Berbahayakah Pengapuran Plasenta?

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
1 Oktober 2018 10:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berbahayakah Pengapuran Plasenta?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Plasenta merupakan organ yang sangat vital bagi janin. Fungsinya sangat penting, di antaranya adalah menjadi jembatan dari tubuh ibu menuju janin. Ia yang mengalirkan nutrisi dan oksigen untuk janin. Komplikasi pada plasenta dapat memengaruhi kesejahteraan janin. Salah satu masalah yang mungkin muncul adalah pengapuran plasenta.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri tidak mengalami banyak masalah selama kehamilan. Semua berjalan lancar dan janin selalu sehat dalam kandungan. Hingga akhirnya tiba di pekan ke-32, dokter kandungan menyatakan plasenta saya mengalami penuaan dini. Terjadi pengapuran pada plasenta saya.
Apa itu pengapuran plasenta?
Saat USG, dokter kandungan saya memperlihatkan titik-titik putih pada layar. Katanya, itu merupakan penumpukan kalsium pada plasenta biasa disebut pengapuran plasenta. Hal ini disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kecil di plasenta.
Pengapuran plasenta akan menghambat aliran nutrisi dan oksigen untuk janin. Pada beberapa kasus, pengapuran plasenta dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Bahkan, pada pengapuran yang parah, nutrisi dan oksigen tidak akan dapat mencapai janin yang akan menyebabkan janin meninggal.
ADVERTISEMENT
Dokter kandungan saya menjelaskan juga bahwa sebenarnya, plasenta sangat wajar mengalami pengapuran. Namun, pengapuran biasa mulai terjadi di usia 37 minggu. Apabila terjadi terlalu awal, dikhawatirkan pengapuran akan membentuk cincin sehingga mengunci total aliran nutrisi dan oksigen.
Untuk mencegah hal-hal fatal pada bayi, jika pengapuran terus bertambah parah maka bayi harus dilahirkan lebih awal (prematur)
Untuk mengecek tingkat keparahan dari pengapuran plasenta, dokter kandungan melaksanakan tes CTG (Cardiotography) pada saya. Tujuannya untuk mengobservasi kesejahteraan janin di dalam rahim. Dengan tes CTG, denyut jantung dan kontraksi uterus (rahim) akan dianalisis. Untungnya, hasil tes CTG saya masih baik dan saya diizinkan pulang.
Plasenta (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Plasenta (Foto: Pixabay)
Bagaimana cara mencegah dan mengatasinya?
Penyebab penuaan dini pada plasenta tidak diketahui secara jelas. Namun, untuk mencegah dan mengatasinya, dokter kandungan memberikan saya beberapa tips, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Makan buah yang banyak mengandung vitamin C
2. 3. Olahraga teratur
Jauhi asap rokok
Setelah itu, saya makin rutin memakan buah-buahan seperti jeruk, stroberi, kiwi, jambu, dan lain-lain. Dalam hal olahraga, saya jalan kaki 30 menit setiap hari. Dua minggu sekali, saya sempatkan untuk berenang. Lingkungan saya pun tergolong bersih, jauh dari orang-orang yang merokok.
Hasilnya, pengapuran plasenta saya tidak pernah bertambah parah lagi sejak 32 minggu. Berat badan bayi dalam kandungan pun terus bertambah dengan normal serta bayi lahir pada usia yang pas.
Semoga bermanfaat.
By: Prianka Iradati