Pemimpin Imperium Sebagai The Good Guys and The Bad Guys In The History

Fathiha Azzahra
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya Angkatan 2022
Konten dari Pengguna
24 Mei 2024 10:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathiha Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Vladimir  Gladkov from Pexels: https://www.pexels.com/photo/sculpture-of-capitoline-wolf-15119336/
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Vladimir Gladkov from Pexels: https://www.pexels.com/photo/sculpture-of-capitoline-wolf-15119336/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara mengenai pemimpin, sebenarnya pemimpin sudah ada sejak zaman imperium atau kerajaan. Bahkan mungkin pemimpin sudah ada jauh sebelum itu. Imperium atau kerajaan adalah pemegang kekuasaan wilayah yang sangat berpengaruh pada masanya. Imperium muncul karena berbagai faktor. Beberapa tahapan dari imperium seperti Imperium Roma, Imperium Islam, dan Imperialisme Eropa seringkali dibahas pada beberapa buku. Contohnya adalah Buku Sapiens karya Yuval Noah.
ADVERTISEMENT
Dalam setiap tahapannya, imperium terus berkembang sehingga imperium memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat. Imperium meleburkan kebudayaan-kebudayaan kecil menjadi kebudayaan yang lebih besar. Contohnya adalah pada bidang perdagangan, teknologi, budaya dan juga politik. Namun, semua dampak positif tersebut diikuti juga oleh beberapa dampak negatif. Seringkali kaum elit imperium membuat dan menyebarkan gagasan kepada masyarakat. Namun, bukanlah hal yang mudah bagi masyarakat untuk menerima gagasan milik kaum elit imperium. Hal ini disebabkan karena masyarakat mengetahui bahwa gagasan yang disebar oleh kaum elit imperium hanya untuk mempermudah hidup kalangan imperium saja. Selain itu banyak sekali terjadi genosida dan penindasan pada masa tersebut yang akhirnya membuat masyarakat berpikir apakah kalangan elit imperium merupakan the good guys or the bad guys.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, manusia secara historis menilai orang lain sebagai “orang baik” atau “orang jahat”. Namun, penilaian ini biasanya didasarkan pada standar moral yang relatif dan juga subjektif. Standar moral tidak memiliki ukuran yang tetap sehingga dapat berubah seiring berjalannya waktu dan berubahnya tempat. Sehingga apa yang dianggap baik di suatu kebudayaan mungkin saja dapat dianggap jahat di kebudayaan lainnya.
Lalu bagaimana dengan imperium yang membawa perubahan besar namun banyak terjadi pertumpahan darah dalam merubah suatu kebudayaan? Apakah mereka termasuk “the good guys” atau “the bad guys”? Karena di masa depan pun sepertinya kita akan tetap hidup di dalam imperium. Namun, para penguasa tidak harus berasal dari kelompok etnis atau kekaisaran. Contohnya saja film holywood dan K-Pop yang menunjukkan bahwa masyarakat sekarang berbagi pandangan serta minat yang sama.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, dalam beberapa kali peristiwa, proses asimilasi dan akulturasi mendobrak baik dari kalangan elit imperium maupun masyarakat. Hal tersebut akhirnya mengubah cara pandang kedua kalangan tersebut. Masyarakat tidak lagi melihat kalangan elit imperium sebagai penjajah asing yang hanya mementingkan kalangan mereka sendiri. Begitu juga kalangan elit imperium yang akhirnya melihat masyarakat sebagai setara. Sehingga, baik dari penguasa maupun yang dikuasai sama-sama melihat “mereka” menjadi “kita”.
Referensi
Harari, Y. N. (2015). Sapiens: A Brief History of Humankind. New York, NY: HarperCollins.