Kakek Alpa, Lansia di Bangka Selatan yang Hidup Sendirian dan Sakit-sakitan

Konten Media Partner
29 Mei 2020 16:28 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kakek Alpa hidup sebatanng kara di rumah yang jauh kata layak.
zoom-in-whitePerbesar
Kakek Alpa hidup sebatanng kara di rumah yang jauh kata layak.
ADVERTISEMENT
Tepat hari ini, Jumat (29/5/2020), Indonesia sedang memperingati Hari Lanjut Usia Nasional, yang merupakan sebuah perayaan atau hanya sekadar memperingati para orang tua yang sudah mencapai umur 60 tahun.
ADVERTISEMENT
Namun di tengah Hari Nasional tersebut, masih banyak lansia di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang hidupnya jauh dari kata sejahtera. Satu di antaranya yakni  Alpa.
Kakek Alpa, seorang lansia yang berumur 78 tahun itu hidup sebatang kara di gubuk reyot berukuran 2x2 meter, dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kakek Alpa menumpang di lahan warga disitu selama kurang lebih delapan tahun.
Saat ditemui di gubuknya, Abok (kakek--red) Alpa yang merupakan sapaan akrab di daerah Toboali, mengatakan pada umurnya yang sudah senja kesehatannya sudah jauh menurun.
"Sekarang Abok sudah tidak gagah lagi, akhir-akhir ini sering sakit di kaki karena penyakit asam urat atau sakit karena faktor usia," kata Abok Alpa, Jumat (29/5/2020).
Tak hanya itu, lanjutnya, sesak nafas pun sering terjadi karena di usia senja ini, ditambah makan makanan yang tak terkontrol.
ADVERTISEMENT
"Pas Idul Fitri kemarin sempat drop nak, sesak nafas karena asam lambung ditambah makan dan minum minuman yang bergas (mengandung karbon--red)," tutur Abok Alpa.
Abok Alpa saat ini hanya mengharapkan bantuan dari para tetangganya. Salah satu tetangganya yakni ibu Inut (44) yang sering memperhatikannya.
"Jika Abok Alpa sakit, alhamdulillah kita yang dekat sinilah yang bantu dan memperhatikan Abok Alpa, kemarin juga dia drop hampir pingsan karena asam lambung naik, lalu kita kerokin alhamdulillah sehat," kata Inut.
Inut juga menambahkan, dulu saat fisiknya masih kuat, Abok Alpa kesehariannya berkebun di lahan milik warga yang tak terpakai.
"Abok biasanya berkebun pisang, ubi, nanas, itu dia jual ke warga sekitar untuk menyambung hidup. Tapi biasanya warga sering sedekah ke beliau, kayak sembako," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Ketua RT 02 RW 04, Kelurahan Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, Adi Sandra mengatakan, untuk bantuan dari pemerintah daerah, Abok Alpa terdaftar di bantuan pangan non tunai (BNPT) berupa beras atau sembako.
"Abok Alpa ini setiap bulan dapat bantuan dari Pemkab kita yakni BNPT berupa sembako, selain itu juga menerima sedekah dari warga sekitar Toboali," katanya kepada wartawan.
Kalau untuk rumahnya, lanjut Adi, memang rumahnya tidak ada, disitu hanya menumpang ke warga sebelah.
"Berhubung lahan tempat Abok Alpa itu tinggal mau di pakai oleh pemiliknya, jadi gubuknya di pindahkan ke sebelahnya, sekarang kita warga disini berinisiatif membangun rumah kecil sederhana untuk Abok Alpa, berhubung situasi pandemi warga juga semampunya menyumbang," ungkap Adi.
ADVERTISEMENT
Sampai hari ini, Abok Alpa di tengah kondisi sulit hanya bisa pasrah menjalani hidupnya di usia senja, dan hanya bisa mengharapkan sedekah dari siapa saja yang mengunjunginya.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!