Melahirkan Secara Caesar Setelah Pembukaan Lengkap

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
20 Mei 2019 16:55 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hai Moms, saya ingin bercerita mengenai pengalaman saya saat melahirkan anak pertama saya, Baby Mafaz, yang harus berakhir di meja operasi.
ADVERTISEMENT
Melahirkan secara lancar dan normal tentu dambaan bagi setiap ibu hamil. Terlebih ketika hingga usia kehamilan 39 minggu, dokter sudah mengisyaratkan bahwa kehamilan ini aman dan tanpa komplikasi. Meski ada satu lilitan tali pusar, menurut dokter tidak masalah. Berat badan janin saat itu juga sedikit berlebih, yaitu sekitar 3,2 hingga 3,4 kg, namun menurut dokter tetap dapat diusahakan melahirkan secara normal. Posisi bayi yang optimal, kepala bayi yang sudah masuk panggul dan upaya saya untuk belajar dan terus induksi alami seperti makan buah kurma, buah nanas, rutin mengikuti senam hamil di rumah sakit, rutin melakukan prenatal gentle yoga di rumah, main birthing ball dan power walk, tentu membuat harapan untuk melahirkan secara normal dan lancar semakin besar.
ADVERTISEMENT
Namun, proses melahirkan tidak bisa dipungkiri adalah proses yang sangat menarik dan menegangkan karena apapun bisa saja terjadi, Moms, dan seringkali diluar perkiraan dan harapan kita. Pada saat itu, saya sudah mengalami kontraksi selama 50 jam, dengan interval kontraksi yang konsisten mulai dari 30 menit sekali hingga 2-3 menit sekali. Sekedar informasi, saya memilih melahirkan di klinik bersalin dengan bidan karena menginginkan proses melahirkan yang lebih alami, keinginan tersebut berjalan lancar hingga pembukaan 9, saya masih bisa berjalan-jalan di ruang rawat inap dan ruang bersalin, pose berdiri-jongkok dibantu suami, bermain birthing ball selama kontraksi, serta menerapkan hypnobirthing yang saya pelajari. Ketika pukul 8 pagi, akhirnya ketuban saya dipecah oleh bidan di pembukaan 9 dan berhasil mencapai bukaan lengkap setengah jam kemudian. Namun disayangkan, bidan mengisyaratkan bahwa kepala bayi masih tinggi dan saya diminta menunggu hingga pukul 10 pagi. Saya juga sempat diberi induksi berupa suntikan untuk melunakkan serviks dan agar kepala bayi dapat turun. Namun setelah ditunggu selama satu jam lebih, kepala janin tidak juga turun, sensasi mengejan datang namun tidak ada hasil. Bayi sudah terlalu lama di jalan lahir (rentan stress), air ketuban sudah habis dan saya pun sudah sangat mengantuk dan kelelahan akibat proses pembukaan yang lebih dari dua hari tanpa tidur sama sekali. Akhirnya bidan tidak ingin mengambil resiko, rujukan ke rumah sakit untuk cito caesar atau operasi caesar dadakan pun diambil.
ADVERTISEMENT
Momen menuju rumah sakit dengan mobil ambulance, persiapan operasi dan proses menunggu kedatangan dokter tentu menjadi momen yang paling menegangkan untuk saya, karena harus menahan sensasi mengejan padahal kontraksi hebat sudah sangat intens. Di sisi lain, saya juga berusaha menata mindset untuk tidak kecewa atas keputusan yang diambil demi kebaikan dan keselamatan janin serta diri saya sendiri. Kecewa sudah pasti ya Moms, rasanya seperti apa yang dilakukan selama ini sia-sia saja, namun berdamai dengan diri sendiri adalah kunci agar saya tetap dapat menjalani peran menjadi ibu tanpa trauma dan rasa bersalah pada diri sendiri. Tepat pukul 12.35 WIB, si adek bayi lahir, tanpa IMD karena harus segera diobservasi. Melihat buah hati lahir dengan sehat dan selamat tentu membuat saya lupa sesaat akan proses persalinan yang dramatis ini, dan membuat saya bangga serta berterima kasih karena ia mampu bertahan dan ikut berjuang bersama-sama. Tidak lupa pula puji syukur kepada Tuhan atas kekuatan yang diberikan-Nya kepada saya selama proses persalinan.
ADVERTISEMENT
Mempersiapkan diri menjelang melahirkan memang menjadi keharusan bagi semua ibu hamil agar dapat menghadapi proses persalinan dengan tenang dan nyaman, meski pada akhirnya mungkin saja terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Namun, dengan mempersiapkan diri dan belajar, dapat membuat si ibu lebih cepat pulih dan mampu bangkit dari rasa trauma. Karena lewat apapun proses lahirnya, itu adalah jalan terbaik yang si bayi pilih dan patut kita syukuri.