news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Benarkah Stres Dapat Membuat ASI Kering?

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
16 Agustus 2019 16:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Benarkah Stres Dapat Membuat ASI Kering?

ADVERTISEMENT
Tidak. Stres tentu bisa memperlambat aliran ASI. Akan tetapi, selama seorang ibu terus menyusui bayinya, stres tidak mungkin menghentikan produksi ASInya. Penelitian juga telah menemukan bahwa menyusui mengurangi suasana hati negatif dan stres. Menyusui sudah diakui dapat benar-benar membantu ibu menyusui melewati masa stres.
ADVERTISEMENT
Oksitosin, hormon yang dilepaskan ke aliran darah ketika Moms menyusui, dapat memiliki efek menenangkan. Ini berarti bahwa seorang ibu yang stres cenderung menjadi lebih santai setelah menyusui bayinya. Ketika dia rileks, ASInya mulai mengalir lagi. Lebih lanjut, karena isapan bayi merangsang produksi ASI, seorang ibu yang menyusui akan terus menghasilkan ASI.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tekanan fisik dan mental dapat memperlambat pelepasan oksitosin ke dalam aliran darah ibu menyusui. Maka dari itu, jika Moms menghasilkan lebih sedikit susu karena kekurangan oksitosin, relaksasi adalah kuncinya.
Menurut peneliti di University of New Mexico, mendengarkan rekaman teknik relaksasi dan gambaran relaksasi membantu para ibu yang bayinya dirawat intensif untuk menghasilkan lebih banyak ASI. Produksi seorang ibu yang bayinya sakit sehingga tidak dapat menyusu meningkat lebih dari dua kali lipat setelah mereka mendengar rekaman relaksasi tersebut daripada ibu yang tidak mendengarkan rekaman. Semakin sering ibu tersebut mendengarkan rekaman relaksasi, semakin banyak ASI yang dihasilkannya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, beberapa faktor yang dianggap dapat menurunkan suplai ASI selain stres adalah sebagai berikut:
• Lalai terhadap kesehatan tubuh
Produksi ASI akan bisa optimal apabila Moms beristirahat cukup, dalam keadaan fit, dan sistem pendukung yang sehat. Oleh sebab itu, selalu jaga tubuh Moms agar tetap sehat dan bugar. Tidurlah setiap si Kecil sedang tidur. Temukan posisi optimal dalam menyusui yang baik bagi produksi ASI. Terakhir, minta bantuan keluarga dan teman-teman untuk mengurus rumah tangga dan mengawasi si Kecil saat Moms beristirahat.
• Terlalu banyak mengonsumsi kafein
Selain kafein, konsumsi soda, kopi, dan coklat berlebihan dapat membuat tubuh dehidrasi sehingga berdampak pada produksi ASI. Terlalu banyak kafein juga bisa berefek pada si Kecil. Sejumlah kecil kafein dapat masuk ke dalam tubuh si Kecil melalui ASI. Ini dapat membuatnya rewel dan susah tidur.
ADVERTISEMENT
• Merokok dan minum alkohol
Merokok dapat mengganggu pelepasan oksitosin tubuh. Padahal, hormon oksitosin menstimulasi refleks let-down atau mengalirnya air susu. Sementara itu, mengonsumsi alkohol dapat mengubah rasa ASI sehingga tidak disukai si Kecil. Alkohol yang lolos ke dalam susu yang diminum si Kecil berpotensi menyebabkan keterlambatan perkembangan.
• Mengonsumsi obat-obatan tertentu
Beberapa obat-obatan dapat mengganggu refleks let-down dan produksi ASI. Obat-obatan untuk menyembuhkan demam, sinus, dan alergi dapat membuat susu kering. Maka dari itu, selalu komunikasikan obat-obatan apa saja yang sedang Moms konsumsi kepada dokter. Pihak dokter nantinya akan meresepkan obat yang tidak mengganggu aktivitas menyusui Moms.
Pil KB juga dapat mengganggu suplai ASI. Bila Moms ingin KB untuk membatasi jumlah anak, Moms bisa mempertimbangkan KB non-hormonal. Opsi yang tersedia di antaranya kondum, diafragma, dan IUD non-hormonal.
ADVERTISEMENT
• Tidak mengontrol asupan makanan
Apa yang dikonsumsi seorang ibu dan berapa banyak air yang dikonsumsi telah terbukti sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Oleh karena itu, minumlah banyak air putih setiap hari dan makanlah makanan yang dapat menambah suplai ASI seperti oatmeal, almond, buncis, dan sayuran berdaun hijau gelap.