Amankah Menyusui Jika Moms Menderita TBC?

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
14 Februari 2019 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ahli neonatologi Kimberly Lee mengatakan bahwa tidak aman bagi seorang ibu untuk menyusui jika sedang menderita TBC. Akan tetapi, Moms dapat memompa ASI dan meminta orang lain untuk memberi susu tersebut kepada si Kecil.
ADVERTISEMENT
American Academy of Pediatrics merekomendasikan bahwa ibu yang baru didiagnosis menderita TBC aktif harus dipisahkan dari bayi mereka. Mereka juga tidak boleh menyusui sampai dirawat selama dua minggu.
Pelarangan tersebut bukan karena ASI dapat mentransfer TBC ke bayi, melainkan karena TBC dapat menyebar dengan mudah oleh tetesan pernapasan. Misalnya, ketika Moms batuk. Meskipun memisahkan seorang ibu dan bayinya tentu adalah hal yang tidak menyenangkan, tapi akan jauh lebih buruk lagi bagi seorang bayi yang tertular TBC.
Mengingatkan kembali, susu tidak menularkan TBC. Moms dapat terus memompa dan meminta bantuan orang lain untuk memberi ASI kepada si Kecil. Cucilah tangan dengan baik sebelum memompa ASI.
Ada beberapa obat TBC yang aman untuk ibu menyusui. Obat tersebut juga aman diberikan langsung kepada bayi dengan TBC. Biasanya, ibu penderita TBC akan mendapatkan pengobatan isoniazid dan suplementasi pyridoxine (Vitamin B6) sebanyak 10 hingga 25 mg per hari.
ADVERTISEMENT
Setelah seorang ibu dirawat selama sekitar dua minggu dan telah menunjukkan perbaikan yang pasti dengan kultur dahak negatif, ibu tersebut dapat dengan aman kembali menyusui bayinya.
Yang jelas, kualitas ASI yang dihasilkan ibu penderita TBC masih dianggap aman. Hanya akan ada sangat sedikit obat TBC yang masuk ke dalam ASI sehingga tidak akan menyebabkan si Kecil keracunan. Sang ibu bisa memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan tetap menyusui hingga dua tahun.
Walaupun demikian, bayi dengan ibu penderita TBC masih memiliki risiko infeksi. Bayi tersebut perlu mendapat terapi profilaksis isoniazid (5 mg/hari) dan pyridoxine (5-10 mg/hari). Kemudian, si Kecil harus dites tuberculin untuk mengetahui apakah dia terinfeksi kuman atau tidak.
ADVERTISEMENT
Jika si Kecil menunjukkan hasil positif, terapi akan dilanjutkan hingga enam bulan. Jika hasilnya negatif, terapi dapat dihentikan. Kemudian, si Kecil akan diberikan vaksin BCG agar tubuhnya imun dari kuman penyebab TBC.
 
Semoga bermanfaat.
By: Babyologist
Copyright by Babyologist