Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasi Kolik

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
25 Februari 2019 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Panik, itu satu kata yang mendeskripsikan saya dan suami ketika Shanum tiba-tiba "berubah" jadi gampang nangis dan wajahnya akan memerah di saat menangis, kakinya terangkat ke perut, tak jarang pula ia regangkan. Saat diraba, kakinya terasa dingin, nangis hebohnya bahkan lebih dari 1 jam, kaki atau kepala juga sering diangkat-angkat, serba salah seakan-akan sedang kesakitan, tangan sering dikepal, sering kentut, tidak mau nyusu dan susah tidur.
ADVERTISEMENT
Waktu itu yang saya lakukan adalah menghubungi ibu saya, dan ibu saya bilang mungkin Shanum lagi sakit badan. Langsung saya pijat sebisa saya. Awalnya Shanum langsung tenang, mau nyusu setelah dipijat dan sampai ketiduran. Tapi setelahnya, ia kembali nangis heboh lagi. Besoknya kita visit DSA, dan ternyata kata dokternya Shanum mengalami kolik.
Saya dan suami langsung menanyakan apa penyebabnya. Dulu bahkan sampai kami rekam biar bisa terus kami ingat, takutnya mengalamin lagi, jadi lebih baik mencegah.

Ternyata kolik bisa disebabkan oleh beberapa hal berikut:

ADVERTISEMENT

Yang harus dilakukan jika bayi kolik:

Dokter sendiri memberikan obat pereda kembung dan prebiotik. Dan beberapa hal yang saya lakukan adalah sebagai berikut:

Mencegah kolik bisa dilakukan dengan beberapa hal seperti berikut:

1. Mengganti dot/botol susu menjadi botol susu anti kolik

Jika bayi disusui dengan botol, pilihlah botol yang meminimalkan masuknya udara ketika bayi menyusu, atau yang biasa dikenal dengan sebutan botol susu anti kolik di pasaran. Botol susu anti kolik akan mencegah bayi menelan udara berlebih ketika minum susu melalui botol. Penting untuk Moms ketahui bahwa udara berlebihan yang ditelan oleh si Kecil ketika minum susu bisa menjadi penyebab kolik.
ADVERTISEMENT

2. Menyusui dalam keadaan tenang

Susui bayi dalam kondisi belum terlalu lapar. Karena bayi yang kelaparan cenderung menyusu terlalu lahap sehingga banyak masuk udara. Bisa juga menyusui di tempat yang bercahaya redup supaya ia tenang ketika menyusu.

3. Sedawakan bayi setelah menyusui. It's a must!

4. Badan tegak ketika nyusu

Karena dalam keadaan badan tegak, peluang udara tertelan menjadi lebih sedikit dibandingkan postur badan yang membungkuk.

5. Menghentikan sementara konsumsi makanan yang menyebabkan alergi

Bisa Moms coba berhenti mengonsumsi produk-produk susu (susu sapi, yogurt, keju) beberapa minggu dan lihat pengaruhnya pada bayi. Nah, bila tidak ada perbaikan, berarti bayi tidak sensitif terhadap susu sapi. Bila ternyata bayi sensitif terhadap susu sapi/susu formula yang digunakan, maka yang akan ia konsumsi tidak boleh mengandung laktosa (bila bayi mengonsumsi susu formula). Bila tidak berhasil juga, coba lakukan hal yang sama terhadap makanan pedas, gandum, kacang, stroberi, kol, kembang kol, brokoli, bawang putih, kafein, alkohol, tapi hanya dalam beberapa hari hingga menemukan makanan yang membuat bayi sensitif.
ADVERTISEMENT
Perlu Moms ingat, tidak semua bayi dengan gejala di atas mengalami kolik. Bisa jadi karena hal lain seperti tidak enak badan atau merasakan kesakitan di area tertentu, ada baiknya segera konsultasi ke dokter.
Semoga bermanfaat.
By: Ratna Sari Nur Holik
Copyright by Babyologist