news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Toxic Productivity Menjelang SBMPTN, Apakah Kamu Juga Mengalaminya?

Azkadita Widiyanti
Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
13 Desember 2021 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azkadita Widiyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by energepic.com from Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Photo by energepic.com from Pexels
ADVERTISEMENT
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) hanya tinggal hitungan bulan lagi. Mungkin beberapa dari kalian ada yang sudah mempersiapkan ujian seleksi ini dari jauh-jauh hari, tetapi mungkin ada juga yang baru mulai atau bahkan baru mau memulai persiapan ujian seleksi ini esok hari. Berdasarkan website resmi LTMPT, diantara 777.858 pendaftar SBMPTN 2021, hanya 184.942 peserta yang berhasil lulus seleksi UTBK-SBMPTN 2021. Data ini menunjukkan seberapa pentingnya persiapan yang harus dilakukan menjelang SBMPTN.
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian besar peserta SBMPTN, usaha terpenting yang perlu dilakukan sebelum ujian adalah belajar dengan giat, seperti merangkum materi, menonton video pembelajaran, mengerjakan latihan soal, dan kegiatan lainnya. Hal ini tentu saja akan menjadi baik jika dilakukan dengan waktu yang sesuai dan istirahat yang cukup. Namun, apa yang akan tejadi jika dilakukan dengan sebaliknya? Cara belajar itu hanya akan menjadi toxic productivity yang melelahkan.

Apa itu toxic productivity?

Photo by Anna Shvets from Pexels
Menurut seorang psikoterapis, Dr. Anika Patrella, toxic productivity adalah kebutuhan untuk memaksimalkan produktivitas secara terus menerus dan eksponensial. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas bahwa seseorang yang mengalami toxic productivity seringkali merasakan kecemasan internal seperti ketakutan akan kritik, penilaian, atau bahkan kegagalan. Toxic productivity mendorong seseorang untuk menjadi sangat kritis dan dan berusaha keras memenuhi standar pencapaian yang tinggi dengan cara yang tidak sehat. Seorang psikolog organisasi di London, Erika Ferszt, juga menambahkan bahwa toxic productivity adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu hanya dengan melakukannya, tetapi semua tindakan itu harus memiliki tujuan yang mengarah pada rasa peningkatan atau pencapaian pribadi.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana ciri-ciri orang yang mengalami toxic productivity?Apa bedanya orang yang produktif dengan orang yang mengalami toxic productivity? Apakah kamu termasuk orang yang produktif atau malah toxic productivity menjelang SBMPTN tahun ini? Ayo kita cari tahu jawabannya melalui penjelasan di bawah ini!

Ciri-ciri orang yang mengalami toxic productivity

Photo by George Milton from Pexels
1. Terobsesi untuk terus produktif tanpa kenal waktu
Menjadi produktif memang bukan hal yang salah. Namun, produktivitas juga tidak bisa dibenarkan jika dilakukan secara berlebihan sampai mengganggu kesehatan.
Kondisi fisik, mental, dan lingkungan harus tetap diperhatikan. Jangan sampai harapan untuk lulus seleksi ujian harus direlakan hanya karena obsesi untuk produktif yang berakibat fatal.
2. Memiliki ekspektasi yang berlebihan
Memiliki target yang terlalu tinggi dan tidak sesuai kemampuan hanya akan berakibat buruk. Sebab, kamu akan terus memaksakan diri untuk menjadi lebih produktif setiap harinya agar semua target bisa tercapai. Hal ini bisa membuatmu kelelahan dan jatuh sakit.
ADVERTISEMENT
3. Sering merasa bersalah jika hanya berdiam diri
Seseorang yang mengalami toxic productivity biasanya merasa kurang nyaman jika tidak melakukan kegiatan selama beberapa waktu. Rasa bersalah akan muncul ketika ia sadar yang dilakukannya saat itu bukanlah hal yang produktif.
4. Tidak mengenal kata istirahat
Makan sambil menonton video pembelajaran, pergi keluar rumah membawa setumpuk latihan soal, pulang dari tempat les langsung lanjut belajar, dan mandi sehari sekali hanya untuk mengehemat waktu agar bisa belajar lebih maksimal. Ini hanya sebagian kecil contoh orang yang mengalami toxic productivity. Menghabiskan waktu luang dengan beristirahat justru dipandang negatif.
Photo by Vlada Karpovich from Pexels
Dari ciri-ciri yang sudah dijelaskan, kita bisa mengambil kesimpulan apa yang membedakan produktivitas dengan toxic productivity. Singkatnya, produktivitas bisa diartikan sebagai usaha dan kemampuan seseorang untuk mendapat hasil yang diinginkan. Sedangkan toxic productivity adalah produktivitas yang dilakukan dengan cara yang salah dan tidak sehat. Seperti yang kita tahu, sesuatu yang dilakukan secara berlebihan pasti tidak baik. Makan berlebihan bisa meningkatkan kadar gula darah, tidur berlebihan beresiko mengalami gangguan metabolisme dan hormon, dan bahkan olahraga yang berlebihan juga bisa memberi dampak buruk bagi kesehatan. Sama halnya dengan produktif yang dilakukan secara berlebihan bisa beresiko terhadap kesehatan fisik dan mental.
ADVERTISEMENT
Selain usaha dan doa, kesehatan fisik dan mental juga perlu dipersiapkan menjelang SBMPTN. Hindari belajar yang berlebihan dan jangan lupa untuk beristirahat. Jangan sampai jatuh sakit pada hari ujian seleksi karena toxic productivity yang selama ini kamu lakukan. Jangan sampai usaha yang kamu lakukan untuk kesuksesan malah membuatmu kehilangan kebahagiaan atau kesehatan. Ayo mulai belajar dengan cara yang sehat!
Daftar Pustaka
Ferszt, Erika Katherine. (2021). Put Avoiding Toxic Productivity At The Top Of Your To-Do List.
Andersen, Charlotte Hilton. (2021). 9 Signs Toxic Productivity Is Impacting Your Life.
Kusy, M., & Holloway, E. (2009). Toxic workplace!: Managing toxic personalities and their systems of power. John Wiley & Sons.
ADVERTISEMENT
Ananya. (2020). Toxic Productivity and Workaholism. International Journal of Research
Magnavita, N., & Garbarino, S. (2017). Sleep, Health and Wellness at Work: A Scoping Review. International journal of environmental research and public health, 14(11), 1347.
Williams, I. A., Richardson, T. A., Moore, D. D., Gambrel, L. E., & Keeling, M. L. (2010). Perspectives on self-care. Journal of Creativity in Mental Health, 5, 321–338.
Indraswari, R. R., & Yuhan, R. J. (2017). JURNAL KEPENDUDUKAN INDONESIA. Jurnal Kependudukan Indonesia| Vol, 12(1), 1-12.