Komoditas Bahan Makanan Penyumbang Deflasi di Bangka Belitung

Konten Media Partner
3 September 2021 15:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Tantan Heroika. (Dok BI).
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Tantan Heroika. (Dok BI).
ADVERTISEMENT
Bangka Belitung mengalami deflasi 0,07% (mtm) atau inflasi 2,86% (yoy). Deflasi yang rendah pada bulan Agustus 2021 didorong oleh menurunnya beberapa komoditas bahan makanan seperti daging ayam ras dan beberapa jenis ikan (udang, cumi-cumi, dan ikan kerisi). Hal ini tercermin dari penurunan indeks harga kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,37% (mtm) dengan andil deflasi sebesar 0,128%. Demikian dikatakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Tantan Heroika.
ADVERTISEMENT
"Selain daging ayam dan beberapa jenis ikan, deflasi pada kelompok tersebut juga disumbang oleh cabai merah dan cabai rawit.)," ujarnya.
Namun demikian, Lanjut dikatakan Tantan bahwa deflasi kelompok ini tertahan oleh beberapa komoditas yang mengalami peningkatan indeks harga seperti ikan selar, ikan bulat, ikan ekor kuning, ikan tongkol, minyak goring dan ikan singkur yang memberikan andil inflasi cukup besar.
Secara spasial, kota Pangkalpinang mengalami deflasi sebesar 0,27% (mtm) terutama pada kelompok makanan, minuman dan tembakau berupa ikan selar, ikan bulat, rokok kretek filter, minyak goreng, dan ikan singkur.
Berbeda dengan kota Pangkalpinang, kota Tanjungpandan mengalami inflasi sebesar 0,28% (mtm). Inflasi di kota Tanjungpandan utamanya juga disumbang oleh komoditas ikan seperti ikan ekor kuning, ikan tongkol, ikan kerisi, cumi- cumi dan ikan kembung. Sesuai musimnya, pada Agustus 2021, kelompok pendidikan memberikan andil inflasi di kedua kota sampel IHK.
ADVERTISEMENT
"Komoditas dalam kelompok pendidikan yang paling besar memberikan andil inflasi adalah sekolah dasar dengan andil terhadap inflasi bulanan Bangka Belitung sebesar 0,010%," ungkapnya.
Tantan memprediksikan tekanan inflasi komoditas ikan segar masih cukup kuat. Lantaran kondisi cuaca ekstrem di Babel berdampak pada tingginya gelombang air laut.
"Selain dapat mempengaruhi kelancaran jalur distribusi, juga cukup menyulitkan nelayan dalam melakukan aktivitas melaut," tukasnya.
Selain itu, komoditas yang masih berpotensi mengalami peningkatan adalah minyak goreng yang dipengaruhi oleh kenaikan harga crude palm oil (CPO) global. Perkembangan harga CPO global kembali meningkat sebesar USD1.077,05/mt di bulan Agustus 2021 atau naik 7,55% (mtm).
Kenaikan harga tersebut antara lain didorong oleh pasokan yang relatif terbatas sejalan dengan adanya hambatan produksi, khususnya di Malaysia, karena berkurangnya jumlah pekerja migran seiring ditutupnya perbatasan akibat pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Malaysian Palm Oil Board (MPOB), produksi minyak sawit Malaysia turun 5,1% pada Juli 2021 menjadi 1,52 juta ton. Sementara itu produksi CPO Bangka Belitung diperkirakan melanjutkan tren peningkatan. Tercatat pada Juli 2021 ekspor CPO Bangka Belitung meningkat lebih dari 100% secara tahunan.
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengendalian inflasi tahun 2021 serta mencermati perkembangan Covid-19 dan upaya pencegahan penyebarannya, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memonitor perkembangan harga dan stok bahan pokok strategis, mempererat koordinasi antar pemangku kepentingan, serta mengedepankan pemenuhan pasokan dari dalam wilayah maupun melalui kerja sama antar daerah sehingga inflasi tahun 2021 dapat terjaga pada rentang 3±1%.