Melestarikan Tradisi Tanah Jawa Apakah Bertentangan dengan Ajaran Islam?

Azmiyatul Khusna
mahasiswa kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
8 Januari 2024 8:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azmiyatul Khusna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki beragam budaya dan adat istiadat yang masih dilestarikan di suatu daerah sampai sekarang. Setiap daerah pasti memiliki tradisi dan budaya yang khas dan rutin dilaksanakan pada hari-hari tertentu karena Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai suku, agama, ras, bahasa, dan adat istiadat, sehingga melahirkan bermacam-macam corak dan karakteristik tiap daerah masing-masing. Pelaksanaan tradisi dan upacara adat di suatu daerah tertentu merupakan bentuk rasa cinta tanah air dan cinta terhadap kebudayaan daerahnya sendiri sehingga hal ini juga dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan dalam kelompok masyarakat, selain itu pelaksanaan tradisi ini juga sebagai upaya memperkenalkan identitas bangsa Indonesia ke mancanegara dan mempertahankan tradisi dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia agar tidak direbut oleh negara lain. Tradisi (Bahasa Latin: tradition, “diteruskan”) Tradisi adalah serangkaian praktik, kepercayaan, dan norma-norma yang diwariskan dari waktu ke waktu dalam suatu kelompok atau masyarakat (Sikumbang et al., 2023) .
www.freepik.com
Tradisi dan kebudayaan yang lahir di suatu kelompok masyarakat pada umumnya terbentuk dari pola perilaku manusia yang dilakukan terus menerus dari masa ke masa hingga menjadi suatu kebiasaan yang tak asing lagi dan menimbulkan kepercayaan bagi masyarakat di daerah tersebut. Pola perilaku tersebut bisa meliputi berbagai aspek seperti agama, sosial, budaya, dan ritual. Setiap daerah pasti tidak lepas dengan adanya budaya yang mewarnai daerahnya. Budaya dan tradisi tidak hanya dijumpai di daerah pedalaman, bahkan daerah modern seperti wilayah perkotaan juga masih menyimpan sebuah tradisi yang masih dipercaya oleh kalangan masyarakat. Namun, pelaksanaan tradisinya tidak begitu kuat atau sudah jarang dilestarikan hal ini bisa terjadi karena pengaruh perkembangan zaman dan teknologi. Berbeda dengan masyarakat di daerah pedalaman yang kental dengan tradisi dan kebudayaannya seperti di tanah jawa, mereka masih melestarikan berbagai ritual dan adat istiadat pada hari-hari tertentu setiap tahunnya dalam rangka perayaan atau pemujaan terhadap sesuatu yang mereka yakini.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tradisi Jawa dalam perspektif islam?
Pelaksanaan tradisi di tanah jawa merupakan akulturasi antara budaya jawa dan islam. Islam pertama kali tersebar di tanah jawa sehingga islam menjadi landasan yang mendasari berbagai aspek kegiatan masyarakat jawa juga sebagai pedoman tatanan masyarakat dalam bertingkah laku. Islam di jawa memiliki peran penting dalam pembentukan karakter masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari perilaku dan sikap masyarakat jawa yang memiliki religiositas tinggi dalam segala hal. Mereka selalu mengutamakan agama dan melibatkan peran tuhan di setiap aspek kehidupan. Termasuk dalam pelaksanaan tradisinya, selain tradisinya yang kuat terkandung di dalamnya aspek keislaman yang menyertai praktik ritualnya.
Contoh akulturasi budaya jawa dan islam bisa dijumpai pada tradisi larung laut. Tradisi tersebut terdapat berbagai aspek seperti sosial, ritual bahkan aspek agama. Tradisi ini dapat dijumpai di berbagai daerah, namun tidak semua daerah memiliki praktik ritual yang sama dengan daerah lain, pasti terdapat perbedaan dalam pelaksanaan atau praktiknya hal ini karena adanya modifikasi nilai budaya yang dilakukan masyarakat dalam cara pelestariannya. Pelaksanaan tradisi ini konteksnya memiliki akulturasi budaya jawa dan islam karena pelaksanaanya bertujuan sebagai ungkapan rasa syukur dan meminta kepada allah swt agar diberikan keselamatan dan hasil laut yang melimpah. Budaya dan agama memiliki korelasi yang kuat secara historis sehingga budaya dan agama dapat hidup berdampingan bahkan bisa memberikan pengaruh positif dalam pelestarian tradisinya dan menjadi sebuah nilai dengan catatan praktik ritual dari tradisi tersebut tidak bertentangan dengan prinsip agama.
sumber gambar: www.freepik.com
Dengan karakter masyarakat jawa yang memiliki nilai budaya atau estetis yang kuat dipadukan dengan nilai religiusitas yang tinggi menumbuhkan akulturasi antara budaya jawa dan islam semakin berkembang. Seperti di desa Asemdoyong, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang. Tradisi larung laut sudah menjadi tradisi turun temurun selama bertahun-tahun oleh segenap masyarakat dan nelayan di wilayah pesisir Desa Asemdoyong. Tradisi ini dilakukan dengan mempersembahkan sesajian berupa kepala kerbau, jajanan pasar, sayuran, buah-buahan dan hasil pertanian lainnya. yang dilarung atau dibawa bersama-sama menaiki perahu yang sudah dihias sedemikian rupa sampai ke tengah laut lalu sesampainya di tengah laut sesajian tersebut dibuang atau dihanyutkan ke laut dengan maksud seperti kita memberi makan makhluk hidup yang ada di laut berupa hasil bumi. Tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan atas penghasilan berupa ikan dan segala sesuatu yang ada di laut, serta meminta agar para nelayan dan masyarakat desa diberikan keselamatan dan keberkahan. Tradisi tersebut sebelumnya diawali dengan berbagai acara seperti perlombaan, orkes hiburan, serta pengajian sebelum akhirnya sampai pada puncak acara yaitu pelepasan sesajian ke tengah laut. Melihat fenomena tersebut, praktik ritual yang dilakukan dalam pelaksanaan tradisi tersebut terdapat akulturasi antara budaya jawa dan islam.
www.freepik.com
Ditinjau dari perspektif islam, tradisi tersebut mengandung nilai keagamaan yaitu dalam praktik ritualnya ditujukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. dimana hal ini sudah menjadi kewajiban manusia untuk selalu menyukuri nikmat tuhan dalam setiap aspek kehidupan. Sedangkan pemberian hasil bumi, atau dalam budaya jawa dikenal dengan sesajian adalah sebagai variasi dari keanekaragaman budaya daerah masing-masing ataupun warna khas dalam praktik ritual sebuah kebudayaan tersebut. Integrasi islam dengan budaya lokal menjadi keunikan tersendiri bagi kebudayaan dan keanekaragaman di Indonesia. Tidak hanya tradisi larung laut namun masih banyak lagi tradisi daerah yang menjadi warisan budaya yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dengan nilai estetika kedaerahan atau nilai spiritual.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini termasuk manivestasi budaya lokal yang wajib dilestarikan seagai warisan kebudayaan Indonesia yang memiliki banyak nilai positif. Dari segi religius atau agama yaitu masyarakat selain melestarikan budaya juga mengimplementasikan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil laut yang didapat selama setahun. Hal ini juga didasarkan pada ayat al-Qur’an yang memerintahkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Selain itu dari segi sosial juga bisa memupuk rasa persatuan dan kesatuan serta kerukunan antar masyarakat, karena kegiatan ini bukan hanya kalangan nelayan saja, tetapi untuk masyarakat umum. Jadi dengan adanya tradisi ini dapat menjadikan sarana penghubung untuk menyambung tali silaturrahim satu sama lain agar tidak membedakan kasta antara yang kaya maupun yang miskin (Fahimah & Joeha, 2023).
ADVERTISEMENT
Daftar Referensi:
Fahimah, S., & Joeha, A. A. (2023). Tradisi Petik Laut sebagai Pelestarian Budaya Lokal: Kajian Living Qur’an di Desa Kranji Paciran Lamongan. QOF, 5, 154–1177. https://jurnalfuda.iainkediri.ac.id/index.php/qof/article/view/1051
Sikumbang, M. A. H., Ridho, M. A., & Lubis, A. (2023). Tradisi Upacara Satu Suro Di Tanah Jawa Dalam Pandangan Al-Qur’an. Innovative: Journal Of Social …, 3, 10979–10988. http://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/view/1207