Kiper Pelapis dan Kiper Utama

Award News
oleh : pandangan Jogja
Konten dari Pengguna
22 September 2019 1:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keyloer Navas, foto dok. PSG
Rabu, (18/9) waktu Paris, laga pertama Grup A Liga Champions Eropa mempertemukan Paris Saint-Germain dengan Real Madrid. Sebuah laga yang spesial bagi penjaga gawang baru Les Parisiens, Keylor Navas. Ini adalah pertandingan kedua sang penjaga gawang dalam balutan jersey berlambang PSG. Lawan yang dihadapi, adalah klub yang baru saja menjualnya.
ADVERTISEMENT
Selama memperkuat Madrid, Navas memberikan tiga gelar Liga Champions, satu gelar La Liga, dua Piala Super Eropa, satu Piala Super Eropa, dan empat Piala Dunia Antarklub. Sebuah kisah yang indah, bagaimana seorang pemain dari negara kecil Amerika Tengah, datang menjadi pemenang bersama klub tersukses di Spanyol.
Laga itu sendiri dimenangi PSG tiga gol tanpa balas. Navas menambah catatan clean sheet lagi dalam karir profesionalnya. Sementara Thibault Courtois belum pernah melakukannya sejak Februari tahun ini. Courtois, belum menampilkan performa yang meyakinkan sejak dibeli Madrid dari Chelsea tahun lalu.
Setelah Zinedine Zidane memutuskan untuk berhenti sebagai pelatih Real Madrid di akhir musim 2017/2018, ditambah manajemen yang mendatangkan Thibault Courtois dari Chelsea setelah usaha menahun yang gagal untuk memboyong David de Gea, Navas tersingkir, menjadi penjaga gawang cadangan seiring dengan melempemnya penampilan Real Madrid secara tim. Navas tidak tahan, klub-klub lain melihatnya sebagai peluang, terutama karena raihan trofi dan data penyelamatan yang dimilikinya. Penjaga gawang timnas Kosta Rika ini adalah pemegang rekor hanya kebobolan sekali dalam 8 partai beruntun di Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Bad deal or not, ini adalah bisnis yang bagus bagi kedua klub. Real Madrid melepas Navas tidak gratis, dana sebesar 15 juta Euro -sebuah angka yang layak untuk penjaga gawang berusia 32 tahun-, dan meminjam Alphonse Areola selama musim ini sebagai 'pelapis' yang layak bagi Courtois.
Areola adalah seorang pemenang Piala Dunia meski tanpa bermain di turnamen tersebut. Penjaga gawang keturunan Filipina tersebut telah berguru pada salah satu penjaga gawang terbaik yang pernah berada di lapangan sepak bola, Gianluigi Buffon, meski hanya semusim. Melihat performa Courtois sejauh ini, bukan tidak mungkin Areola akan memiliki kesempatan untuk menggeser posisi penjaga gawang terbaik Piala Dunia 2018 tersebut di Madrid.
ADVERTISEMENT
Cadangan yang Setara
Cerita pertukaran kiper juga dilakukan rival Madrid di La Liga, Barcelona dan Valencia. Barcelona melepas Jasper Cillessen seharga 35 juta Euro untuk mendapatkan Norberto Neto dengan angka 26 juta Euro. Blaugrana kini punya kiper yang bisa diandalkan untuk tampil di Copa del Rey, mengingat bahwa tahun lalu, Barcelona kalah di final Copa del Rey dari Valencia yang diperkuat oleh Neto. Valencia pun bahagia dengan kiper barunya, dengan reputasi sebagai penjaga gawang utama tim nasional Belanda, Cillessen jelas bukan pembelian yang buruk.
Kesepakatan ini adalah berkah bagi Cillessen dan Valencia, karena Valencia paham posisi Cillessen di Timnas Belanda. Motivasi Cillessen tahun ini jelas berlipat, karena pada musim panas tahun depan, turnamen sepak bola antar negara se- Eropa akan digelar, dan dia butuh jam bertanding di level tertinggi untuk menemukan performa terbaiknya, sesuatu yang tidak didapatkannya selama membela Los Cules.
ADVERTISEMENT
Barcelona, tim juara yang makin keranjingan untuk memiliki kiper cadangan yang kualitasnya tidak jauh berbeda dengan pejaga gawang utama. Cerita sukses treble winner 2015 adalah buah dari keberadaan dua kiper yang saling berbagi tugas dan tanggung jawab. Untuk kompetisi La Liga, berdiri Claudio Bravo, yang merupakan penjaga gawang sekaligus kapten tim nasional Chile. Sementara untuk ajang Copa del Rey dan Liga Champions mereka menggunakan jasa Marc-Andre ters Tegen, yang kala itu masih merupakan kiper muda potensial. Strategi rotasi kiper berlangsung baik, klub bermain dengan solid dan memenangkan ketiga ajang bergensi tersebut di atas, juga disebabkan karena keampuhan trio MSN yang sangat mematikan.
Manchester United juga pernah mencoba untuk meniru strategi Barcelona dengan memiliki David de Gea dan Sergio Romero. Keduanya adalah penjaga gawang utama di negara masing-masing. Walaupun tidak menghasilkan trofi sebanyak yang dihasilkan Barcelona, kolaborasi kedua kiper ini masih sanggup menghadirkan gelar juara Liga Eropa 2017.
ADVERTISEMENT
Real Madrid pun punya kisah yang mirip, di saat perseteruan antara Jose Mourinho dan kapten tim Iker Casillas memuncak, Diego Lopes mengambil allih peran di bawah mistar. Tampil meyakinkan dan Los Blancos pun mulai merasa nyaman bermain tanpa jebolan akademi Madrid tersebut.
Casillas sendiri pun memulai karirnya dari bangku cadangan. Masuk di tengah pertandingan menggantikan kiper utama yang cedera saat masih berusia 18 tahun. Atau pada pertandingan final Liga Champions 2003, masuk bermain pada menit 20 menggantikan Cesar Sanchez yang cedera, Saint Iker langsung tampil memukau dan berhasil melakukan penyelamatan gemilang di menit2 akhir. Selanjutnya adalah apa yang disebut sebagai sejarah.
Tidak ada kiper yang terlalu bagus untuk dicadangkan. Melihat bagaimana kesabaran Abbiati di AC Milan, membeku di bangku cadangan dan terusir keluar San Siro tiga kali dalam tiga tahun di tiga klub berbeda untuk mendapat jam bermain. Penurunan performa Dida membuat manajemen memutuskan untuk memberikannya peran sebagai penjaga gawang utama Rosonerri, Abbiati merupakan penjaga gawang dengan jumlah pertandingan terbanyak dalam balutan seragam AC Milan. Kesabaran berbuah manis bukan?
ADVERTISEMENT
Penulis: Anasiyah Kiblatovski