news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Rekap Bundesliga 2017-2018: Karena Bayern Adalah Pengecualian

Award News
oleh : pandangan Jogja
Konten dari Pengguna
21 Mei 2018 2:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bayern Muenchen juara Bundesliga 2017/18. (Foto: Reuters/Michaela Rehle)
Tak sepopuler Liga Inggris atau Spanyol, tapi ini adalah liga yang melahirkan tim nasional yang konsisten masuk semifinal turnamen internasional. Tak usah banyak omong, pada intinya, ini adalah liga yang dimiliki negara Juara Dunia.
ADVERTISEMENT
Bayern Munchen, pemenang Bundesliga, melekatkan image yang tampak buruk: membosankan karena kelewat mendominasi. Boleh lah bosan tapi jangan pernah silap dengan kenyataan keren lainnya.
Bundesliga adalah liga yang ramah pada para pemain muda dan sangat terbuka pada bakat asing dari seluruh dunia. Lebih dari separuh (51,9 persen) pemain yang berlaga di sana adalah pemain asing. Dan tambahan untuk musim ini, Bundesliga telah menjelma sebagai liga yang ramah terhadap pelatih muda.
Diawali dua musim lalu, ketika Hoffenheim menunjuk seorang pemuda berusia 28 tahun, Julian Nagelsmann, menjadi juru taktiknya. Sejak itu pelatih-pelatih muda tak berpengalaman mulai mengisi pentas Bundesliga.
Selain Nagelsmann, sebagai yang termuda dan paling berprestasi, ada nama-nama lain yang patut diperhitungkan.
ADVERTISEMENT
Domenico Tedesco 32 tahun, menangani Schalke. Manuel Baum yang kini melatih Augsburg baru 38 tahun, Sandro Schwarz di FSV Mainz 39 tahun. Hannes Wolf menangani Stuttgart, dan ya meskipun akhirnya dipecat pada paruh musim ini, ia juga baru berusia 37 tahun. Pelatih berdarah Iran berusia 38 tahun Alexander Nouri sempat menangani Werder Bremen sampai Oktober tahun lalu.
worldfootballindex.com
Di antara mereka, yang muda dan ambisius ini, nama Tedesco dan Nagelsmann yang paling menonjol. Selain karna mereka adalah yang termuda dalam daftar, mereka membawa klubnya finish terhormat. Tedesco mengantarkan Schalke finish kedua dan Nagelsmann bersama Hoffenheim berada tepat dibelakangnya.
ADVERTISEMENT
Butuh seorang pelatih sepuh untuk menghentikan pelatih-pelatih muda ini dari gelar juara. Untuk itu, Jupp Heynckes kembali dari masa pensiunnya dan menukangi Bayern untuk kali ketiga setelah pemecatan Carlo Ancelotti. Tapi kali ini, pelatih yang bulan ini berusia 73 tahun itu benar-benar pensiun, setelah memberikan gelar ke 28 bagi Bayern. Intinya, ia kembali hanya untuk menghadang Tedesco dan Nagelsmann.
Membosankan Memang, Tapi Harus: Belajar dari Bayern
fcbayern.com
Sebagai rekapitulasi penjumlahan, musim ini adalah 28 gelar untuk Bayern! Yang artinya paling cepat butuh 20 musim bagi Borussia Dortmund sebagai pesaing terdekatnya untuk sekedar menyamai bilangan yang sama.
Selain itu, ini adalah gelar ke-enam secara beruntun bagi Die Roten dengan tiga pelatih berbeda. Data-data ini memberikan satu kata kunci: konsistensi. Bosan tak lagi relevan, karena hanya Bayern yang punya konsistensi, kemampuan untuk menjaga asetnya tetap berada dalam kekuatan yang sama, atau lebih kuat tiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Memanggil kembali Heynckes sebenarnya adalah langkah putus asa, mengingat dia sudah mengambil keputusan pensiun setelah memberi tiga gelar dalam satu musim untuk The Bavarian. Namun, itu juga menjadi keputusan paling logis.
Perubahan gaya permainan, daya ledak bertambah, dan gairah untuk menang, kembali ke tubuh Bayern. Dengan cepat mereka mengumpulkan poin, bukan hanya sekadar untuk mengejar, melainkan untuk memimpin dengan selisih yang jauh. Heynckes adalah pilihan instan untuk kesuksesan.
Awal musim yang terbilang buruk untuk tim sekelas Bayern di Bundesliga dan Liga Champions, dengan cepat dibalikan oleh Heynckes. Mengumpulkan 27 poin dari 10 pertandingan pertamanya, mereka mulai menghancurkan harapan munculnya juara lain di Jerman.
Tidak akan mengherankan jika akhirnya pemain-pemain Bayern mendominasi daftar pencetak gol dan assist serta Team of The Year. Meskipun tidak ada nama Manuel Neuer di bawah mistar gawang, mereka masih bisa tampil bagus bahkan menyulap kiper cadangannya menjadi salah satu penantang tangguh untuk mengisi pos penjaga gawang tim nasional Jerman.
ADVERTISEMENT
Berkebalikan dari Bayern, awal musim yang bagus dimiliki oleh Dortmund, Peter Bosz yang baru memulai kerjanya di Signal Iduna Park pada awal musim ini. Ia sempat membawa Die Borussen berada di puncak. Namun sesuatu terjadi, sesuatu yang biasa terjadi di sepak bola Jerman, yang entah bagaimana membuat mereka mulai sulit meraih poin, justru saat Bayern sedang bagus-bagusnya.
Dortmund mengganti nahkodanya, menunjuk Peter Stoger untuk menjalani sisa musim dalam ketidakstabilan untuk mengejar ketertinggalan poin yang sudah teramat banyak, Si Hitam Kuning tidak pernah sebagus awal musim lagi.
Dinamika, Dinosaurus, atau Setengah Suka
bleacherreport.com
Salah satu tim besar yang memiliki pelatih baru adalah Schalke 04. Domenico Tedesco memulai kerja samanya dengan “The Royal Blues” pada awal musim ini, dan dengan segera memberi rasa optimis baru pada tim yang bermarkas di Veltins Arena itu.
ADVERTISEMENT
Di tangan Tedesco lah pertandingan terbesar di Jerman musim ini dibuat. Dalam pertandingan bertajuk “Ruhr Derby”, delapan gol tercipta dalam salah satu pertandingan tim sekota terpanas di dunia. Borussia Dortmund memimpin 4 gol dalam 25 menit pertama di Signal Iduna Park, tapi babak kedua menjadi milik Schalke yang mencetak gol penyeimbang di menit tambahan.
Tedesco, pelatih kelahiran Italia berusia 32 tahun ini memadukan gaya menyerang ala Jerman dengan pertahanan ketat Italia. Schalke adalah tim ketiga dengan jumlah kebobolan paling sedikit. Schalke mengakhiri musim di posisi dua yang kesepian, tidak mampu mengejar Bayern di puncak dan tidak sanggup didekati tim manapun di bawahnya.
Hoffenheim, dua musim lalu harus menjalani babak playoff untuk bertahan di liga. Lalu musim selanjutnya berada di peringkat ke-4 dan musim ini berada di nomor 3. Kenyataan sebaliknya musti dialami oleh beberapa tim yang sebelumnya bermain di zona Eropa pada musim ini musti bertarung di zona degradasi.
ADVERTISEMENT
FC Koln musim ini tampil begitu buruk, terutama di paruh pertama yang menghasilkan enam poin, salah satu pencapaian terburuk dalam sejarah Bundesliga. Setelah penampilan mengejutkan musim lalu, dengan finish di urutan kelima, mereka mengecewakan harapan penggemarnya yang mulai tumbuh. Klub berlogo kambing ini tidak mampu menunjukkan perbaikan berarti dan akhirnya tersingkir dengan cepat.
DW.com
Volksparkstadion dipenuhi oleh api di pekan terakhir, api amarah dan api flare yang dilempar penonton ke lapangan. Penyebabnya satu, Hamburg SV turun kasta. Padahal, sebelumnya, Die Rothosen adalah satu-satunya tim yang tidak pernah terdegradasi dari Bundesliga.
ADVERTISEMENT
Sepanjang 55 tahun sejak diselenggarakannya, Bundesliga selalu menyertakan nama Hamburg SV di daftar pesertanya. Sama seperti di Liga Inggris, kini "Dinosaurus" telah punah dari sepakbola, dan Hamburg SV musti menyetel ulang jam kebanggaan mereka bertahan di Bundesliga.
Sebelum Juventus mengalahkan Real Madrid di perempat final Liga Champions lalu, tim terakhir yang mampu mengalahkan Los Blancos di fase gugur turnamen antar jawara liga-liga Eropa itu hanyalah Wolfsburg, dan itu terjadi pada tahun 2016.
Namun ironisnya, sejak itu, Wolfsburg justru terus menjauh dari papan atas, dan puncaknya di musim ini Die Wolfe harus menjalani partai play off melawan Holstein Kiel untuk dapat bertahan di kompetisi teratas sepakbola Jerman.
Musim ini tampil bagus, lalu musim depannya bertarung di zona degradasi, ataupun sebaliknya sudah hal biasa di Bundesliga. Sebelum kisah indah Leicester di tanah seberang, Kaiserlaurten di penghujung millennium pernah mengejutkan dunia, menjadi kampiun di tahun pertama mereka promosi.
ADVERTISEMENT
Setelah keajaiban itu, para peserta Bundesliga atau lebih tepatnya Bayern telah memastikan bahwa kejaiban hanya terjadi sekali itu saja. Musim lalu adalah contohnya, RB Leipzig begitu impresif di musim pertamanya, namun sekali lagi FC Bayern keluar sebagai pemenang.
Masih ngotot Bundesliga membosankan? Nyatanya liga ini telah melahirkan Tim Nasional yang menjuarai Piala Dunia empat kali, selalu masuk semifinal turnamen besar sejak 2006. Dan perubahan komposisi tabel akhir liga, selalu berubah jauh dari musim ke musim: tidak ada tim yang benar-benar aman, karena Bayern hanyalah pengecualian.
Persaingan memperebutkan jatah Eropa musim ini sangat ketat. Di paruh musim saja selisih poin antara posisi kedua dengan kesepuluh hanya terpaut enam angka.
Selain juara dan runner up yang sudah dipastikan jauh-jauh hari oleh Bayern dan Schalke, posisi ketiga sampai ke enam ditentukan pada pekan terakhir. Sebagai liga yang diikuti oleh 18 peserta, hal ini sangat berpeluang terjadi, namum memiliki tiga peserta berpoin sama di akhir musim sangat jarang terjadi.
ADVERTISEMENT
Hoffenheim memastikan diri bermain di Liga Champions setelah menaklukan Borussia Dortmund di pertandingan terakhir, dan berhak menempati urutan ketiga menyalip lawannya tersebut. Sementara Bayer 04 Leverkusen berada di peringkat kelima dengan poin 55 yang sama, selisih gol membuatnya harus puas berlaga di Liga Eropa ditemani RB Leipzig.
Bundesliga memang milik Bayern, piring perak selalu dirayakan di Allianz Arena enam musim terakhir. Perbedaan antara Bayern dan peserta lainnya terlampau jauh. Sementara kursi kepelatihan Bayern tengah kosong, pelatih-pelatih muda yang telah membuktikan kualitasnya tengah membangun kekuatan untuk memotong dominasi the Bavarian. Tapi Bayern boleh saja tetap juara, terus juara. (Anasiyah Kiblatovski /YK-1)