Let's Work Together!

Ayu Novita Pramesti
Aparatur Sipil Negara yang melayani guru, tenaga kependidikan, dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan di Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbud
Konten dari Pengguna
15 April 2022 8:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Novita Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber foto: https://pixabay.com/
Waktu di jam tanganku sudah menunjukkan pukul 21.00. Harusnya, ini saatku untuk kembali pulang ke rumah. Kuitansi honor kegiatan penyusunan soal untuk asesmen guru yang sudah berlangsung sejak dua hari lalu itu sudah aku tandatangani. Sudah terima honor, berarti boleh langsung pulang, bukan?
ADVERTISEMENT
Temanku yang usianya lebih tua dariku sudah pulang terlebih dahulu. Aku sangat memahami kondisinya karena lokasi rumahnya jauh dan ia harus naik KRL terakhir menuju Depok pada pukul 22.00. Ia memang tidak pamit kepadaku dan teman-teman yang lain. Namun, aku dan teman-teman sudah mengerti bahwa ia harus pulang lebih awal dari kami.
Aku tetap bertahan untuk tidak pulang malam itu. Sudah terlalu malam, khawatir mengganggu waktu tidur orang tua dan kakakku yang berada di rumah. Selain itu, kegiatan malam itu belum sepenuhnya selesai karena masih harus menunggu rampungnya pembuatan soal. Belum lagi menunggu pencadangan soal selesai.
Pulang setelah waktu subuh adalah pilihan yang tepat dan bijaksana. Pekerjaan selesai dan tidak mengganggu orang yang berada di rumah. Selain itu, perjalanan pulang ke rumah juga lebih aman dibandingkan memaksakan pulang malam itu juga.
ADVERTISEMENT
Keputusan yang kuambil malam itu tepat. Sembari menunggu pekerjaan selesai di malam itu, aku bisa mengenal lebih dekat rekan-rekan setimku. Sebagai pegawai yang paling muda usianya, aku beruntung bisa belajar banyak dari rekan-rekanku yang lebih senior. Selain itu, kami juga bisa membangun hubungan yang lebih ‘cair’ dan terbuka. Bercanda dan bercerita tentang pribadi masing-masing di malam itu membuat kami lebih akrab.
Ada yang bercerita aktivitas ekstrem yang pernah dilakukannya, yaitu bekerja ketika menjadi panita pemilihan umum dari pukul 6.00 hingga pukul 300. Ada juga yang bercerita bagaimana pengalamannya menghadapi pasangan yang marah. Termasuk juga meledek rekan yang menutupi tubuhnya dengan jaket untuk menghindari rasa dingin. "Maklum faktor U, Mas!" ledekku kepadanya tanpa malu-malu.
ADVERTISEMENT
Harapannya, keakraban yang mulai dibangun malam itu bisa membuat pekerjaan berat yang harus kami lakukan ke depan menjadi lebih ringan. Syukurlah, menjelang pukul 00.00, pekerjaan pada malam itu selesai juga. Namun, banyak tahapan pekerjaan lain yang sudah menanti. Semoga kami semua diberikan kekuatan oleh Yang Mahas Kuasa untuk menyelesaikan setiap tahapan pekerjaan itu, sebagaimana yang telah diamanatkan pimpinan di kantor.
Kontribusiku dalam pekerjaan yang berat ini memang belum seberapa. Namun, selama aku mampu, aku tetap berusaha membersamai timku dalam bekerja. Bukankah dalam menempuh perjalanan yang panjang, lebih nyaman bila dilakukan bersama-sama, bukan hanya seorang diri? Begitu pula dengan melakukan pekerjaan berat ini. Aku yakin akan terasa ringan bila dihadapi dan dikerjakan bersama-sama. Karena kita adalah super team, bukan super man ...
ADVERTISEMENT
Bismillah, Let’s Work Together!