news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jamal Khashoggi, Kemelut Jurnalis di Pusaran Elite

Award News
oleh : pandangan Jogja
Konten dari Pengguna
23 Oktober 2018 20:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jamal Khashoggi. (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Khashoggi. (Foto: REUTERS)
ADVERTISEMENT
Kisah kematian Jamal Khashoggi terlihat semakin rumit dan buntut persoalannya kian kompleks. Arab Saudi yang dituduh mendalangi pembunuhan jurnalis The Washington Post tersebut, entah mengapa mengumumkan pernyataan yang berubah-ubah.
ADVERTISEMENT
Tiga hari setelah Khashoggi menghilang, otoritas Arab Saudi mengatakan bahwa ia sebenarnya telah keluar meninggalkan konsulat di Turki, beberapa menit atau satu jam berikutnya. Pada 20 Oktober, mereka mengklarifikasi bahwa Khashoggi meninggal setelah pertengkaran dengan beberapa orang di konsulat.
Pemberitaan ini diperumit oleh Turki dan media pro-Erdogan yang tidak langsung mengeluarkan detail pembunuhan Khashoggi secara keseluruhan. Mereka hanya mengeluarkan satu per satu bukti yang menguatkan bahwa jurnalis itu dibunuh di dalam konsulat Saudi. Sebuah tulisan di Moon of Alabama (MoA) mengabarkan bahwa kasus ini akan lebih lama sampai tercapainya kesepakatan antara Turki dan Arab Saudi di bawah pengawasan Amerika Serikat.
Tetapi hal yang paling membingungkan adalah campur tangan Amerika Serikat. Baik Donald Trump, bahkan Mike Pompeo beberapa hari lalu mengunjungi Riyadh dan Istanbul. Lalu Donald Trump mengatakan, akan menghukum Arab Saudi, atas nama hak asasi manusia, jika terbukti bersalah.
ADVERTISEMENT
Reporters Without Borders (RSF) melaporkan bahwa 15 wartawan dan blogger Saudi telah ditangkap selama setahun terakhir, dan mencatat bahwa dalam banyak kasus, penangkapan tersebut tidak pernah dikonfirmasi secara resmi dan tak ada yang tahu jejak mereka setelanya, bahkan apa yang dituduhkan kepada mereka.
Selain itu, ada fakta penting peran besar Arab Saudi dalam perang Yaman yang telah menewaskan puluhan ribu warga sipil. Arab Saudi juga memblokade pasokan makanan dan obat-obatan kepada negara tersebut, yang semakin mengantarkan warganya ke dalam jurang kelaparan. 18 juta orang terancam mati kelaparan, termasuk lebih dari 5 juta anak-anak; sementara ribuan orang meninggal akibat penyakit.
Namun mengapa kematian Khashoggi yang menjadi perhatian penuh Amerika Serikat, bukan pada hak asasi jutaan warga Yaman yang seharusnya lebih buruk ketimbang hilangnya Khashoggi? Apa karena Washington Post tempat Khashoggi bekerja merupakan media milik Jeff Bezos, orang terkaya di negeri itu?
ADVERTISEMENT
Atau ada kepentingan yang lebih besar di balik kasus ini? Atau siapakah sebenarnya Jamal Khashoggi, selain fakta bahwa ia memiliki karier panjang dan cemerlang sebagai seorang jurnalis?
Dalam sebuah wawancara dengan CBS yang juga disiarkan oleh The Guardian, Donald Trump mengatakan bahwa ada “sesuatu yang mengerikan dan memilukan jika Arab Saudi benar-benar terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Kami akan melihat lebih dalam. Kami akan masuk ke dasar permasalahannya, dan akan ada hukuman berat bagi Arab Saudi jika hal itu benar.”
Lantas hal apa di balik kasus ini yang lebih mengerikan ketimbang kematian puluhan ribu warga sipil dan 18 juta orang kelaparan di Yaman? Untuk ini, Award News mencoba mengumpulkan informasi dari media-media dunia tentang siapa sebenarnya Jamal Khashoggi serta apa yang dia lakukan di balik statusnya sebagai jurnalis.
ADVERTISEMENT
Khashoggi dan Dunia Gelap Jurnalis-Intelijen
Jamal Khashoggi, Kemelut Jurnalis di Pusaran Elite (1)
zoom-in-whitePerbesar
Jurnalis Strategic Culture, Federico Pieraccini, menulis dengan judul yang sangat propagandis: Kematian Khashoggi akan Mengakhiri Jabatan Mohammed bin Salman (MbS). Tulisan ini dimuat pada 12 Oktober, dan belakangan beberapa media mulai membenarkan ramalan Pieraccini.
Salah satu yang menarik dalam tulisan tersebut adalah pernyataannya, Khashoggi adalah “figur representatif untuk menggambarkan dunia gelap di mana kadang-kadang jurnalis berkolaborasi dengan agen intelijen, yang dalam diri Khashoggi melibatkan intelijen Arab Saudi dan Amerika Serikat. Kalangan resmi keluarga Al Saud telah memastikan bahwa Khashoggi memiliki hubungan dekat dengan agen Riyadh dan CIA selama kehadiran Soviet di Afghanistan.”
Selain menjadi jurnalis, Khashoggi juga merupakan aset penting dinas intelijen Saudi dan AS. Dia juga merupakan salah satu yang direkrut oleh Ikhwanul Muslimin sejak usianya masih 20-an. Dia merupakan anak didik dari Turki Faisal Al-Saud, kepala intelijen Saudi yang menjabat selama 24 tahun, juga pernah menjabat sebagai duta besar Saudi untuk Amerika dan Inggris.
ADVERTISEMENT
Selama jabatannya sebagai duta besar di dua negara tersebut, Khashoggi bertindak sebagai “penasihat media” bagi Turki Faisal Al-Saud. Hubungan dekat yang sudah berlangsung lama antara intelijen Saudi dan Amerika memberi Khashoggi akses untuk mewawancarai Osama bin Laden pada tahun 1990-an. (Perlu dicatat, pamannya yang bernama Adnan Khashoggi yang dikenal luas sebagai penjual senjata juga pernah mengimpor truk besar Kenworth dari Amerika, dan pembeli pertamanya adalah perusahaan konstruksi bangunan milik keluarga Osama bin Laden, demikian dilaporkan The Guardian)
Khashoggi mulai menjadi pengkritik rezim kerajaan Saudi setelah perpecahan internal antara mantan Raja King Abdullah dan Turki Faisal Al-Saud. Orang yang dekat dengan King Abdullah menuduh Khashoggi merekrut dan membayar beberapa jurnalis dari pembiayaan CIA ketika ia menjadi editor majalah terkemuka berbahasa Inggris di Arab Saudi, Arab News. Di sana, ia menjabat sebagai editor dari tahun 1999 sampai 2003.
ADVERTISEMENT
Belakangan Khashoggi mendukung Ikhwanul Muslimin selama Arab Spring dan mendukung upaya perubahan rezim Barack Obama/Hillary Clinton yang menyebar ke seluruh Timur Tengah, termasuk upaya perubahan rezim yang menargetkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Namun, di bawah Raja Salman, kehadiran Ikhwanul Muslimin di Arab Saudi terancam dan ditindas. Hal ini menyebabkan Khashoggi meninggalkan dan mencari perlindungan di Turki.
Salah satu kegiatan penting Khashoggi sebelum kematiannya adalah “bekerja secara diam-diam dengan para intelektual, reformis dan Islamis untuk membuat kelompok Democracy for the Arab World Now,” tulis jurnalis Whitney Webb dari Mint Press News.
Keluarga Khashoggi dan Perdagangan Senjata
Jamal Khashoggi, Kemelut Jurnalis di Pusaran Elite (2)
zoom-in-whitePerbesar
Jauh sebelum Jamal Khashoggi, beberapa keluarganya yang lain juga terhubung dengan kekuatan global, salah satunya adalah Lockheed Martin, pemilik Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), perusahaan alutista Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Paman Khashoggi adalah Adnan Khashoggi, pedagang senjata Saudi yang terkenal sebagai pemeran penting dalam konflik dengan Iran. Ia pernah menjadi orang terkaya Arab Saudi. Adnan terhubung dengan Lokheed Martin karena kemampuannya mengangkat penjualan senjata perusahaan tersebut sebesar 15 persen antara tahun 1970 sampai 1975. Ia menerima komisi sebesar USD 106 juta.
Adnan juga memiliki hubungan dekat dengan Richard Nixon dan Ronald Reagan. Suatu kali Adnan menjual kapal pesiar terkenalnya ke Donald Trump seharga USD 30 juta. Trump kemudian menyebut Adnan sebagai “pialang hebat dan pebisnis yang buruk.”
Utang Arab Saudi pada Amerika Serikat
Jamal Khashoggi, Kemelut Jurnalis di Pusaran Elite (3)
zoom-in-whitePerbesar
Mengingat hubungan masa lalu dan masa sekarang Jamal Khashoggi dengan CIA dan koneksi keluarganya dengan Lockheed Martin dan pemain-pemain kuat dalam pembentukan politik AS, penghilangan Khashoggi merupakan hal krusial untuk hubungan AS–Arab.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, Presiden Trump mengunjungi Arab Saudi untuk kesepakatan pembelian senjata senilai lebih dari USD 110 miliar. Menurut sebuah tulisan di Washington Post, beberapa senjata belum dibeli hingga sekarang. Pihak Saudi berdalih bahwa mereka masih tertarik untuk membeli senjata-senjata itu, tetapi sebagaimana umumnya pembelian militer, “ada negosiasi yang rumit yang kami harap akan berakhir secepat mungkin.”
Salah satu media berbahasa Inggris terbitan Rusia, Sputnik News, melaporkan AS memberikan sanksi kepada negara-negara yang lebih memilih Triumf S-400 milik Rusia ketimbang THAAD. Tiongkok telah dijatuhi sanksi dan Turki juga terancam mendapatkan hal yang sama. S-400 dianggap lebih murah dan efektif dengan harga sekitar USD 400 juta. Sementara THAAD yang lebih mahal diperparah oleh kecelakaan F-35 di South Carolina beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Pada Oktober 2017, Arab Saudi setuju untuk membeli tujuh unit sistem pertahanan udara dan anti-rudal yang dibuat oleh THAAD. Masing-masing terdiri dari radar Raytheon AN/TPY-2, dua stasiun taktis seluler (dengan dua suku cadang) dan enam peluncur (ditambah dua suku cadang), serta 360 rudal pencegat.
Tenggat pembayaran seluruh alutista itu berakhir pada 30 September. Dan dua hari setelahnya, Jamal Khashoggi memasuki konsulat Arab Saudi di Turki, lalu jejaknya menghilang sampai sekarang. Mengapa Turki? Ini tentu bertalian dengan posisi Erdogan yang mendukung Ikhwanul Muslimin dan beberapa waktu lalu menyatakan di dalam sebuah pidato, “Turki adalah satu-satunya negara yang dapat memimpin dunia Islam.” (Muhammad Aswar/YK-1)