Childfree di Kalangan Remaja dan Hal-Hal yang (Mungkin) Memengaruhinya

Ayu Imtyas Rusdiansyah
Double degree student. Sociology at Universitas Brawijaya. PGSD at Universitas Terbuka. Master Teacher at Ruangguru. Founder and CEO of Ayrus Education. Author 50 books.
Konten dari Pengguna
28 Juli 2023 9:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Imtyas Rusdiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pasangan. Foto: NadyaEugene/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan. Foto: NadyaEugene/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pandangan masyarakat terhadap peran dan harapan terhadap wanita dan keluarga semakin berkembang seiring perubahan sosial dan budaya di Indonesia. Salah satu tren yang menarik perhatian adalah fenomena childfree di kalangan remaja Indonesia.
ADVERTISEMENT
Childfree merujuk pada pilihan seseorang untuk tidak memiliki anak secara sukarela, baik dalam pernikahan atau pun di luar pernikahan. Fenomena ini menandakan perubahan nilai dan pandangan terhadap kehidupan, keluarga, serta tanggung jawab sosial.
Artikel ini akan mengeksplorasi fenomena childfree di kalangan remaja Indonesia dan beberapa aspek yang mungkin memengaruhinya.

Perubahan Pemahaman Tentang Kehidupan dan Karier

Budaya patriarki yang mendasari pandangan tradisional tentang peran wanita dan keluarga semakin digantikan oleh pemahaman baru tentang kehidupan dan karier.
Remaja Indonesia, terutama wanita, semakin menyadari pentingnya mengembangkan diri dan karier sebelum memutuskan untuk memiliki anak. Mereka ingin mengeksplorasi potensi dan tujuan hidup mereka tanpa merasa terikat oleh tanggung jawab mengasuh anak.

Kendala Ekonomi dan Finansial

Pertimbangan ekonomi dan finansial juga mempengaruhi pilihan childfree di kalangan remaja Indonesia. Kehidupan yang semakin mahal dan biaya pendidikan serta kesehatan anak yang tinggi dapat menjadi beban bagi banyak pasangan muda.
ADVERTISEMENT
Beberapa remaja memilih untuk menunda memiliki anak hingga mereka lebih stabil secara finansial atau bahkan memutuskan untuk tidak memiliki anak sama sekali demi meraih kemandirian finansial yang lebih tinggi.

Kepedulian Terhadap Lingkungan dan Keterbatasan Sumber Daya

Isu lingkungan dan keterbatasan sumber daya juga memainkan peran dalam fenomena childfree. Beberapa remaja Indonesia menyadari dampak besar dari populasi manusia terhadap lingkungan dan sumber daya alam.
Dengan memilih untuk tidak memiliki anak, mereka berkontribusi pada usaha melindungi dan menjaga keberlanjutan lingkungan serta sumber daya alam.

Rasa Beban Sosial dan Tekanan Budaya

Tekanan budaya dan sosial juga dapat mempengaruhi pilihan childfree. Dalam masyarakat yang mengutip norma untuk menikah dan memiliki anak sebagai tujuan hidup utama, remaja yang memilih untuk tidak memiliki anak mungkin merasa ditekan dan menghadapi stigmatisasi sosial.
ADVERTISEMENT
Namun, semakin banyak remaja yang lebih berani untuk menyuarakan pilihan mereka dan menolak konsep bahwa memiliki anak adalah tujuan utama dalam hidup mereka.

Pilihan Hidup yang Beragam

Perubahan nilai dan pandangan tentang kehidupan mengakibatkan pilihan hidup yang semakin beragam. Fenomena childfree adalah salah satu contoh bagaimana remaja Indonesia semakin menerima hak dan kebebasan untuk memilih jalan hidup mereka sendiri. Pilihan ini harus dihargai dan diakui sebagai bagian dari dinamika sosial yang berkembang.
Fenomena childfree di kalangan remaja Indonesia adalah hasil dari perubahan sosial dan budaya yang kompleks. Pandangan tentang peran wanita, keluarga, dan kehidupan semakin berubah seiring dengan perkembangan masyarakat.
Pilihan childfree dapat dipahami sebagai refleksi dari kebebasan individu untuk menentukan arah hidup mereka sendiri, baik dalam membangun karier, menjaga lingkungan, atau menghindari beban finansial.
ADVERTISEMENT
Penerimaan dan penghargaan terhadap pilihan childfree ini akan semakin memperkaya pluralitas masyarakat dan mencerminkan semangat inklusivitas dan keberagaman di Indonesia.