BKSDA Babel Sayangkan Penangkapan Buaya Oleh Warga

Konten Media Partner
29 Oktober 2020 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buaya yang tertangkap oleh warga beberapa waktu lalu.
zoom-in-whitePerbesar
Buaya yang tertangkap oleh warga beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Aksi penangkapan buaya menggunakan alat pancing di Kecamatan Sungaiselan oleh warga, beberapa waktu lalu. Menjadi perhatian serius Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Bangka Belitung (Babel).
ADVERTISEMENT
Kepala Resort Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Bangka Belitung (Babel), Septian Wiguna menyayangkan hal tersebut.
Septian menilai munculnya buaya yang meresahkan warga tersebut akibat menyempitnya ruang tempat tinggal dan makanan alami buaya yang semakin sedikit. Habitat asli buaya di Babel terancam karena persoalan lingkungan, seperti aktivitas pertambangan, perkebunan sawit, dan tambak udang.
"Kita semua tahu buaya mungkin meresahkan manusia, tapi bila kita bisa mengerti bahasa buaya, mungkin mereka juga sedang resah. Mungkin Makanannya semakin sedikit, rumahnya semakin sempit, dan lainnya," ungkap Septian.
Ia menjelaskan berdasarkan catatan BKSDA Babel sejak 2016 terdapat 75 kasus konflik buaya dan manusia, yang menyebabkan 13 korban manusia meninggal dan 19 buaya mati.
Menurutnya, perlu ada kajian khusus mengenai konflik buaya. Tujuannya mendapatkan data dan informasi siapa yang akan diselamatkan (relokasi). Kemudian perlu lintas instansi agar kajiannya komprehensif.
ADVERTISEMENT
"Karena kita spesies manusia, jadi menilai buaya yang meresahkan. Bijaknya sebagai mahkluk yang jauh lebih berakal dari buaya, sudah semestinya berbagai pihak ikut berpikir mencari solusinya jangan dibiarkan hukum rimba terjadi antara manusia dan buaya," tukasnya.