petak diperoleh dari donatur. Jadi ada yang menyumbang semen, menyumbang paving block, menyumbang cat dan seterusnya. Alhamdulilah kini Rumah Qur'an As Syifa sudah lebih rapi seperti beberapa foto kegiatan mengaji di bawah ini.
Bagi Bu Yuni tidak ada yang lebih membahagiakan daripada melihat senyum ceria anak-anak didiknya dan mendengar lantunan Al Qur'an dari mulut-mulut kecil itu. Melihat mereka bisa membaca Al Qur'an atau mengkhatamkannya adalah suatu kebahagiaan tersendiri baginya.
Seiring waktu Bu Yuni juga membuka kelas buat ibu-ibu. Ibu-ibu yang semula hanya mengantar anaknya mengaji kini ikut mengaji. Jadi total ada 10 kelas termasuk 2 kelas ibu-ibu dengan beberapa orang guru.
Ada yang berubah di musim pandemi ini. Tidak ada lagi celoteh riang anak-anak di teras, atau suara anak kecil yang mengaji karena kegiatan diliburkan. Tapi ada satu hal yang tidak berubah. Semangat Bu Yuni untuk mengentaskan anak-anak dari buta huruf Al Qur'an dan semangat Bu Yuni mengajar beberapa penghafal Qur'an.
Andai saja aku boleh iri, aku iri dengan Bu Yuni dan suaminya. Dengan keadaan yang susah dan rumah masih mengontrak pun mereka tetap berbagi. Berbagi ilmu dan mengratiskan biaya mengaji. Kalaupun mau bisa saja Bu Yuni memilih mengajar privat mengaji di rumah-rumah komplek dengan bayaran lumayan. Bisa saja Pak Idris suaminya yang driver ojol mementingkan perut keenam anaknya saja tanpa repot mencari donatur untuk biaya operasional Rumah Qur'annya. Nyatanya mereka memilih jalan dakwah sebagai bukti kecintaan mereka kepada Rab-Nya.
Berbagi itu tidak harus menunggu kaya. Tidak banyak orang seperti Bu Yuni dan suami yang ikhlas dan tanpa pamrih. Mereka mau menghabiskan waktu, tenaga dan biaya untuk mengurusi umat. Lima tahun sudah mereka berjuang untuk Rumah Qur'annya. Oya buat teman-teman atau siapapun yang baca blog ini dan ingin berbagi kebaikan boleh menjadi donatur di Rumah Qur'an ini. Semoga menjadi pahala jariyah buat teman-teman semua ya.
Pada kesempatan kali ini ijinkan aku #AwaliDenganKebaikan. Jika selama ini Bu Yuni yang berbuat baik, giliranku untuk berbuat baik untuknya. Meskipun aku belum bisa memberangkatkan Bu Yuni umrah, aku ingin mewujudkan mimpinya melihat Baitullah. Hal yang selalu diimpikannya dalam sholat-sholat malamnya. Mungkin dengan jalan tulisan ini #AwaliDenganKebaikan Bu Yuni bisa mewujudkan mimpinya. Semoga mimpi Bu Yuni bisa Allianz wujudkan ya. Aamiin...
TENTANG ASURANSI ALLIANZ
Mempunyai asuransi itu ibarat sedia payung sebelum hujan. Asuransi ibarat payung sebagai proteksi kita saat musibah yang tidak kita rencanakan terjadi. Saat ini ada beberapa asuransi yang bisa kita pilih. Ada Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah Indonesia. Beberapa keluarga saat ini lebih memilih asuransi syariah dibanding asuransi konvensional dengan beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah produk asuransi syariah tidak menginvestasikan dananya dalam bisnis yang mengandung riba (berbunga) dan hal lain yang diharamkan Islam. Asuransi syariah juga tidak bertransaksi dan berinvestasi pada instrumen yang tidak jelas akadnya (gharar), spekulatif dan memiliki potensi merugikan salah satu pihak.
Produk asuransi syariah dari Allianz ada 3 macam yaitu :
1. Allisya Maxi Fund Plus
2. Allisya Protection Plus
3.Allianz Tasbih
Buat teman-teman yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang produk-produk Asuransi Allianz Syariah bisa meluncur ke sini ya.
Nah teman-teman sudah tau kan produk-produk dari Asuransi Syariah Allianz? Dengan menjadi peserta asuransi syariah dengan konsep tolong menolong dalam kebaikan dan berguna bagi peserta yang terkena musibah kita telah berbuat baik.
Kini Allianz sedang ada program #AwaliDenganKebaikan. Kita bisa bercerita tentang tokoh inspiratif yang kita kagumi agar mereka bisa mendapat hadiah umrah dari Allianz. Teman-teman bisa bercerita melalui media Instagram atau melalui blog sepertiku. Adakah Bu Yuni-Bu Yuni lain yang menginspirasi kalian? Ceritakan yuk agar kita bisa mewujudkan impian mereka umrah gratis.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten