Hadiah 30 Ribu Pound untuk Melacak Usaha Para Techstar Mengalahkan Kematian

Award News
oleh : pandangan Jogja
Konten dari Pengguna
18 September 2018 20:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hadiah 30 Ribu Pound untuk Melacak Usaha Para Techstar Mengalahkan Kematian
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
psybertronic.com
Max More, founder perusahaan Alcor dari Amerika, bersedia membeli seonggok jenazah seharga 200 ribu dollar AS, memasukkannya ke dalam laboratorium, membubuhi zat-zat kimiawi, berusaha sebisa mungkin agar onggokan jenazah itu bisa kembali bernafas. Tim Cannon adalah seorang programmmer komputer yang menanam chip kecil di badannya tanpa bantuan obat anestesi. Zoltan Istvan, transhumanis yang menanjakkan karirnya menaiki tangga kepresidenan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Mereka adalah orang-orang yang bergerak berbeda dari orang kebanyakan itu didatangi dan diwawancarai oleh Mark O’Connell, dikisahkan layaknya buku-buku petualangan, untuk mengungkapkan transhumanisme, gerakan baru yang menghendaki penyatuan teknologi dengan tubuh, dan berusaha menunda kematian manusia. Mereka adalah orang-orang yang merelakan diri sendiri sebagai bahan percobaan sebagai usaha menaklukkan ketakutan abadi umat manusia pada kematian. Connell menyelidiki keyakinan dan pencapaian teknologi dari beberapa transhumanis yang kita kenal, mayoritas adalah techstar, termasuk founder PayPal Peter Thiel, Elon Musk dan direktur teknik Google Ray Kurzweil. Connell juga berusaha memetakan pergerakan transhumanisme sesuai pandangan-pandangan filsafat dan sains, sebagai salah satu gerakan yang akan mengubah masa depan.
Sebuah penelitian yang berani, memasuki dunia yang samar namun akan mewujud di tahun-tahun yang akan datang dari Mark O’Connell yang masih berusia 35 tahun ini, meraih penghargaan Wellcome Book Prize 2018, sebuah anugerah tahunan dalam bidang kepenulisan, fiksi dan non-fiksi. Dilansir dari laman rezmi Wellcome Book Prize, penghargaan yang dimulai pada tahun 2009 ini memilih buku-buku yang terbit setiap tahunnya dalam bidang medis, kedokteran atau penyakit. Tema ini bisa meluas dalam genre tulisan, termasuk kriminalitas, roman, sains populer, sci-fi, dan sejarah.
ADVERTISEMENT
To Be a Machine (2017) mendapatkan hadiah sebesar 30 ribu poundsterling dari Wellcome, sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang medis, mengalahkan penulis Nigeria Ayobami Adebayo, Stay With Me, dan Sigrid Rausing. Beberapa penulis yang pernah mendapatkan penghargaan serupa adalah Rebecca Skloot, The Immortal Life of Henrietta Lacks, dan Marion Coutts, The Iceberg. Dilansir dari Financial Times, Mark O’Conner juga masuk nominasi Bailli Gifford Prize kategori non-fiksi yang diselenggarakan November tahun lalu. Pemenangnya adalah David France yang menulis tentang epidemi AIDS lewat buku How to Survive a Plague.
Edmund de Waal yang bertindak sebagai ketua dewan juri, memilih To Be a Machine, karena “Penuh gairah, disajikan dengan gaya bahasa yang menarik, dan didukung data-data yang kuat tentang mereka yang mencoba menemukan resep untuk hidup abadi. O’Connel membawa imajinasi teknologi dan medis kita pada pertanyaan besar tentang kematian. Apakah dengan menjadi manusia kita akan mati, ataukah dengan mengubah diri menjadi mesin robot kita akan hidup abadi? Membaca buku ini, seperti membaca petualangan Alice in The Wonderlend dalam konteks hari ini.”
ADVERTISEMENT
Bioteknologi Sebagai Masa Depan
Hadiah 30 Ribu Pound untuk Melacak Usaha Para Techstar Mengalahkan Kematian   (1)
zoom-in-whitePerbesar
Apa yang dikisahkan O’Connell bukanlah seusuatu yang sederhana akan kisah-kisah eksetnrik dari penguasa baru dunia. Beberapa dari mereka adalah orang yang kita kenal, kaya dan memiliki pengaruh besar dalam pertumbuhan teknologi. Salah satu pendiri PayPal, investor Facebook dan pendukung Trump Peter Thiel, misalnya, diketahui telah menginvestasikan jutaan dolar untuk menemukan resep bagaimana manusia bisa memanjangkan usianya. Thiel meyakini bahwa kekuatan komputasi akan berdampak besar dalam penelitian biologi, memungkinkan manusia untuk mengobati penyakit sama mudahnya dengan memperbaiki bug pada program komputer. Kematian yang misterius itu dapat dipahami dan dijinakkan sedikit demi sedikit.
Direktur tehnik Google, Ray Kurzweil, setiap harinya mengonsumsi vitamin sebanyak 150 biji. Kurzweil berkeyakinan, jika dia dapat hidup sampai usia 120, maka dia akan hidup selamanya. Ia menganggap pencarian-pencarian tentang bagaimana mengembalikan molekul dan struktur tubuh yang menua menjadi muda kembali adalah salah satu cara untuk menggapai keabadian. Kesimpulannya, dengan mengganti sel-sel tubuh biologis dengan mesin. Penggabungan itu akan memungkinkan tubuh biologis dan otak yang terbatas memasuki ranah yang lebih jauh lagi. Google telah menginvestasikan ratusan juta dolar dalam penggabungan tubuh biologis dengan sintetis, salah satunya lewat anak cabangnya Calico (California Life Company), anak perusahaan yang tertutup dan tak ada seorang pun yang diperknankan bertamu, apalagi mengamati kerja-kerja mereka.
ADVERTISEMENT
Di antara miliarder lainnya, termasuk Elon Musk, Steve Wozniak, Dmitry Itskov—mereka semua adalah orang-orang yang optimistis memandang masa depan, dengan kekuatan teknologi yang telah mereka buktikan, mampu menjadi jawaban bagi permasalahan-permasalahan kesehatan dan kematian yang tak bisa diprediksi. Mereka dengan optimis menganggap bahwa nasib umat manusia tergantung pada teknologi, oleh karena itu bergantung pada mereka.
Selain orang-orang itu, Amerika Serikat juga menggelontorkan dana yang banyak untuk penelitian serupa. Darpa misalnya, lembaga riset yang berada di bawah naungan Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dibentuk beberapa dekade lalu bersamaan dengan proyek Amerika ke bulan. O’Connell mengisahkan, suatu kali ia menghadiri pameran robot yang diinisiasi Darpa. Pameran tersebut ditujukan untuk mengevaluasi seberapa jauh pencapaian pemerintah dalam hal robotik.
ADVERTISEMENT
Salah satu kesimpulan yang menarik dari buku To Be a Machine adalah adanya indikasi terselubung dari kerja-kerja para miliarder dan pemerintah. Selain kecemasan akan kehidupan yang begitu singkat, kehilangan pencapaian dunia mereka dengan tiba-tiba hanya karena kematian, juga tidak lain adalah keinginan untuk menguasai dunia. Orang-orang itu, yang menggagas dan memetakan dunia kita hari ini lewat teknologi, memonitoring manusia dari segala penjuru dunia, dan mampu menciptakan apa pun yang mereka kehendaki, bergerak jauh dari dunia. Tujuan terakhir mereka adalah keluar dari kodrat kemanusiaan mereka, memerangi Tuhan bagi mereka yang meyakini keberadaan Tuhan. Dan bagi Amerika Serikat, usaha itu adalah suatu usaha yang tidak ubahnya seperti perlombaannya dengan Rusia dalam segala bidang. Kemajuan dalam bidang bioteknologi, akan menempatkannya satu langkah di depan pesaing terdekat.
ADVERTISEMENT
Sepertinya, tak ada yang benar-benar berubah kecuali instrumen-instrumen yang diremajakan. Pada Abad Pencerahan, mitos-mitos lama dibunuh oleh sains dan ilmu pengetahuan. Lantas, di masa-masa mendatang, sains dan ilmu pengetauan akan menciptakan mitos yang baru. Semuanya bermula dari ketakutan manusia terhadap kematian.
Apa yang dikerjakan oleh Thiel misalnya, meremajakan tubuh dengan mengganti darah dari orang yang lebih muda, juga pernah dilakukan oleh Paus Innocent VIII di tahun 1492. Kisahnya, Paus yang telah sekarat meminum darah dari tiga anak laki-laki berusia 10 tahun yang diyakini dapat meremajakan kembali kesehatan sang Paus. Nyatanya, tiga anak itu meninggal, begitu juga Paus Innocent VIII.
Namun, mengingat manusia memang butuh mitos untuk menenangkan rasa takut dan kecemasannya pada hal-hal yang tak mungkin dijangkau, maka apa yang akan dilakukan para miliarder itu, sepertinya, akan menjadi mitos bagi dunia kita ke depan. Tak ada yang tahu, apakah mereka akan berhasil. Yang pasti, bahkan hari ini, di beberapa tempat di dunia, kematian masih terus disyukuri, dirayakan besar-besaran seperti halnya perkawinan – sebuah usaha memperbanyak diri- : tubuh ini fana, keabadian ada di luar sana. ( Ahmad Azwar / YK-1)
ADVERTISEMENT