Daun Lotus dan Bagaimana Penghargaan Sains Jadi Jantung Kemajuan China

Award News
oleh : pandangan Jogja
Konten dari Pengguna
26 September 2018 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
The Lotus Building di Wujin Changzhou China (Foto: Youtube/Frank Carmi)
zoom-in-whitePerbesar
The Lotus Building di Wujin Changzhou China (Foto: Youtube/Frank Carmi)
ADVERTISEMENT
Bagai air di daun talas, begitu kata pepatah lama. Air yang berada di beberapa jenis tumbuhan, di antaranya talas dan teratai (lotus), tidak akan pernah meresap ke dalam daun. Pada permukaan daun teratai terdapat struktur mikroskopik dan kimia yang menyebabkannya tidak pernah basah. Bahkan ia bisa tetap bersih meski tumbuh di dalam sungai dan danau berlumpur.
ADVERTISEMENT
Leluhur kita mungkin tidak pernah memasuki lab dan belajar mengapa demikian. Tetapi mereka tahu, sebagaimana kebanyakan tata nilai dari Timur melambangkan teratai sebagai lambang kebersihan. Para ilmuwanlah yang kemudian mempertanyakan mengapa bisa begitu. Thomas Young, ahli biologi Inggris, pada tahun 1805 mulai melakukan kerja laboratorium terhadap fenomena ini.
Thomas Young dan beberapa ilmuwan setelahnya mengindikasikan adanya unsur superhidroponik (anti-air) di dalam struktur mikro daun teratai. Namun penelitian hanya sekadar penelitian, tidak sampai pada manipulasi bahan-bahan tertentu agar bisa menyerupai kerja daun teratai.
Dua dasawarsa belakangan, para ilmuwan kembali membuka lembar-lembar lama yang ditinggalkan, mencari, merumuskan, dan melakukan rekayasa agar unsur superhidroponik ini bisa dipakai di kehidupan sekarang.
Selangkah lebih maju, para ilmuwan memasuki ranah penelitian nano-teknologi. Jiang Lei, seorang ilmuwan yang menekuni bidang ini hampir tiga dasawarsa lamanya, juga menambahkan penelitian pada sisik ikan. Mereka makhluk yang hidup di dalam air, namun air tak bisa meresap melewati sisik ikan. Terdapat unsur superoleopobik pada sisik ikan, unsur minyak yang bertolak dengan air.
ADVERTISEMENT
Hasilnya? Jiang Lei telah mematenkan setidaknya 70 produk hasil rekayasa unsur superhidroponik daun teratai dan superolepobik sisik ikan. Anda mungkin telah menggunakannya, meski sebelumnya tidak pernah mengenal siapa Jiang Lei.
Beberapa ponsel pintar, salah satunya mungkin yang Anda genggam, memakai rekayasa teknologi ini. Air yang jatuh ke permukaan layar hanya menggelembung dan tak mampu meresap ke dalam ponsel.
Beberapa teknologi lain yaitu ponsel pintar yang telah diperkenalkan oleh beberapa pabrik yang tak basah meski ditenggelamkan ke dalam air. Teknologi ini pertama kali digunakan oleh perusahaan Nokia dengan brand Nokia Lumia 710, sebelum perusahaan tersebut gulung tikar.
Suatu ketika, Jiang Lei memoto struktur nano yang berada pada daun teratai. Hal itu ia lakukan sekitar tahun 1998. Jiang menemukan, bahwa di dalam daun teratai terdapat dua unsur yang tidak bisa bertemu namun bekerja sama menolak air yang terpercik ke daun.
ADVERTISEMENT
Jiang mengistilahkannya sebagai prinsip kooperatif biner. Jika prinsip oposisi biner yang kita kenal berarti dua unsur yang tidak bisa bekerja sama, maka prinsip kooperatif biner berarti dua unsur yang bisa bekerja sama.
Pencarian Kebenaran
Daun Lotus dan Bagaimana Penghargaan Sains Jadi Jantung Kemajuan China (1)
zoom-in-whitePerbesar
Dalam sebuah wawancaranya dengan National Science Review pada 2017 lalu, Jiang Lei sampai pada kesimpulan bahwa segala sesuatu memiliki dua unsur yang tidak bisa menyatu. Jiang seorang warga China, memahami betul prinsip itu karena terdapat di dalam tata nilai mereka yang diistilahkan sebagai 'yin' dan 'yang.' Dua unsur itu ada yang bisa menyatu, beberapa lainnya saling bertolak.
Keberhasilan Jiang Lie dalam lebih dari 20 tahun penelitiannya ada pada bagaimana ia menerapkan langkah-langkah penelitian dengan benar. Dalam pengakuannya, Jiang yang sangat fanatik pada Pemimpin Besar Mao Zedong, selalu mengutip apa yang Mao katakan. Salah satunya dalam hal ini: Menemukan, Merekayasa, dan Menciptakan.
ADVERTISEMENT
Langkah pertama adalah penemuan: kita mempelajari fenomena alam, mencari tahu bagaimana pertalian antara struktur mikro dan bahan-bahan material suatu benda, lantas mempelajari mekanisme yang berjalan di balik benda tersebut.
Langkah kedua adalah merekayasa: dengan pendekatan fisika dan kimia untuk memproduksi kembali struktur mikro dan bahan-bahan material benda tersebut di dalam laboratorium. Langkah terakhir adalah menciptakan ulang benda lain dengan struktur mikro dan bahan material yang sama. Begitulah penelitian berjalan.
Atas dedikasinya tersebut, pada 17 September lalu penghargaan prestisius Qiu Shi Annual Awards mengakui pencapaiannya dalam bidang penetilian sains. Acara tersebut berlangsung di University of Science and Technology of China di Hefei, Provinsi Anhui. Jiang dihadiahi uang tunai satu milyar yuan (setara dengan 150 ribu dolar AS) dari Qui Shi Science and Technologies Foundation uang didirikan oleh pengusaha Cha Chi-ming, ayah dari Payson Cha Mou-sing.
ADVERTISEMENT
Penghargaan Qui Shi - di China kata tersebut berarti usaha pencarian kebenaran - merupakan penghargaan paling prestisius di bidang sains dan teknologi. Beberapa ilmuwan lain yang pernah mendapatkannya adalah Tu Youyu yang pernah memenangkan Nobel dalam bidang kedokteran, penemu atemisinin, yang menyelamatkan jutaan nyawa dari kematian karena malaria.
An Jianwei, ilmuwan pertama yang meluncurkan satelit kuantum; dan Zhang Yitang, seorang matematikawan yang memecahkan dan menemukan teorema yang telah dipertanyakan berabad-abad lamanya.
Teknologi dan Talenta
Daun Lotus dan Bagaimana Penghargaan Sains Jadi Jantung Kemajuan China (2)
zoom-in-whitePerbesar
sbpmat.org
Jiang Lei merupakan ilmuwan dari Chinese Academy of Science, fellow di The World Academy of Sciences (TWAS) dan peneliti asing di US National Academy of Engineering. Menurut laporan South China Morning Post, pemberian hadiah ini sekaligus menjadi ucapan selamat datang pemerintah China bagi Jiang yang selama ini telah melakukan penelitiannya di berbagai negara, termasuk Jepang dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Jiang Lei dipersiapkan menjadi salah satu pelopor bidang sains dan teknologi yang dipersiapkan China untuk menjadi negara terkuat di dunia. Jalur Sutra dan perang dagang dengan Amerika, sebuah jalan yang menunjukkan pada dunia bahwa China sedang bergerak untuk sesuatu yang besar.
“Di balik perang dagang adalah teknologi, dan talenta.” Kata Shi Yigong, ahli biologi Tsinghua University, malam itu. “Faktanya, China tidak sekuat Barat dalam teknologi, dan terdapat pembeda yang begitu besar. Tapi itu dahulu, sekitar dua dasawarsa lalu. Namun kini kita bergerak sangat cepat dalam dua puluh tahun belakangan dalam teknologi. Dan kita mesti memiliki kekuatan sains sendiri untuk mengembangkan negara ini.”
Pada malam itu juga, China memberikan beasiswa kepada 12 ilmuwan muda sebesar 90 ribu dolar Amerika. Mereka akan dikirim ke beberapa universitas terkemuka di dunia, belajar selama tiga tahun, dan pulang untuk mengembangkan teknologi di China.
ADVERTISEMENT
“Tahun ini merupakan titik penting dalam biadng teknologi. 40 tahun lalu kita melakukan reformasi ekonomi, namun teknologi dan sains kita belum berjalan sama sekali. Setelah reformasi ekonomi, kita kini bergerak dalam ranah reformasi sains dan teknologi,” ucap Zang.
China kini diperhitungan dunia dalam politik dan terutama ekonomi. Maka, dengan gerakan ambisius mereka dalam pengembangan sains dan teknologi akan memopang negara tersebut untuk bersaing dalam segala hal dengan negara adikuasa. Mereka memiliki peninggalan budaya tinggi dan terjaga yang bisa menjadi referensi dalam teknologi. Jiang Lei hanyalah satu di antara berjuta. (Muhammad Aswar/YK-1)