Meneladani Kisah Guru Pamong Serasa Membaca Novel

Ayu Novita Pramesti
Aparatur Sipil Negara yang melayani guru, tenaga kependidikan, dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan di Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbud
Konten dari Pengguna
27 Juli 2021 18:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Novita Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Meneladani Kisah Guru Pamong Serasa Membaca Novel
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
“Dasar praja. Gombal kamu. Sekolah enggak bayar saja sombong!”
Itulah kalimat pamungkas dari Indrarto, seorang tokoh legendaris dunia pendidikan kepamongprajaan tanah air. Pak In, sapaan akrab beliau, sudah menghabiskan hampir setengah usianya untuk mendampingi para praja yang merupakan putra-putri pilihan yang berasal dari seluruh Indonesia. Kalimat pamungkas itu diucapkan oleh Pak In apabila mendapati ada prajanya yang melakukan pelanggaran. Selain itu, kalimat tersebut cukup sering diulang dalam buku biografi beliau yang berjudul “Sang Guru Pamong”.
ADVERTISEMENT
Buku biografi yang ditulis dengan rasa novel ini memiliki 474 halaman yang terdiri dari sepuluh bab. Uniknya, judul-judul bab tersebut ditulis dalam bahasa Jawa, antara lain Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani; Ojo Dumeh, dan Hamengku, Hamangku, Hamengkoni. Buku ini berisi profil lengkap Pak In, mulai dari siapa orang tua Pak In, kenakalan ketika beliau kecil hingga masa-masa beliau ketika duduk di bangku SMP dan SMA. Selain itu, dikisahkan mengenai masa-masa beliau ketika menjalani perkuliahan di Akademi Maritim dan Universitas Brawijaya.
Pengalaman beliau ketika berdinas di APDN Malang hingga akhirnya menikah dengan seorang gadis asal Yogyakarta juga disajikan secara apik di buku ini. Kelahiran anak-anak beliau dan bagaimana beliau mendidiknya serta sepak terjang beliau di awal kariernya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga dikisahkan lengkap di buku ini,
ADVERTISEMENT
Penulis menceritakan dengan sangat lengkap bagaimana kiprah Pak In dalam menjalankan tugas mengasuh praja di APDN Nasional Jatinangor (kelak berubah nama menjadi STPDN dan IPDN) hingga beliau pensiun sebagai PNS. Pengalaman beliau berkiprah di masyarakat dan berinteraksi dengan para purnapraja (alumni sekolah pamong praja) juga tak luput dituliskan dengan sangat menyentuh pada buku ini. Apabila penulisan yang menyentuh tersebut ditambahkan sedikit ilustrasi pada awal babnya, para pembaca bisa jadi menjadi semakin bersemangat untuk menyelesaikan bab demi bab yang ada di buku ini.
Dengan membaca buku ini, kita dapat mengambil banyak pelajaran dan inspirasi dari sosok Pak In. Satu di antaranya mengenai integritas. Integritas yang beliau miliki benar-benar diterapkan dalam kehidupan, baik saat bertugas maupun setelah pensiun. Selain itu, integritas tersebut juga berusaha ‘ditularkan’ kepada para praja yang menjadi anak didiknya. Membaca buku ini secara utuh dari awal hingga akhir adalah cara untuk memahami integritas yang beliau berusaha terapkan.
ADVERTISEMENT
“Janganlah merasa bisa, tetapi harus bisa merasa,” begitu pesan Pak In pada para prajanya dan juga kepada kita semua saat membaca buku ini. Buku ini sarat dengan nilai kebaikan yang berguna bagi siapa saja. Baik Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun masyarakat luas, tidaklah merugi untuk membaca dan mengambil inspirasi darinya.