Bahaya Tensi Tinggi Saat Hamil

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
4 Oktober 2018 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bahaya Tensi Tinggi Saat Hamil
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tekanan darah adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah sebuah kondisi saat tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Sementara itu, tekanan darah disebut normal jika rata-rata berada di angka 120/00 mmHG.
ADVERTISEMENT
Kondisi hamil memungkinkan tekanan darah menjadi lebih tinggi daripada biasanya karena berbagai sebab. Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi setidaknya menjadi tiga macam, yaitu hipertensi kronis, preeklampsia, dan eklampsia.
Hipertensi kronis adalah hipertensi yang dialami sebelum kehamilan. Jika tidak diketahui sebelum kehamilan, maka hipertensi kronis didefinisikan sebagai keadaan saat tekanan darah berada di angka lebih tinggi daripada 140/90 mmHG sebelum kehamilan 20 minggu.
Sementara itu, Preeklampsia adalah gangguan kehamilan yang menyebabkan ibu hamil mengalami hipertensi dan ditemukan protein dalam urine ibu hamil tersebut. Kondisi ibu hamil yang mengidap preeklampsia dapat membahayakan organ-organ lain seperti hati dan ginjal.
Macam hipertensi lainnya, Eklampsia, didefinisikan sebagai serangan pada wanita hamil yang mengalami preeklampsia. Gejalanya berupa kejang atau koma. Setidaknya 5% dari wanita hamil yang mengalami preeklampsia dapat mengalami hal ini. Jadi, kondisi eklampsia bisa dibilang sangat jarang terjadi.
ADVERTISEMENT
Seorang ibu hamil dapat memiliki risiko lebih tinggi mengidap preeklampsia apabila kehamilan tersebut merupakan kehamilan pertama, usia saat hamil terlalu muda atau terlalu lanjut, mempunyai riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia atau eklampsia, obesitas, menderita penyakit tertentu (penyakit ginjal, hipertensi yang sudah ada sebelum hamil, kencing manis), bayi besar, kehamilan ganda, dan kehamilan anggur.
Hipertensi selama hamil dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap ibu hamil dan janin. Janin dapat kekurangan nutrisi dan oksigen. Selain itu, pertumbuhannya bisa terhambat, lahir dengan berat rendah, lahir secara prematur, dan plasenta rusak sehingga ibu hamil bisa mengalami pendarahan hebat yang tentunya bisa membahayakan nyawa ibu beserta janinnya.
Ibu hamil yang mengalami hipertensi disarankan untuk memeriksakan kandungannya secara teratur ke dokter spesialis kandungan. Dokter biasanya akan meresepkan obat penurun tekanan darah yang sesuai. Ibu hamil juga disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung garam tinggi dan makanan berlemak. Kondisi psikis yang mudah stres, tegang, atau lemas juga dapat menyebabkan jantung berdetak lebih kencang. Sebenarnya, kondisi ini tidak menimbulkan hipertensi pada jangka panjang. Namun sebaiknya, ibu hamil mengelola stres agar kondisi tetap sehat.
ADVERTISEMENT
Semoga bermanfaat.
By: Babyologist Editor