news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

The Breakthrough Prize 2019, Oscar di Bidang Pengobatan

Award News
oleh : pandangan Jogja
Konten dari Pengguna
18 Oktober 2018 18:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Award News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
The Breakthrough Prize 2019, Oscar di Bidang Pengobatan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sergey Brin (kiri) seusai menyerahkan Breakthrough Prize 2018 pada Desember 2017 lalu. (Sumber foto: breakthroughprize.org)
ADVERTISEMENT
The Breakthrough Prize, penghargaan dalam bidang terobosan ilmiah, diumumkan pada Rabu (17/10) kemarin di San Francisco. Sebanyak sembilan saintis membagi total hadiah USD 22 juta atas kerja penting mereka dalam bidang life science, fisika, dan matematika fundamental. Hadiah untuk masing-masing pemenang di tiap kategori tersebut adalah USD 3 juta--sekitar Rp 45 miliar-- atau 3 kali hadiah Nobel Sains.
Penghargaan ini disponsori oleh para founder teknologi internet seperti Sergey Brin Google, pasangan pemilik Facebook, Priscilla Chan, dan Mark Zuckerberg, Founder Ali Baba Jack Ma, Fisikawan Israel-Rusia yang juga investor besar di bidang internet Yuri dan Julia Milner, dan CEO Personal Genomics Anne Wojcicki.
Malam puncak penghargaan diadakan pada 4 November yang akan diselenggarakan oleh aktor, produser, dan filantropis ternama Pierce Brosnan, serta dihadiri oleh tokoh-tokoh sains, komunitas sains, selebriti, atlet, musisi, dengan tujuan merayakan bersama pencapaian sains dan ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Acara akan berpusat di NASA Ames Research Center di Mountain View California, disiarkan secara live oleh National Geographic, YouTube, dan Facebook. Perayaan, kegembiraan, antusiasme, dan keglamoran perayaan Breakthrough Prize membuat penghargaan ini sering disebut sebagai ‘Penghargaan Oscar di bidang Sains,” sangat berbeda dengan perayaan Nobel yang murung dan formal.
The Breakthrough Prize 2019, Oscar di Bidang Pengobatan (1)
zoom-in-whitePerbesar
(Sesi pemotretan di atas karpet merah layaknya penghargaan Oscar)
Selain Breakthrough Prize bagi saintis senior, juga terdapat New Horizon Prize untuk saintis muda potensial atas temuan-temuan mereka. New Horizons diberikan kepada tujuh fisikawan dan lima matematikawan, masing-masing dari mereka menerima hadiah uang tunai sebesar USD 100.000. Berikut empat penemuan dalam bidang life science yang memenangkan Breakthrough Prize 2019:
Frank Bennet dan Adrian Krainer
The Breakthrough Prize 2019, Oscar di Bidang Pengobatan (2)
zoom-in-whitePerbesar
Frank Bennett. (Sumber foto: sandiegouniontribune.com)
ADVERTISEMENT
C Frank Bennett dan Adrian R Krainer dari Ionis Pharmaceuticals and Cold Spring Harbor Laboratory. Dalam press release yang diumumkan di situs resmi Breakthrough Prize, mereka berjasa mengembangkan terapi antisense oligonucleotide untuk anak-anak yang menderita penyakit Spinal Muscular Atrophy.
Spinal Muscular Atrophy, atau sering disingkat sebagai penyakit SMA adalah penyakit yang sangat jarang diderita namun mematikan. Menjadi penyebab utama kematian bayi. Hampir semua bayi yang menderita penyakit tersebut meninggal sebelum menginjak umur dua tahun.
Menurut lembaga Muscular Dysthorpy Association, penyakit SMA disebabkan oleh rusaknya sumsum tulang belakang (spinal cord) yang menyambungkan otak dengan beberapa punggung bagian bawah.
Sumsum ini berfungsi untuk mengantarkan respons terhadap tubuh bagian bawah dan memerintahkan otot untuk bergerak. Penyakit ini menyebabkan kehilangan kontrol motorik terutama pada otot kaki. Karena tidak bisa dikontrol, maka kaki akan mengecil (atrophy) yang pada akhirnya menyebabkan kelumpuhan permanen.
ADVERTISEMENT
Frank Bennett seorang ahli farmakologi dan Adrian Krainer ahli biokomia, menemukan teknologi antisense dan proses alami penyambungan RNA untuk menghasilkan obat pertama, dan sekarang masih satu-satunya, untuk penderita SMA. Nusinersen, begitu nama senyawa tersebut, yang dipasarkan oleh Biogen dengan merk Spinraza.
Penemuan ini disetujui oleh FDA pada tahun 2016 dan merupakan salah satu metode pengobatan antisense pertama. Nusinersen juga mulai dikembangkan untuk pengobatan familial dysautonomia (FD), glioblastoma, dan kanker hati.
Pekerjaan mereka juga membuka jalan bari kemungkinan pengobatan baru menggunakan metode pembungkaman gen untuk penyakit huntington, ALS, spinocerebellar ataxias, parkinson, serta alzheimer.
Bennet merupakan warga keturunan Aztec New Mexico. Fokus studinya pada penyakit MSA. Sementara Krainer tumbuh di Motevideo, Uruguay, dan keturunan Eropa Timur.
ADVERTISEMENT
Dia mengagumi hasil pekerjaan Gregor Mendel dan mengembangkan minat pada genetika sejak masih duduk di bangku sekolah. Bennet dan Krainer mulai bekerja sama pada 2014 karena merasa mampu menciptakan obat SMA dengan dua bantuan ilmu tersebut.
Angelika Amon
The Breakthrough Prize 2019, Oscar di Bidang Pengobatan (3)
zoom-in-whitePerbesar
Angelika Amon. (Sumber foto: biology.mit.edu)
Angelika Amon kini bekerja di Institut Teknologi Massachusetts dan Howar Hughes Medical Institute. Dia berjasa dalam penemuannya menghitung konsekuensi dari aneuploidy, kelainan kromosom karena mis-segregasi.
Aneupoidy merupakan ketidakberaturan dalam jumlah kromosom, entah lebih banyak atau lebih sedikit dibanding jumlah kromosom norman, yang menghasilkan respons stres dan mengganggu sistem pemulihan sel.
Hal ini membuat mutasi gen berakumulasi dengan cepat. Aneuploidy menjadi penyebab utama penyakit-penyakit mematikan seperti down syndrome, keguguran, dan lain-lain. Bahkan 80 persen penyakit kanker disebabkan oleh jumlah kromosom yang tidak teratur.
ADVERTISEMENT
Angelika Anom merupakan ahli biologi molekuler dari Wina. Dia berharap penanganan yang tepat pada jumlah kromosom yang tidak biasanya mampu menjadi cara pebngobatan baru bagi penyakit kanker.
Xiaowei Zhuang
The Breakthrough Prize 2019, Oscar di Bidang Pengobatan (4)
zoom-in-whitePerbesar
Xiaowei Zhuang. (Sumber foto: news.harvard.edu)
Xiaowei Zhuang merupakan ahli biofisika keturunan China-Amerika. Dia mengajar di Universitas Harvard dan bekerja di Howard Hughes Medical Institute. Dilahirkan dari ayah ZHuang Lixian seorang profesor aerodinamis, sementara ibunya adalah Zhu Renzhi juga seorang profesor, keduanya merupakan guru besar di Universitas Sains dan Teknologi China (USTC).
Xiaowei adalah anak ajaib. Pada usia enam tahun, ia mampu mengidentifikasi atmosfer yang bekerja di dalam segelas air. Bertahun-tahun kemudian, dia menyelesaikan studi posdoktoral di Stanford University, ketika metode mikroskopi berada di zaman keemasannya. Ia menyalurkan hasratnya pada fisika dalam bioimagin dan eksplorasi sistem biologis.
ADVERTISEMENT
Di laboratoriumnya di Universitas Harvard, ia menemukan metode pencitraan resolusi super (Super Resolution Imaging Method, STORM) yang menggunakan molekul fluorescent yang mampu melampaui batas-batas difraksi mikroskop tradisional.
Hasil dari STORM adalah gambar resolusi ultra-high dari molekul dan struktur sel yang 10.000 kali lebih kecil dari lebar rambut manusia. Dengan STORM, Xiaowei mampu menemukan struktur seluler yang sebelumnya tidak dikenal, seperti kerangka membran periodik di neuron otak; dan memungkinkan penemuan struktur seluler lainnya.
Xiaowei juga mengembangkan metode pencitraan transkriptom sel tunggal, MERFISH (multiplexed error-robust fluorescence in situ hybridization) yang memungkinkan banyak spesies RNA untuk dicitrakan dan dikuantifikasi dalam sel tunggal dalam konteks aslinya. Ia dan rekannya menggunakan molekul tunggal FRET untuk mempelajari biomolekul dan kompleks molekuler untuk mengembangkan pelacakan interaksi virus dan sel.
ADVERTISEMENT
Zhijian “James” Chen
The Breakthrough Prize 2019, Oscar di Bidang Pengobatan (5)
zoom-in-whitePerbesar
Zhijian “James” Chen. (Sumber foto : Youtube.com)
Chen berkeja di Texas Soutwestern University Medical Center dan Howard Hughes Medical Institute. Dia menjelaskan bagaimana DNA memicu respons imun dan autoimun dari bagian dalam sel melalui penemuan enzim DNA-sensing cGAS.
T-sel dan sel darah putih adalah pejuang garis depan sistem kekebalan tubuh. Ahli biokimiawi Zhijian (James) Chen telah menerangi cara kerja sistem kekebalan tubuh yang mendasarinya: beroperasi dari setiap sel di tubuh kita yang memicu penyebaran dari respons melawan-kembali terhadap virus, stres, radiasi, dan lainnya.
Laboratorium Chen telah menunjukkan bagaimana DNA dibawa oleh penyerbu, atau merembes keluar dari inti sel, dirasakan oleh protein, yang pada akhirnya, mengaktifkan sel T dan sel darah putih.
ADVERTISEMENT
Dia sekarang bekerja untuk memanfaatkan kekuatan penyembuhan yang kuat ini untuk menghentikan penyakit seperti kanker; dan untuk mengendalikan mekanisme ketika itu berjalan serba salah dalam gangguan auto-imun seperti arthritis dan lupus.
Chen dibesarkan di sebuah desa pegunungan terpencil di Provinsi Fujian Cina. Di masa kecilnya, ia menunjukkan rasa ingin tahu tentang alam dan didorong oleh orang tuanya untuk mengejar karir di bidang sains. Dia bermigrasi ke AS dan mendapatkan gelar PhD di SUNY Buffalo. Dia percaya sains tidak memiliki batas dan penyakit adalah musuh kita bersama.
Special Prize untuk Jocelyn Bell Burnell
The Breakthrough Prize 2019, Oscar di Bidang Pengobatan (6)
zoom-in-whitePerbesar
(Jocelyn Bell Burnell. Sumber foto : newscientist.com)
Lebih dulu diumumkan pada akhir September kemarin, penghargaan spesial dalam bidang fundamental fisika diberikan kepada Jocelyn Bell Burnell yang menemukan pulsar pada Februari 1968 serta melakukan pengkajian terus-menerus, juga mengepalai berbagai kajian tentang pulsar selama lima dekade.
ADVERTISEMENT
Sebelum menerima Breakthrough Prize, Bell Burnell adalah kasus unik dan mendorong percakapan luar biasa karena temuannya berdekade lamanya diakui sebagai temuan dosen pembimbingnya Anthony Hewish yang menerima Nobel Fisika pada tahun 1974.
Atas hadiah kemenangannya Bell Burnell akan menyumbangkan semuanya untuk temuan sains lainnya. “Saya tidak ingin atau butuh hadiah itu untuk diriku sendiri. Sepertinya memang menyumbangkan untuk temuan baru adalah cara terbaik untuk menggunakan hadiah ini,” katanya kepada BBC.
Tentang pekerjaan Burnell, Breakthrough Prize menggambarkan pulsar sebagai "keajaiban alam”. Pulsar adalah bintang sebesar San Francisco dengan massa sebanding dengan Matahari. Mereka kaya akan neutron (partikel yang ditemukan di inti atom) dan dapat berputar begitu cepat seperti kecepatan cahaya.
ADVERTISEMENT
Edward Witten, ketua panitia seleksi, mengatakan dalam pernyataan bahwa penemuan Bell Burnell adalah "salah satu kejutan besar dalam sejarah astronomi."
Adapun pemenang Breakthrough Prize In Fundamental Physics diraih oleh Charles Kane and Eugene Mele--dari University of Pennsylvania. Keduanya menang untuk ide baru mengenali topologi dan simetri di fisika yang mampu memprediksi kelas material baru yang hanya mengantarkan listrik di permukannya.
Sementara Breakthrough Prize di Mathematika dimenangkan oleh Vincent Lafforgue, peneliti di CNRS (National Center for Scientific Research, France) dan Institut Fourier, Université Grenoble Alpes. Ia menang untuk kontribusinya di beberapa bidang matematika, khususnya untuk program Langlands dalam kasus penerapan di lapangan. (Muhammad Aswar/YK-1)
Oscar (Foto: oscar.go.com)
zoom-in-whitePerbesar
Oscar (Foto: oscar.go.com)