5 Hal yang Harus Dilakukan saat Anak Berbuat Salah

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
21 November 2018 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak menangis di sekolah (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak menangis di sekolah (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Berbuat salah adalah hal yang wajar. Kesalahan adalah pengalaman dan guru dalam kehidupan kita, baik bagi orang dewasa maupun bagi anak-anak.
ADVERTISEMENT
Kemampuan untuk mengatasi kesalahan dan perasaan negatif lainnya seperti rasa malu dan merasa kalah bersaing perlu melalui proses belajar. Kemampuan ini tidak datang sendiri tapi perlu dilatih.
Tentunya, kita semua berharap agar anak-anak kita memiliki kemampuan ini agar mereka kelak menjadi individu yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Lantas, apa saja yang dapat dilakukan orang tua saat anak berbuat salah?
1. Tidak Bereaksi Berlebihan
Terkadang, orang tua kerap bereaksi berlebihan saat anak berbuat salah. Misalnya, saat anak memecahkan gelas. Coba cek dulu apa kita sudah pernah membahas soal peralatan makan yang boleh digunakan oleh anak? Setelah saya mengalami peristiwa ini, saya baru membahas tentang peralatan makan yang boleh digunakan oleh anak saya. Saya hanya memperbolehkannya menggunakan piring dan gelas plastik kepunyaannya.
ADVERTISEMENT
2. Kenali Penyebab Kesalahan
Penyebab kesalahan yang berbeda akan membutuhkan respons yang berbeda. Mungkin anak memang belum tahu bahwa apa yang ia lakukan itu salah, karena pengalaman dan kemampuan berpikirnya masih terbatas.
Saya masih ingat saat anak saya mau memasukkan ikan peliharaannya ke dalam air sabun, menurutnya ikan tersebut mau dimandikan. Kalau mandi, ya, pakai sabun, katanya. Untuk hal-hal seperti ini, kita perlu memberikan penjelasan kepada mereka mengapa hal tersebut salah.
3. Biarkan Anak Menerima Konsekuensi
Jika kesalahan yang dilakukannya secara sengaja, maka anak perlu diberi konsekuensi. Tidak perlu merasa kasihan atau tidak tega, Moms karena konsekuensi yang kita berikan bertujuan untuk melatihnya menjadi pribadi yang lebih baik. Misalnya, saat anak saya bermain sepeda, terkadang dengan sengaja ia menabrak seseorang atau benda di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Konsekuensi yang saya berikan menghentikannya bermain sepeda, sepedanya disita sampai esok hari. Konsekuensi yang diberikan berfokus kepada tindakannya, bukan pribadinya. Karena itu, saya tidak memberikan konsekuensi berupa pukulan, hukuman fisik atau makian karena hukuman seperti itu tidak akan membuat anak belajar dari kesalahannya.
4. Bantu Anak Memperbaiki Kesalahannya
Setelah kita mengetahui penyebab kesalahan dan memberikan konsekuensi jika diperlukan, berikutnya adalah membantu anak memperbaiki kesalahannya. Pada tahap ini diperlukan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak.
5. Reminder
Terakhir yang perlu kita lakukan adalah, mengingatkannya. Mungkin anak sudah diajarkan, tetapi lupa karena belum jadi bagian dari kebiasaan sehari-hari. Wajar ya, kita pun sebagai orang dewasa masih ada kesalahan berulang yang dilakukan, betul tidak? Jadi yang diperlukan apa? Reminder!
ADVERTISEMENT
Moms, salah itu biasa. Selalu ada hal yang dapat kita pelajari dari sebuah kesalahan.
Semoga bermanfaat.
By: Nike Iswandi